Volume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1 Maret 2012

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Keywords : Schaeffler, DeLong, WRC-1992, dissimilar metal weld.

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Available online at Website

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH WELDING TIME TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN, SAMBUNGAN LAP BAJA TAHAN KARAT FERITIK AISI 430 DENGAN METODE RESISTANCE SPOT WELDING

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH PWHT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS AUSTENITIC STAINLESS STEEL DAN BAJA KARBON

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

ANALISIS KEBOCORAN PIPA REFORMER DI SEBUAH PERUSAHAAN PETROKIMIA

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : ISSN X

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

KEKUATAN TARIK DAN GESER DENGAN PENGELASAN RESISTANCE SPOT WELDING (RSW) ANTARA BAJA KARBON RENDAH DENGAN ALUMINIUM ABSTRACT

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

ANALISA PENGARUH KONDUKTIVITAS TERMAL BACKING PLATE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN FRICTION STIR SPOT WELDING AA 5052-H32

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

Pengujian Hardness dan Struktur Micro Pada Daerah HAZ Sambungan Low Carbon Steel dan Stainless Steel

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

Kata Kunci : Daerah lasan, Las oksi asetilin, Besi tuang kelabu, Fisis, Mekanis, Bahan tambah, HAZ, Kekuatan tarik, Kekerasan.

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN DUCTILITY SAMBUNGAN LAS TITIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

WELDABILITY, WELDING METALLURGY, WELDING CHEMISTRY

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU DAN ARUS LISTRIK PENGELASAN RSW TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK PADA SAMBUNGAN LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA TAHAN KARAT SS316 DAN BAJA KARBON ST37 Achmad Nurhidayat 1, Triyono 2 1 Mahasiswa S2 - Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS 2 Sfaf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta 57126 E-mail: achkun@telkom.net atau achkun72@yahoo.com ABSTRAK Penggunaan pengelasan titik (RSW) terhadap sambungan las logam tak sejenis, sangat dibutuhkan untuk menyatukan syarat teknik tertentu dan penghematan biaya material, telah banyak digunakan dalam bidang manufaktur, terutama industri otomotif. Salah satu contohnya sambungan antara baja tahan karat (SUS316L) dan baja karbon (ST37). Proses penyambungan kedua material tersebut akan mengalami kesulitan, dikarenakan perbedaan sifat fisik, mekanik, termal dan metalurgi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh parameter waktu las, terhadap distribusi nilai kekerasan dan struktur makro SUS316L dan ST37. Material yang diteliti adalah SUS316L tebal 1mm sebagai setting pintu mobil dan ST37 1mm sebagai under frame. Penelitian dilakukan di laboratorium Produksi dan Material Teknik Mesin, UNS menggunakan las RSW dengan variasi waktu masing-masing 2,5-3,5-4,5 detik. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik ASTM A1043/A1043M-05(2009), kekerasan dan struktur mikro. Hasil penelitian diantaranya disimpulkan bahwa terjadi pengaruh masukan panas terhadap pengelasan logam tak sejenis SUS316L dan ST37, daerah ferit berwarna terang dan struktur perlit berwarna gelap. Ferit mempunyai sifat yang lebih lunak bila dibandingkan dengan perlit. P a d a foto struktur mikro dapat dianalisa bahwa akibat masukan panas maka terjadi perubahan butir dan fasa. Apabila arus listrik, makin tinggi maka timbul fasa bainit dan martensit yang kekerasannya tinggi. Akibat kekerasan yang tinggi ini, maka kekuatan geser sambungan las menjadi berkurang. Dapat dikatakan juga bahwa semakin tinggi arus listrik RSW, semakin lusa/besar daerah HAZ. Akibatnya menurunnya kandungan perlit, diiringi terjadi peningkatan ferrit pada HAZ. Hal ini terjadi karena pada daerah las, panas yang diterima logam lebih besar dibandingkan dengan daerah HAZ dan daerah logam induk. Demikian juga pendinginan yang terjadi pada daerah las lebih cepat dibandingkan daerah HAZ dan logam induk, sehingga timbul rekristalisasi dan perubahan besar butir. Sehingga Achmad Nurhidayat 13

