PEMANFAATAN SENI KARAWITAN UNTUK MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN NILAI KEDISIPLINAN DAN KEBERSAMAAN ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

Gamelan, Orkestra a la Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

UCAPAN TERIMA KASIH...

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMPN 1 SRENGAT BLITAR

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB I PENDAHULUAN. lokal di sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

Aplikasi Pengenalan Alat Musik Gamelan Jawa Dalam Bentuk Animasi 3D Berbasis Desktop Menggunakan Blender Versi 2.76B

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Ekstrakurikuler Karawitan. a. Pengertian Ekstrakurikuler

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

Rancang Bangun Aplikasi Gamelan Sintetis Laras Pelog

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang butuh akan ilmu pengetahuan dan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

DAFTAR ISI BAB 2 SEKOLAH MUSIK KARAWITAN LOKANANTA DI SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

POLA RASIO AMPLITUDO KOMPONEN HARMONIK GENDER BARUNG LARAS SLENDRO

Kendangan Matut. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS FREKUENSI PADA GONG LARAS SLENDRO

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur memiliki berbagai macam bentuk kesenian daerah. Kesenian

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN GITA LARAS DI SD NEGERI BETRO KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

Transkripsi:

PKMI-3-19-1 PEMANFAATAN SENI KARAWITAN UNTUK MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN NILAI KEDISIPLINAN DAN KEBERSAMAAN ANAK Muhammad Arifin, Miftakhul Huda, Tarmiyanti PS Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. ABSTRAK Rasa kebersamaan merupakakan modal yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang intelektualitas, bermartabat, dewasa, dan mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Modernitas telah membawa pergaulan anak sampai dengan kasus kesenjangan sosial, yakni suka memilih-milih teman. Adanya kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan dapat menumbuhkan semangat rasa kebersamaan antarsiswa. Selain itu, seni karawitan juga mampu mengajarkan kedisiplinan pada anak dalam memainkan gamelan sesuai dengan tugas masingmasing. Tujuan dari penelitian ini, yakni untuk mengkaji seni karawitan dalam menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan siswa, serta memaparkan proses pembelajaran karawitan yang mampu disisipi nilai kedisiplinan dan kebersamaan. Penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner kepada siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan tutor dari SD Al Irsyad Surakarta, MI Muhammadiyah Karanganyar, SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta, SD Muhammadiyah 1 Surakarta, dan SD Ta mirul Islam Surakarta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat nilainilai kebersamaan dan kedisiplinan dalam seni karawitan, nilai-nilai tersebut dapat menumbuhkan dan meningkatkan kebersamaan dan kedisiplinan untuk menciptakan keserasian hidup dan profesionalitas, serta materi karawitan dan pemahaman instrumen gamelan menjadi proses pembelajaran yang mampu disisipi dengan nilai kedisiplinan dan kebersamaan. Kata kunci: karawitan, nilai kebersamaan, nilai kedisiplinan PENDAHULUAN Banyak kasus ditemukan sejalan dengan berkembangnya modernitas dan kemajuan iptek bahwa banyak anak yang memilih-milih pergaulan sehingga ada beberapa temannya yang diasingkan karena perbedaan status ekonomi dan sosial. Selain itu, mulai menurunnya bahkan hampir hilang rasa unggah-ungguh anak terhadap orang tua. Corak bermain anak juga mempengaruhi tingkat egosentris seorang anak. Semakin sedikit interaksi anak dengan temannya, maka semakin sedikit pula rasa empati anak itu. Penelitian ini mengangkat pentingnya suatu kegiatan ekstrakurikuler, khususnya pendidikan apresiasi seni yang dapat menumbuhkan semangat rasa kebersamaan antar siswa. Salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan membentuk pribadi yang baik bagi anak adalah karawitan. Karawitan merupakan salah satu kesenian tradisional yang memberi nilai positif bagi seorang anak. Kentalnya nilai kebersamaan yang diperoleh anak melalui karawitan akan sangat berguna bagi pertumbuhan mental anak karena anak akan belajar saling menghargai, mendukung, dan bekerja sama. Selain rasa kebersamaan, karawitan dapat memacu tingkat disiplin anak. Melalui seni karawitan siswa harus berdisiplin dalam memainkan gamelan sesuai dengan

