MENYIKAPI RADIKALISME ISIS DI SUMATERA BARAT [1] Oleh: Duski Samad [2] A. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
TOLERANSI SEHAT. Oleh: Duski Samad. Wakil Ketua FKUB Sumatera Barat

RADIKALISME DAN ANTISIPASI ISIS. OLEH: Duski Samad. Ketua MUI Kota Padang

ISIS: GERAKAN KEKHALIFAHAN ISLAM GLOBAL DAN TANTANGAN BAGI NKRI DAN ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN 1. Oleh: DR. KH. Ma ruf Amin 2

false false false EN-US X-NONE AR-SA

Tugas wanita yang pertama dan utama ialah mendidik generasi-generasi baru. Mereka

KOMISI I DPRD SUMBAWA FASILITASI WARGA AI BARI DAN LIMUNG Oleh: Admin

MEWASPADAI ISIS MEWASPADAI ISIS

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang Persepsi Mahasiswa IAIN Antasari terhadap ISIS.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

I. PENDAHULUAN. Agama adalah penyerahan mutlak dari hamba kepada tuhan. Maha Pencipta

RADIKALISME DAN ANTISIPASI ISIS [1] OLEH: Duski Samad [2]

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Pandangan Agama Islam Mengenai Terorisme, Kekerasan, dan Jihad Oleh : Aprillani Arsyad, S.H., M.H. 1

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Written by Yakob Bunga Wednesday, 29 April :26 - Last Updated Friday, 06 November :08

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Written by Herawati Thursday, 13 August :23 - Last Updated Friday, 06 November :36

BAB V PENUTUP. dalam penelitian novel Saya Mujahid Bukan Teroris karya Muhammad B.

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

Oleh : DUSKI SAMAD. Ketua MUI Kota Padang

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

Surat Untuk Kaum Muslimin

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. dari yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara yang

RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). TAHUN ANGGARAN 2017

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

Khutbah Jumat Masjid Nabawi: Bagaimana Setelah Ramadhan?

Pemantapan Solidaritas Kerukunan Umat Beragama dalam Mencegah Berkembangnya Faham Radikal Menjelang Pilkada Serentak 2015

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

Pendidikan Agama Islam

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

Memahami Radikalisme Secara Utuh

MENGIKUTI HAWA NAFSU

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

Dekan dan Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk

Memberantas Narkoba Melalui Hypnotherapy Dan Nilai-nilai Spiritual Islam

Membangun Kekuatan Umat Islam. Written by Friday, 11 June :36

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Jihad Palsu, Amalan Yang Menipu

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah YouTube, yang berbentuk komunikasi massa audio visual. YouTube tidak

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

mengorbankan nyawa seminimal mungkin.2

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat

Alloh Ta'ala berkata di dalam Al-Qur'an:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

Kedudukan Akal Dalam Islam

UNIVERSITAS INDONESIA FENOMENA ISIS SEBAGAI ANCAMAN MENTAL BAGI UMAT ISLAM DI INDONESIA MAKALAH NON-SEMINAR MIFTACH HUSAIN

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

DAKWAH AMAR MA RUF NAHYI MUNKAR DAN JIHAD. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes.

OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA. Abdullah Al-Baatil

GERAKAN RADIKAL, TERORISME DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN KONTRA RADIKAL TERORISME Jumat, 05 Desember :00

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

PEDOMAN WAWANCARA A. Aparat Desa Margolinduk Bonang Demak B. Tokoh Mayoritas NU di Desa Margolinduk Bonang Demak

Khutbah Jum'at. Melanjutkan Spirit Qurban dalam Kehidupan. Bersama Dakwah 1

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menembus ruang dan waktu. Berbagai informasi dan berita yang menjadi

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

pendekatan agama-budaya atasi terorisme

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

Liberalisme Hakikatnya Mengajak Orang Tak Beragama

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

AMANAT PADAUPACARA BENDERA BULANAN SENIN, TANGGAL 19JANUARI2015

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan

Transkripsi:

MENYIKAPI RADIKALISME ISIS DI SUMATERA BARAT [1] Oleh: Duski Samad [2] A. PENDAHULUAN Gerakan radikalisme adalah satu di antara buah globalisasi. Globalisasi dan religion movenment ini melahirkan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi, yakni radikal atau radikalisme. Ada beberapa pendapat dan versi dalam mendefinisikan radikalisme ini, di antaranya radikal itu berasal dari kata latin radix yang artinya akar atau pohon. Jadi orang yang radikal sebenarnya adalah orang yang mengerti sebuah permasalahan sampai ke akar-akarnya, dan karena itu mereka lebih sering memegang teguh sebuah prinsip dibandingkan orang yang tidak mengerti akar masalah. Dalam realitas social dan wacana public istilah radikalisme cendrung dipahami dengan negative dan ujungnya menimbulkan ketidaksukaan pada konsep radikal, ketika ia menjadi paham menyimpang dikerena alasan yang beragam. Dalam kontek global istilah radikalisme sudah melekat atau dilekatkan dengan ISIS. Dideklarasikannya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) oleh sekelompok orang dan mengklaim secara sepihak sebagai kekhalifahan Islam secara global segera mendapatkan reaksi dari berbagai pihak, ada yang menolak dan ada pula yang mendukungnya, ada yang menganggapnya sebagai ancaman dan ada pula yang menganggapnya sebagai harapan. Pihak yang menolak dan menganggapnya sebagai ancaman berasal dari sebagian besar umat Islam, termasuk para ulama dan pemimpin dunia Islam. Sedangkan pihak yang mendukung dan menganggapnya sebagai harapan berasal dari segelintir orang yang sejak awal telah mempunyai cita-cita untuk mendirikan kekhalifahan Islam secara global, diantaranya ada yang menggunakan pendekatan kekerasan. 1 / 7

Pihak yang menolak kemunculan ISIS beserta klaimnya sebagai kekhalifahan Islam global berasal dari hampir semua komponen umat Islam. Bahkan kelompok dalam umat Islam yang selama ini dikenal sebagai pihak yang gigih mewacanakan pentingnya khilafah Islamiyah juga masuk dalam barisan pihak yang menolak pendeklarasian ISIS tersebut. Alasan yang paling menonjol dan disepakati oleh hampir semua kelompok Islam adalah terkait dengan cara yang dipergunakan oleh kelompok ISIS yang jauh dari ajaran Islam. Cara yang dipakai lebih tepat disebut sebagai teror yang mengedepankan kekerasan, kebiadaban dan ketidak-toleranan. Apabila diidentifikasi, sekelompok orang yang mendukung dideklarasikannya ISIS ini mempunyai karakter yang hampir sama, yakni kecenderungan mempunyai pemahaman yang kurang pas terhadap ajaran agama, sehingga menimbulkan distorsi pemahaman dan sikap radikal dalam beragama, dimana hal itu bisa berpotensi memunculkan tindakan kekerasan dan tidak toleran. Oleh karena itu, upaya pencegahan agar kelompok ini tidak bisa berkembang bukan hanya dilakukan dengan menggunakan pendekatan keamanan (security aproach) saja tapi juga melalui pelurusan pemahaman keagamaan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi dalam memahami agama adalah pemahaman terhadap dalil al-quran dan Hadis hanya secara harfiyah atau literer. Pemahaman terhadap dalil al-quran dan Hadis hanya dengan menggunakan pendekatan literer ini membahayakan, karena dapat menggelincirkan seseorang dalam kesalahan pemahaman. Dalam pengambilan suatu hukum dari dalil-dalil syar i (istinbath al-hukm) harus melewati seperangkat metodologi yang telah diformulasikan oleh para ulama, baik dengan cara pemahaman terhadap makna harfiyah dari dalil al-quran dan Hadis ( manthuq an-nash) ataupun dengan cara menggali lebih dalam makna tersebunyi dari dalil al-quran dan Hadis ( mafhum an-nash ). Pemahaman agama yang hanya didasarkan pada manthuq an-nash saja akan menimbulkan kekakuan dalam beragama. Karena agama Islam diturunkan oleh Allah subhanahu wata ala sebagai agama terakhir, sehingga apapun peristiwa dan permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman dapat dicarikan jawabannya dalam agama. Nash keagamaan ( nushush syar iyah ) terbatas pada ayat quraniyah dan sunnah nabawiyah sedangkan permasalahan akan senantiasa muncul seiring dengan perkembangan zaman. Sehingga apabila pemahaman agama didasarkan hanya pada manthuq an-nash saja maka boleh jadi agama tidak akan bisa menjawab permasalahan yang muncul, karena tidak semuanya termaktub secara rinci di dalam nash. Suatu hal yang tidak mungkin menjawab 2 / 7