menyebabkan menurunnya kekuatan tarik pengelasan logam tak sejenis. Namun disisi lain karena perbedaan sifat fisik, mekanik dan material pada sambungan tersebut, dimungkinkan dapat terjadi penurunan sifat mekanik dan ketahanan korosi. Sehingga sangat penting mencari alternatif pengganti RSW, dengan mengembangkan geometri sambungan las dan teknik pengelasan lain yang lebih baik. Kata kunci: las logam tak sejenis, RSW, arus listrik, waktu pengelasan PENDAHULUAN Penggunaan pengelasan titik (RSW) terhadap sambungan las logam tak sejenis, sangat dibutuhkan untuk menyatukan syarat teknik tertentu dan penghematan biaya material, telah banyak digunakan dalam bidang manufaktur, terutama industri otomotif. Salah satu contohnya sambungan antara baja tahan karat SUS316L sebagai setting pintu mobil dan baja karbon ST37 sebagai under frame. Proses penyambungan kedua material tersebut akan mengalami kesulitan, dikarenakan perbedaan sifat fisik, mekanik, termal dan metalurgi. Selain telah memenuhi syarat kondisi operasi, las baja karbon dengan baja tahan karat lebih ekonomis dari seluruh suatu konstruksi menggunakan baja tahan karat. Pengelasan logam berbeda digunakan secara luas dalam industri minyak kimia, proses pengolahan makanan, pembangkit daya, pabrikasi trailer, kereta api dan lain sebagainya (Morris, 2003). Dalam proses pengelasan pada baja tahan karat dapat terjadi pembentukan karbida krom (Cr 23 C 6 ) di bagian batas butir atau disebut juga sensitasi. Kondisi ini banyak dijumpai pada daerah terpengaruh panas (heat affected zone/ HAZ). Terbentuknya karbida krom ini merupakan salah satu penyebab terjadinya korosi batas butir (intergranular corrosion/igc). Untuk mengurangi terjadinya korosi batas butir ini maka perlu adanya perubahan struktur mikro dari lasan yaitu dengan cara memberi perlakuan panas pasca pengelasan (post weld heat treatment /PWHT) (Mikell,1996). Di dalam proses perlakuan panas (heat treatment) terdiri dari dari tiga tahap yaitu; heating, holding, dan cooling, dimana ketiga tahap tersebut akan mempengaruhi hasil proses heat treatment. Faktor utama yang sangat mempengaruhi perubahan sifat mekanik ini adalah perubahan phase. Struktur dari phase tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur pemanasan (heating), lama pemanasan (holding time), dan kecepatan pendinginan (cooling rate). Menurut (Wiryosumarto, H., 2004), pemilihan parameter las titik yang tepat, akan berpengaruh terhadap kekuatan lasan dan perubahan sifat mekanisnya. Besar-kecilnya arus listrik dan lama waktu operasi las, akan mempengaruhi kecepatan rambatan yang terjadi, baik saat atau setelah pengelasan. Sehingga akan berpengaruh pada pembentukan fasa akhir yang terbentuk dan akan menentukan kekuatan sambungan las. Shamsul J.B. and Hisyam M.M. dalam penelitiannya tentang hubungan diameter nugget dan arus pengelasan baja austenitic stainless 304 dilas dengan las resistansi titik, menunjukkan bahwa peningkatan arus saat pengelasan meningkatkan ukuran nugget. Ukuran nugget tidak mempengaruhi distribusi kekerasan. Selain itu, peningkatan arus pengelasan tidak meningkatkan distribusi kekerasan. Ukuran nugget meningkat dengan kenaikan nilai arus pengelasan. Berdasarkan teori dan fakta tersebut, adalah hal yang sangat penting untuk mencari waktu dan arus listrik pengelasan RSW yang tepat, untuk menyelesaikan permasalahan sambungan pada pengelasan logam beda jenis (DMWs) antara SUS316L dan ST37. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan baik kepada industri maupun peneliti, untuk memilih secara 14 Achmad Nurhidayat