PKMI-3-19-2 tugas masing-masing. Masalah yang diangkat yakni untuk menjawab alasan seni karawitan mampu menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan bagi siswa. Proses pembelajaran yang bagaimanakah yang mampu disisipi penyampaian materi kedisiplinan dan kebersamaan? Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengkaji potensi seni karawitan dalam menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan bagi siswa dan memaparkan proses pembelajaran seni karawitan yang mampu disisipi nilai kedisiplinan dan kebersamaan. Manfaat dari penelitian ini di antaranya mampu memberikan gambaran kepada masyarakat terutama orang tua bahwa rasa kebersamaan pada anak sangat diperlukan untuk membentuk moral anak, memberikan pengetahuan kepada masyarakat secara umum maupun kepada pelaku budaya secara khusus bahwa pentingnya melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa, menjadi sarana pendidikan bermasyarakat kepada para siswa agar mereka mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan kerjassama, mengetahui seberapa besar respon masyarakat terhadap upaya melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional. METODE PENDEKATAN Subjek dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku anak yang memainkan seni karawitan berupa rasa kebersamaan dan nilai kedisiplinan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan sumber data kuesioner yang telah diisi oleh tutor, Kepala Sekolah, orang Tua Siswa, dan siswa yang mengikuti Program Apresiasi Seni yang diselenggarakan oleh SD Al Irsyad Surakarta, MI Muhammadiyah Karanganyar, SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta, SD Muhammadiyah 1 Surakarta, dan SD Ta mirul Islam Surakarta. 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan kuesioner. Observasi adalah metode pengumpulan data oleh peneliti atau kolaboratornya dengan mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2004:116). Adapun kuesioner adalah metode pengumpulan data yang terbentuk pertanyaan yang harus dijawab atau diisi oleh responden di bawah pengawasan peneliti (Busono, 1988:74). Observasi dilakukan pada tanggal 4 Maret 2005 di Universitas Muhammadiyah Surakarta ketika PSB- UMS menyelenggarakan Festival Program Apresiasi Seni (PAS) yang diikuti oleh SD Al Irsyad Surakarta, MI Muhammadiyah Karanganyar, SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta, SD Muhammadiyah 1 Surakarta, dan SD Ta mirul Islam Surakarta. Adapun data kuesioner diperoleh dari tutor, Kepala Sekolah, orang Tua Siswa, dan siswa yang mengikuti Program Apresiasi Seni yang diselenggarakan oleh SD Al Irsyad Surakarta, MI Muhammadiyah Karanganyar, SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta, SD Muhammadiyah 1 Surakarta, dan SD Ta mirul Islam Surakarta. 2. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh di lapangan dikelompokkan ke dalam kategori yang telah