tepat arus listrik dan lama waktu operasi RSW sambungan las logam tak sejenis, antara baja tahan karat dengan baja karbon. TINJAUAN PUSTAKA Las tahanan listrik (resistance welding) adalah proses penyambungan benda kerja dengan melibatkan kombinasi tekanan dan panas terlokalisasi. Panas yang ditimbulkan oleh arus listrik melalui kontak antara permukaan benda kerja. Panas tersebut menyebabkan sebagian daerah kontak mencair dan akibat tekanan terjadi proses pembekuan dan penyatuan kedua logam akan membentuk nugget. Dalam las RSW salah satu parameter yang sangat berpengaruh adalah arus listrik, karena arus listrik akan mempengaruhi panas yang dihasilkan sehingga mampu untuk melelehkan logam. Alenius dkk (2006) melakukan penelitian pada sambungan logam tak sejenis antara austenitic stainless steel dan non-baja stainless. Pada penelitian ini divariasikan ketebalan dari masing-masing logam induk. Hasil penelitian menyatakan bahwa kekuatan sambungan dalam uji tarikgeser ditentukan oleh kekuatan dan ketebalan non-stainless baja. Bouyousfi dkk (2007) melakukan penelitian pengaruh parameter proses pengelasan (arus pengelasan,tahanan listrik elektroda dan durasi pengelasan) pada karakteristik mekanis sambungan las austenitic stainless steel 304L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus (current weld) yang diterapkan menjadi faktor utama terhadap sifat mekanik sambungan las dibandingkan dengan parameter yang lain. Sutaryono (2004) melakukan penelitian sambungan las dari baja karbon rendah dan baja HSLA pada RSW. Penelitian ini divariasikan arus (welding current) 4 ka, 6 ka, 8 ka, sedangkan parameter utama yang lain dijaga konstan. Hasil penelitian kemampuan las (weldability) dari baja karbon rendah lebih baik dari baja HSLA, ukuran nugget baja HSLA ditemukan lebih besar daripada baja karbon rendah. Hal ini dikarenakan, adanya tahanan (resistance) yang lebih besar antara elektroda dan permukaan baja HSLA. Kekerasan bahan meningkat seiring dengan meningkatnya arus pengelasan, hal ini karena pada arus yang tinggi, panas yang terjadi pada pengelasan lebih besar akibat yang diikuti dengan kenaikan laju pendinginan material, dengan demikian pengerasan. Kandungan austenit dan martensit di daerah lebur tidak terlalau bergantung pada masukan panas tetapi terutama dikontrol oleh komposisi logam dasar dan pengisi serta perbedaan dalam kecepatan difusi karbon. Bila migrasi karbon berkurang atau terbatas, maka kemungkinan terbentuknya formasi martensit juga berkurang (Barnhouse dan Lippold, 2003). Kekerasan yang tinggi sepanjang batas lebur diakibatkan oleh formasi martensit pada permukaan daerah tersebut. Keberadaan martensit dipengaruhi oleh komposisi logam dasar dan pengisi serta perbedaan dalam kecepatan difusi karbon. Bila migrasi karbon berkurang/terbatas, kemungkinan formasi martensit juga berkurang (Barnhouse dan Lippold, 2003). Nilai kekerasan cenderung menurun mulai dari batas lebur sampai logam dasar (Easterling, 1983). METODOLOGI Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja tahan karat SUS316L dan baja karbon ST37, masingmasing ketebalan 1.2mm. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah plat baja tahan karat SS 316 L dan SS 37 tebal 1 mm yang merupakan material setting pada pintu mobil dan ST37 1mm sebagai under frame. Elektroda spot welding yang digunakan dalam pengelasan RSW adalah low carbon steel bar diameter 5 mm. Achmad Nurhidayat 15