PKMI-3-19-3 ditentukan. Setelah data terkumpul, pembahasannya menggunakan analisis dokumen dan wawancara terstruktur (Kinanti dan Sumaryanti, 2000:138). Data yang dimaksud adalah data kuesioner yang telah diisi tutor, Kepala Sekolah, orang Tua Siswa, dan siswa yang mengikuti Program Apresiasi Seni yang diselenggarakan oleh SD Al Irsyad Surakarta, MI Muhammadiyah Karanganyar, SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta, SD Muhammadiyah 1 Surakarta, dan SD Ta mirul Islam Surakarta. Selain data kuesiner, data yang lain adalah data hasil observasi yang telah dilakukan ketika ada pementasan karawitan itu sendiri. 3. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal merupakan metode penyajian data berupa perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan dua hal, yaitu seni karawitan dalam menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan anak serta proses pembelajaran yang mampu disisipi penyampaian materi kedisiplinan dan kebersamaan. Rasa kebersamaan merupkan modal yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang intelek, bermartabat, dewasa, dan mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dengan rasa kebersamaan, siswa akan dapat saling membantu, dapat terwujud satu tim belajar, serta rasa empati yang besar sehingga dapat mendorong siswa untuk mengatasi permasalahan yang menghambat keberhasilannya dalam mencapai cita- cita. Seni karawitan merupakan suatu kegiatan seni yang selalu mengedepankan kebersamaan. Tanpa adanya kebersamaan dalam bermain karawitan, maka keselarasan dalam permainan itu tidak akan tercipta. Karawitan sebagai musik tradisional Jawa memiliki pola dan struktur dalam memainkannya. Tidak hanya menabuh sebagaimana orang sering menabuh dengan sesuka hati, tetapi bunyi yang dikeluarkan harus sesuai dengan pakemnya yang lazim disebut dengan eksperimen. Ketika anak memainkan gamelan misalnya, anak harus selalu menjaga kekompakan agar bunyi yang keluar dapat beriringan dan tidak mengganggu telinga yang mendengarnya. Salah satu alat saja menjadi yang menonjol dalam performa bunyi gamelan, tentu akan merusak keindahan seni karawitan. Dalam pada itu, anak benar-benar dituntut untuk saling menghargai kebersamaan tim dengan menunjukkan kekompakan dalam memukul atau memainkan instrumen gamelan. Dengan demikian, adanya kekompakan anak dalam bermain akan menumbuhkan rasa kebersamaan tim sehingga mampu mencapai harmoni keselarasan permainan karawitan. Nilai-nilai kebersamaan dalam bermain karawitan bisa juga mempengaruhi kebersamaan di luar permainan. Misalnya saja dalam pergaulan di kelas dengan teman sebaya atau dengan teman di luar kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Fitria Damayanti, siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Karanganyar, yang menyatakan bahwa dalam bermain haruslah kompak sehingga dapat mempererat pertemanan.

PKMI-3-19-4 Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Zaini Hilmi, siswa kelas III SD Al- Islam 2 Jamsaren Surakarta, yakni dalam bermain seni karawitan harus saling membantu dan menolong teman yang lain. Pernyataan ini mewakili kebersamaan yang dirasakan siswa saat bermain karawitan. Kebersamaan yang timbul karena adanya kesamaan visi dalam menciptakan profesionalisme kerja, yakni bagaimana mampu menabuh gamelan dengan benar sehingga pertunjukan karawitan bisa berhasil. Tanpa adanya kompromi dari para penabuh (niyaga) pun sebetulnya bisa berhasil. Membantu dan menolong di sini tidak berarti mempengaruhi penabuh (niyaga) yang lain. Masing-masing profesi hanya menghadapi dunia keprofesiannya sehingga tanpa kompromi para niyaga pun, karawitan memang mampu berjalan. Namun demikian, lagu atau nada yang selaras harus tetap tercipta. Dengan sikap mau membantu dan menolong yang lain, berarti terciptalah suatu kebersamaan yang juga mengikis sifat egosentris dan individualisme pada anak. Ini berarti bahwa seni karawitan bisa dijadikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang dapat memberikan soft terapi bagi anak untuk mengikis rasa egosentris dan individualisme, serta mampu memupuk kebersamaan siswa. Hal ini selaras dengan pernyataan Darsono, S. Kar., M. Hum., tutor karawitan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah I Surakarta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut, Karawitan mampu mengikis sifat individualisme dan memupuk kedisiplinan serta gotong royong dalam hati siswa melalui kegiatan seni. Gotong royong merupakan salah satu cermin kehidupan masyarakat sosial yang arif dan beradab. Masyarakat Indonesia mempunyai peradaban yang luhur yang tampak pada kebiasaan hidup masyarakat yang mau bergotong-royong dalam menyelesaikan suatu masalah. Suatu bentuk peradaban yang tinggi dengan kerelaan mau membantu dan menolong sesama tanpa pamrih yang mampu menciptakan kebersamaan dalam keserasian hidup. Nilai-nilai kebersamaan dalam karawitan bisa terlihat dalam kekompakan membawakan gendhing-gendhing karawitan. Kekompakan anak membawa nilainilai budaya yang luhur yakni gotong-royong. Gotong-royong membantu anak untuk bisa beradaptasi dengan dunia sosialnya. Terciptanya kehidupan sosial dalam kebersamaan atau gotong-royong mampu menambah keakraban masingmasing individu. Jadi, nilai kebersamaan tersebut tampak pada kekompakan, gotong royong, dan keakraban anak. Rasa kebersamaan itu tidak hanya terlihat saat bermain karawitan, tetapi juga pada pergaulannya di luar lingkungan kegiatan karawitan. Seni karawitan mengajarkan bagaimana bersikap yang baik dengan orang lain. Cara penabuh (niyaga) duduk membawakan gendhing- gendhing karawitan, semuanya duduk bersila atau bersimpuh. Suatu keadaan sikap badan paling ideal dalam berkomunikasi, baik antarsesama maupun kepada Yang Maha Kuasa. Betapapun menggebu irama tetabuhan yang dihasilkan, sikap badan pelakunya tetap dalam keadaan sama rendah, duduk bersila atau bersimpuh. Dalam pada itu orientasi arah (menghadap) para penabuh gamelan sudah bukan sesuatu yang mutlak. Penabuh gamelan tidak harus berjajar rapi seperti pemusik dalam konser. Mereka menghadap gamelannya masing-masing dengan posisi ya Profesionalitas dibutuhkan agar penabuh dapat benar-benar menguasai instrumen gamelan beserta cara-cara memainkannya. Agar bisa menguasai instrumen dan cara menabuhnya, maka perlu kedisiplinan penabuh untuk menunjukkan keprofesionalannya

PKMI-3-19-5 tersebut. Begitu juga pada anak sebagai subjek didik dalam bermain karawitan, mereka perlu dengan adanya sikap disiplin. Kedisiplinan ini harus dimiliki setiap anak agar tujuan dari karawitan ini dapat terwujud. Tanpa didukung dengan kedisiplinan, karawitan ini hanya akan menjadi sebuah ajang permainan yang tidak jelas tujuannya. Penabuh yang seharusnya berkutat pada bidang garapnya masing- masing, bisa saja mempengaruhi penabuh lainnya. Dalam artian, seorang penabuh telah memaksakan permainan penabuh yang lain agar sama titilarasnya dengan apa yang ia tabuh. Padahal, laras slendro maupun pelog pada karawitan tidaklah mengenal standar tuning (patokan nada) seperti halnya pada musik Barat yang frekuensi nada dan intervalnya sudah ditentukan. Adanya kedisiplinan penabuh dalam memainkan profesinya masingmasing akan membentuk performa bunyi karawitan yang simfo harmonik. Dengan demikian, setiap anak diajarkan untuk selalu disiplin dalam lahan profesinya. Sebagai penabuh bonang, ia tidak bisa mempengaruhi penabuh gong, gender, gambang, atau yang lainnya. Cukup dengan menjaga kedisiplinan dari dalam menangkap dan menterjemahkan arahan dari pengesek rebab dan komando dari pengendang sehingga tujuan dapat tercapai tanpa adanya pemaksaan dalam hubungannya dengan hakekat penciptaan manusia yang merdeka. Hal-hal seperti inilah yang diajarkan pada tiap-tiap anak didik karawitan, yakni keprofesionalan kerja dan penghargaan akan hakikat manusia merdeka dengan disiplin diri dalam menerjemahkan tugas profesinya masing- masing. Disiplin dalam bermain karawitan ini membawa anak pada kedisiplinan dalam bersikap. Disiplin dalam bersikap ini dapat dilihat dari kearifan dan keluhuran sikap anak dalam masyarakat. Misalnya saja pada tingkat kesopanan, keaktivan, dan kepatuhannya. Disiplin dalam kaitannya dengan keaktivan anak terlihat pada keberanian anak untuk tampil di muka umum dengan baik. Tanpa disiplin, bisa saja anak di depan umum tampil seenaknya tanpa arah yang pasti sehingga bisa menciptakan kesan buruk bagi yang melihatnya. Penanaman disiplin seperti ini, pada karawitan akan membantu membangun mental anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan orang tua siswa dari salah satu siswa SD AL-Irsyad Surakarta, Maryanto, Setelah mengikuti karawitan, anak menjadi lebih berani tampil dan bisa aktif dalam berteman di rumah. Kedisiplinan, selain mampu meningkatkan kesopanan siswa dan keaktivan, bisa juga meningkatkan kepatuhan anak. Hj. Muji Rahayu, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah I Surakarta menyatakan bahwa anak-anak yang mengikuti karawitan lebih dapatdikendalikan. Pengajaran pada kegiatan karawitan membutuhkan kedisiplinan anak untuk mematuhi cara-cara yang diajarkan tutor dalam memainkan gamelan. Hal ini berarti bahwa anak sudah terbiasa dengan aturan-aturan yang mampu membawa mereka ke arah yang positif. Akan tetapi, mengendalikan anak tidaklah mudah. Dalam mengajar para tutor tidak memaksakan, tetapi lebih menganggap anak didik sebagai teman dan anak sendiri sehingga anak-anak disuruh patuh dengan tidak ada pemaksaan apapun melainkan dengan kesadaran masing-masing. Selain kedisiplinan diri yang terlihat pada tingkat kesopanan, keaktivan, dan kepatuhan anak, karawitan juga mampu membawa anak untuk menghargai waktu. Kegiatan karawitan dalam latihannya membutuhkan waktu tiga bulan, seminggu sekali dalam dua jam. Dalam jangka waktu itu, anak harus bisa tampil dengan performa yang menarik saat pementasan. Apabila waktu tersebut tidak ditaati,