Komposisi kimia material tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia material penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas peralatan untuk proses pengelasan las titik dan peralatan untuk pelaksanaan pengujian. Spesifikasi mesin las titik yang digunakan adalah: Type Rated Power :V-16-1 AC POINT WELDER Mains Input Voltage Rated Input Curren : 16 kva : 380V : 42A Second Empity Load Vol.: 1.6V-3.2V Duty Cycle Rating Class Number : 6 : 20 % Adjustable Class Maximum Weld. Thickness of Low Carbon Steel : 3+3mm Pengelasan dilakukan dibuat di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Proses pengelasan menggunakan las RSW (Resistance Spot Welding) rated power 16 kva, dengan variasi arus yang diatur oleh kumparan skunder trafo sebesar 1,6 volt, 2,02 volt, 2,67 volt, waktu proses pengelasan (cycle time) 2,5 detik yang dijalankan secara otomatis diameter elektroda pengelasan 6 mm. Pengujian karakteristik mekanik dilakukan dengan menggunakan UTM (Uviversal Testing Machine) dengan beban 4 ton. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin UNS. Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanis bahan yaitu : kekuatan tarik maksimum (ζ u ), modulus elastisitas (E) dan regangan (ε) dari bahan. Hasil uji tarik memberikan informasi tentang efisiensi sambungan las (joint efficieny). Untuk pengujian kekerasan digunakan dengan metode Vickers dan pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik. 16 Achmad Nurhidayat

Gambar 1. Bahan spesimen uji tarik geser HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data hasil pengujian nilai kekerasan dapat dibuat suatu grafik hubungan antara nilai kekerasan dengan lokasi penjejakan. Hal ini dilakukan untuk melihat perubahan kekerasan akibat pemasukan energi termal terhadap logam. Gambar tersebut terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. BM ST37 BM SUS316L Gambar 2. Titik-titik pengujian kekerasan mikro dan struktur makro tebal plat 1 mm Achmad Nurhidayat 17

SUS316L dgn ST37 1,79V, 2,5dt SUS316L dgn ST37 2,02V, 2,5dt SUS316L dgn ST37 2,67V, 2,5dt Gambar 3. Variasi Arus Listrik Terhadap Operasi Waktu SS316L ST37 SUS316L dgn ST37 1,79V, 2,5dt SS316L ST37 SUS316L dgn ST37 2,02V, 2,5dt SS316L ST37 SUS316L dgn ST37 2,67V, 2,5dt Gambar 4. Struktur Mikro Variasi Arus Listrik Terhadap Operasi Waktu, Ferit adalah bagian yang terang dan Perlit bagian yang hitam 18 Achmad Nurhidayat

Gambar 5. Variasi Arus Listrik Terhadap Waktu Operasi. Gambar 6. Variasi Tensile Shear Force danvariasi Arus Pengamatan terhadap hasil foto struktur mikro memperlihatkan pengaruh masukan panas terhadap pengelasan logam tak sejenis SUS316L dan ST37, daerah ferit berwarna terang dan struktur perlit berwarna gelap. Ferit mempunyai sifat yang lebih lunak bila dibandingkan dengan perlit. P a d a foto struktur mikro dapat dianalisa bahwa akibat masukan panas maka terjadi perubahan butir dan fasa. Apabila arus listrik, makin tinggi maka timbul fasa bainit dan martensit yang kekerasannya tinggi. Akibat kekerasan yang tinggi ini, maka kekuatan geser sambungan las menjadi berkurang. Dapat dikatakan juga bahwa semakin tinggi arus listrik RSW, semakin lusa/besar daerah HAZ. Akibatnya menurunnya kandungan perlit, diiringi terjadi peningkatan ferrit pada HAZ. Hal ini terjadi karena pada daerah las, panas yang diterima logam lebih besar dibandingkan dengan daerah HAZ dan daerah logam induk. Demikian juga pendinginan yang terjadi pada daerah las lebih cepat dibandingkan daerah HAZ dan logam induk, sehingga timbul rekristalisasi dan perubahan besar Achmad Nurhidayat 19