PKMI-3-19-6 maka performa karawitan akan mengecewakan. Oleh karena itu, anak diajarkan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin sehingga anak bisa dengan cermat membagi waktunya (disiplin waktu). Nilai-nilai kebersamaan dan kedisiplinan tersebut merupakan pengaruh positif yang ditanamkan dalam kegiatan seni karawitan. Nilai-nilai tersebut mampu memberi rangsangan penciptaan keserasian hidup dan profesionalitas pada anak melalui sistem pembelajaran yang mereka dapatkan saat bermain gamelan. Belajar haruslah memperhatikan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa sebuah proses maka tujuan tidak akan dapat tercapai dengan maksimal. Proses belajar yang dilaksanakan dengan cara baik, terorganisasi, dan sistematis akan menciptakan hasil yang memuaskan. Semua proses belajar juga sangat berpengaruh oleh kondisi atau suasana belajar. Suasana belajar mempengaruhi proses belajar, dan proses belajar menentukan hasil belajar. Jadi, antara suasana, proses, dan tujuan belajar adalah sesuatu yang saling berkaitan dan tidak boleh ditinggalkan, semuanya harus diperhatikan. Ketika seorang anak didik sudah mencapai titik jenuh dalam belajar, situasi belajar pun menjadi tidak teratur dan tidak kondusif. Begitu pula dalam karawitan, situasi belajar dan kebersamaan anak adalah hal yang sangat penting. Sebagai seorang tutor harus dapat mengarahkan dan mengatur anak agar tetap disiplin dan selalu memelihara kedisiplinan anak. Seorang anak dituntut untuk memiliki jiwa asah, asih, dan asuh. Seorang tutor tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik para siswa. Kendala yang dihadapi tutor ketika melaksanakan proses pembelajaran karawitan adalah ketidak-disiplinan siswa dan minimnya rasa kebersamaan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya tutor untuk menyikapi ketidak-tertiban siswa yakni dengan mengajak siswa berdialog, menunjukkan sikap yang benar dan memberi contoh, memberikan arahan pentingnya sebuah kedisiplinan dengan pembagian tugas dan menjadikan siswa seperti anak sendiri atau dianggap sebagai teman. Upaya untuk menumbuhkan kebersamaan siswa itu bisa ditempuh dengan menjelaskan sistem bermain karawitan yakni siswa diajarkan untuk tidak menonjolkan permainan alat yang mereka mainkan. Upaya kedua yakni dengan menjelaskan peran masing-masing instrumen gamelan, sifat dari permainan gamelan pada dasarnya adalah mencerminkan sebuah kebersamaan yang saling melengkapi satu sama lain. Jadi, dengan menjelaskan peran masing-masing alat gamelan, siswa akan mampu memahami bagaimana dan apa manfaat dari sebuah kebersamaan karena konteks permainan adalah membangun kebersamaan. Nilai efektif yang terkandung dalam seni karawitan untuk menumbuhkan kebersamaan dan kedisiplinan anak, sebagaimana pandangan para tutor, yakni mampu mengikis sifat individualisme dan mampu memupuk kedisiplinan siswa. Proses pembelajaran yang mampu disisipi penyampaian materi kedisiplinan dan kebersamaan, yakni materi yang diajarkan dalam seni karawitan dan pemahaman instrumen gamelan. Materi pembelajaran yang disampaikan tutor kepada para siswa dalam pembelajaran karawitan adalah materi yang disampaikan dalam satu bentuk pembelajaran yang bersifat praktis dengan mengedepankan penguasaan lifeskill siswa.

PKMI-3-19-7 Materi pembelajaran yang bisa dipakai bisa dimasukkan atau digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pengenalan karawitan secara umum dengan mengenalkan seluk-beluk karawitan sehingga akan tumbuh kecintaan pada kesenian ini. Siswa akan memiliki kesadaran untuk belajar karawitan dengan sendirinya karena sudah tumbuh kecintaaan pada kesenian ini. Selain pembelajaran secara umum, pembelajaran juga dilakukan secara langsung. Pada materi pembelajaran ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya berkutat pada teori, melainkan mempraktikkan secara langsung. Materi pembelajaran langsung lebih banyak ragamnya dibandingkan dengan materi pengenalan karena sesuatu yang diteorikan belum tentu sama dengan praktiknya. Pemanfaatan gamelan sebagai alat musik dalam seni karawitan memiliki makna simbolis yang tersirat. Tidak semua orang mampu menabuh dan memahami kegunaan alat musik gamelan. Oleh karena itu, perlu adanya latihan dan keterampilan yang cukup untuk dapat memainkan dan memahami seluk-beluk tentang gamelan. Gamelan merupakan seperangkat alat musik khas Indonesia yang kelengkapan instrumennya dapat disejajarkan dengan simfoni orkestra dunia Barat. Sebagaimana alat musik pada umumnya, gamelan merupakan hasil olah budi manusia untuk mengungkapkan rasa estetika atau rasa mencurahkan keindahan (Santoso, tt :1). Gamelan Jawa dibagi menjadi dua bagian. Pembagian ini berdasarkan perpaduan nada, yang dalam bahasa Jawa disebut dengan laras, yaitu gamelan laras slendro dan gamelan laras pelog. Gamelan laras slendro merupakan laras untuk tabuhan yang halus. Laras slendro terdiri dari dua pangkon atau deret. Sedangkan laras pelog merupakan laras untuk tabuhan yang keras dan hanya terdiri dari satu pangkon (deret). Gamelan sebagai orkestrasi musik mandiri (seperti pada karawitan), menurut Santoso (tt:7) dapat digunakan untuk pementasan gendhing. Misal, gendhing-gendhing dolanan, gendhing macapatan, ladrangan, lancaran. Selain sebagai orkestra musik mandiri, gamelan dimanfaatkan untuk mengiringi pagelaran wayang, pementasan tari, dan drama tradisional. Instrumen gamelan mempunyai tugas masing-masing untuk menimbulkan bunyi yang teratur dan enak didengar telinga. Kendang merupakan instrumen gamelan yang memegang peranan sangat penting. Tugas kendang yakni sebagai pengatur irama. Sebagai pemangku irama adalah tugas dari ketuk, kenong, kempul, gong, dan kempyang. Bonang menjadi pemimpin atau yang mampu mengatur lagu (gendhing). Saron dan slentem dijadikan sebagai pemangku lagu. Sebagai pemangku rasa atau pengisi jiwa dalam pagelaran, yakni celempung. Rebab sebagai pembuka patet. Suling dan siter untuk memeriahkan irama, dan keprak untuk menggairahkan nada. Tugas masing-masing instrumen itu harus didukung dengan irama yang jelas. Irama yang diciptakan dalam seni karawitan tidak sama dengan alat musik perkusi pada umumnya. Adanya laras Slendro dan laras Pelog justru menghasilkan suara yang lembut bahkan kadang-kadang hanya lamat-lamat mengusik indra pendengaran. Berbeda sekali dengan alat musik perkusi yang hanya menghasilkan suara hingar-bingar pemekak telinga atau penggetar dada. Terciptanya suara atau hasil bunyi yang syahdu tentu bukan karena instrumen gamelan dipukul alat per alat dengan tepat.