butir. Sehingga menyebabkan menurunnya kekuatan tarik pengelasan logam tak sejenis. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian melalui pengujian kekerasan dan foto struktur mikro, maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur mikro yang terbentuk pada logam las, HAZ baja tahan karat, dan logam induk baja tahan karat adalah austenit dan ferit δ. Sedangkan pada HAZ baja karbon rendah dan logam induk baja karbon rendah adalah ferit α dan perlit. 2. Terbentuknya endapan karbida krom di bagian batas butir pada logam las, HAZ baja tahan karat dan logam induk baja tahan karat setelah mengalami perlakuan panas pasca pengelasan. 3. Nilai kekerasan tertinggi pada hasil lasan terdapat di logam las diikuti kemudian HAZ baja tahan karat, logam induk baja tahan karat, HAZ baja karbon rendah dan terakhir logam induk baja karbon rendah. 4. Meningkatnya arus listrik RSW akan memperluas HAZ, tetapi disisi lain terjadi pendinginan pada daerah las lebih cepat dibandingkan daerah HAZ dan logam induk, sehingga timbul rekristalisasi dan perubahan besar butir. Selain itu arus listrik RSW semakin tinggi, menyebabkan menurunnya kekuatan tarik pengelasan logam tak sejenis. 5. Perbedaan sifat fisik, mekanik dan material pada sambungan tersebut, dimungkinkan dapat terjadi penurunan sifat mekanik dan SARAN ketahanan korosi. Sehingga sangat penting mencari alternatif pengganti RSW, dengan mengembangkan geometri sambungan las dan teknik pengelasan lain yang lebih baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan beberapa hal berikut: 1. Untuk proses perlakuan panas setelah pengelasan (post weld heat treatment/pwht) sebaiknya dilakukan dalam kondisi vakum agar terhindar dari proses oksida logam. 2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik nilai kekerasan dengan laju korosi. 3. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh holding time dalam pembentukan karbida krom (Cr 23 C 6 ) pada proses perlakuan panas baja tahan karat. 4. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh unsur molibdenum (Mo) dan titanium (Ti) dalam mereduksi karbida krom setelah pemanasan pada HAZ terhadap baja tahan karat. DAFTAR PUSTAKA ASTM A 262. 93a. Standard Practice for Detecting Suspectibility to Intergranular Attack in Austenitic Stainless Steels. ASTM G1. 90. Standard Practice forpreparing, Cleaning, and Evaluate Corrosion test Specimens. Alenius dkk 2006. Pengaruh Holding Time dan cooling Rate Pada Proses 20 Achmad Nurhidayat

Perlakuan Panas Terhadap Ketahanan Korosi Pada baja ASSAB 760. Jurnal Teknik/Vol VII. Universitas Brawijaya. Barnhouse dan Lippold. 2003. Microstructure / Property Relationship in Dissimilar Welds Between Duplex Stainless Steel and Carbon Steel. Easterling. Kenneth. 1983. Introduction to the Physical Metallurgy of Welding. Butterworth & Co. (Publisher) Ltd. London. Mikell, 1985. Teknik Pembentukan Logam. Jilid 1. Bandung. Morris 2003. Characterization of Weld. ASM Handbook Vol. 6 Nicolas dan Laurent. 2001 Principles of Materials Science and Engineering. Mc Graw-Hill. Inc. USA. Sutaryono. 2004. Karakteristik Sambungan Las Antara Baja Karbon Rendah AISI 1010 Dengan Baja Tahan Karat Austenitik AISI 316L. Skripsi S1 Teknik Mesin FT. UNS. Surakarta. Wiryosumarto H. dan Okumura T. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Achmad Nurhidayat 21