PKMI-3-19-8 Satu alat saja diperbunyikan tidak selayaknya, maka rusaklah simfoni harmoni karawitan itu. Oleh karena nila setitik, maka rusaklah susu sebelangga. Peribahasa tersebut juga berlaku pada karawitan. Kesalahan metode pukul pada salah satu alat akan menunjukkan kekacauan pada bunyi hasil karawitan. Apabila karawitan tersebut dimanfaatkan untuk mengiringi suatu pagelaran akan tampak jelas kesalahan tersebut. Pada pagelaran wayang misalnya, suara karawitan bisa diibaratkan sebagai sukma dan jiwa bagi jalannya pagelaran wayang. Karawitan adalah energi yang merangkap sebagai media eternal bagi jalannya penggalpenggal sebuah lakon wayang. Akan tetapi, ketidakselarasan tersebut dapat dihindari dengan pelatihan secara bertahap dan kerja sama penabuh (niyaga) untuk menghasilkan bunyi-bunyian karawitan yang laras dan syahdu. Terdapat cara-cara untuk menabuh gamelan agar bunyi yang timbul terdengar syhadu dan menghanyut sukma. Cara-cara menabuh gamelan yang dianggap baik dan baku (Santoso, tt: 37-38) itu seperti: a. Irama milah atau mbalung, yakni menabuh titilaras-titilaras yang tertulis pada bagian pembuka. Cara ini digunakan untuk menabuh alat pemangku lagu yakni sebagai kerangka gendhing yang dimainkan. b. Irama nacah, yakni memukul dua kali pada tiap titilaras. Cara ini digunakan pada Saron. c. Irama nggembyang, yakni menabuh dua nada yang sama larasnya tetapi berjarak satu oktaf (satu gembyang) pada bonang dan barung. d. Irama nggembyang rangkap, yakni melipatkan gembyangan bonang barung. Tujuannya untuk menghias gendhing agar terdengar lebih indah dan meriah. Cara menabuh instrumen gamelan tersebut, semua penabuh dalam keadaan duduk bersila atau bersimpuh. Betapa pun menggebu irama tetabuhan yang dihasilkan, sikap badan penabuhnya tetap dalam keadaan sama rendah dengan duduk bersila. Suatu keadaan sikap badan yang ideal dalam berkomunikasi, baik antarsesama ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sikap badan seperti ini mengajarkan anak untuk menanamkan sifat rendah hati, yakni dalam dalam berkomunikasi dengan sesama tidak boleh menunjukkan sikap sombong, tinggi hati, atau merasa dirinyalah yang paling unggul. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang bisa saling memberi dan saling menerima, artinya komunikasi itu bisa berjalan dua arah, tidak hanya jadi pendengar saja atau jadi pencerita saja. Akan tetapi, dengan seni karawitan ini bisa mengajarkan bagaimana menghargai orang lain saat berkomunikasi yakni dengan mereduksi sifat egosentris pada anak. Dalam menabuh gamelan pun, orientasi arah para penabuh gamelan sudah bukan sesuatu yang mutlak. Penabuh tidak harus duduk berjajar rapi, tetapi yang baku mereka menghadap gamelannya masing-masing dengan posisi yang paling cocok bagi mereka. Posisi tersebut tidak perlu satu arah. Dalam seni karawitan bisa diselingi dongeng maupun syair-syair karawitan itu sendiri yang berisikan nasihat-nasihat yang akan membangun moral anak. Skripsi yang ditulis oleh Normasari (2004) dengan judul Hubungan Antara Pemberian Dongeng terhadap Perkembangan Moral Anak menjelaskan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas pemberian dongeng dengan perkembangan moral anak. Hal ini berarti semakin tinggi intensitas pemberian dongeng akan semakin tinggi perkembangan moral anak. Widiastuti (2005) menulis Hubungan Antara Kemampuan Empati dan