semua persoalan yang muncul hanya terpaku dengan manthuq an-nash, karena nash sifatnya sangat terbatas sedangkan persoalan yang terjadi terus berkembang. Kesalahan pemahaman keagamaan kasat mata pada pola gerakan dan prilaku gerakan ISIS. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa ISIS adalah gerakan separatis pemberontakan bersenjata yang mengunakan agama dengan tafsir keras dengan sasaran kelompok muslim Syiah dan pemeluk agama Kristen. ISIS dipastikan telah meresahkan dan mencemaskan umat Islam yang memiliki kesadaran beragama yang lurus dan benar. Hampir dapat dipastikan pola gerakan ISIS adalah bahagian dari gerakkan terorisme yang menjadikan agama sebagai justifikasi perjuangan, dengan mengedepankan konsep jihad dan melakukan tindakan anarkis, penyerangan, perampasan, pembunuhan bahkan bom bunuh diri tak terkecuali bagi umat Islam yang berbeda pemahaman keagamaannya. Pola pikir dan kecendrungan gerakan yang diperlihatkan oleh ISIS mirip dan memiliki kesamaan dengan pola gerakan kaum khawarij pada masa kekhalifah Ali Ibn Abi Thalib. Khawarij adalah suatu sekte atau kelompok atau Aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisannya karena ketidak sepakat terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Shiffin pada tahun 37 H/ 648M dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan Khalifah. B. JIHAD BUKANLAH RADIKALISME Ideology jihad dengan penerapan keras, dan radikal yang dilakukan ISIS patut ditelisik kesumbernya, al- Qur an. Jihad adalah salah satu tema pokok dalam al-qur an. Pembahasan jihad dalam al-qur an cukup mewarnai sebagian ayat-ayat al-qur an yang diturunkan di Makkah dan Madinah. Hal ini menunjukkan urgensi jihad dalam sejarah pembentukan dan perkembangan syariat Islam. Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia agar memperjuang kannya hingga mengalahkan kebatilan. Tetapi hal itu tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan (jihad) menghadapi musuh. Shalat, Ibadah, dan amal kebajikan bukanlah sesuatu yang mudah dipenuhi, karena dalam diri manusia ada nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan, disekelilingnya ada setan yang menghambat, karena itu manusia perlu berjihad mencurahkan segala tenaga dan kemampuan agar amal-amal kebajikan itu dapat terlaksana dengan baik. 3 / 7

Istilah al-qur an untuk menunjukkan perjuangan adalah kata jihad. Sayangnya istilah ini sering disalahpahami atau dipersempit artinya. Jihad dipahami sebagai salah satu ajaran Islam yang merupakan simbol kekerasan, kekejaman, dan terorisme. Persepsi terhadap Islam ditopang oleh realitas empiris prilaku-prilaku diantara umat yang menyebut atau memakai simbol Islam yang kerap kali melakukan aksi terorisme dan menanamkan bibit kerusakan dan perpecahan di tengah-tengah perdamaian dan ketentraman dunia. Kata jihad terulang dalam Al-Quran sebanyak empat puluh satu kali dengan berbagai bentuknya. Menurut Ibnu Faris (w. 395 H) dalam bukunya Mu'jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, "Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya." Kata jihad terambil dari kata jahd yang berarti "letih/sukar." Jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata "juhd" yang berarti "kemampuan". Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sebesar kemampuan. Al qur an mengunakan kata jihad, dengan arti kesungguhan optimal dan maksimal(qs. 3:142. QS.2:214.) Jihad juga mengandung arti "kemampuan" yang menuntut sang mujahid mengeluar kan segal a day a da n kemampuannya demi mencapai tujuan. Karena itu jihad adalah 4 / 7

pengorbanan, dan dengan demikian sang mujahid tidak menuntut atau mengambil tetapi memberi semua yang dimilikinya. Ketika memberi, dia tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai atau yang dimilikinya habis. Mengunakan kemampuan secara maksimal dalam lapangan hukum dinamakan ijitihad, orangnya bernama mujtahid. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jihad adalah memaksimalkan semua potensi dengan cara baik untuk tercapainya tujuan kebaikan bagi semua. Jihad sama sekali berbeda dengan radikalisme, yang lazim anarkis, terror dan perilaku tercela lainnya. C. PENGUNAAN KEARIFAN LOKAL DAN ADVOKASI. Sesungguhnya, Islam merupakan agama yang ramah, toleran dan berkeadilan. Upaya-upaya penanggulangan aksi-aksi dan paham-paham radikal dan terorisme seharusnya mengacu pada sistem keadilan Islam yang ramah dan toleran tersebut, serta kearifan lokal, dan ditujukan kepada kelompok-kelompok garis keras atau kelompok yang memahami jihad dengan nuansa kekerasan, agitasi dan anarkhis. Memperkenalkan Islam moderat, ramah dan toleran pada kelompok, komunitas, jaringan atau orang-orang yang rentan terhadap penyebaran ideology yang mengarah ke tindakan terorisme adalah cara jitu yang hendaknya menjadi prioritas. Ulama, ustadz, aktivis Islam, dosen, guru, mahasiswa atau masyarakat yang memerlukan bahan-bahan sosialisasi untuk mencegah munculnya paham terorisme patut diberikan asupan informasi yang benar dan lurus. Masyarakat luas yang memerlukan pengetahuan tentang apa dan siapa teroris itu untuk membentengi diri dari pengaruh ideology atau ajakan-ajakan yang menjebak untuk bersimpati atau tertarik pada kegiatan terorisme dengan penguatan pranata sosial. 5 / 7

Menyediakan bahan-bahan atau materi seperti buku, majalah, brosur, tausyiah di tv dan lain-lain yang memperkenalkan bentuk, ciri dan ancaman terorisme bagi kemanusiaan. Merekrut lebih banyak kalangan profesional terutama dari ulama dan pemimpin Islam untuk melakukan pendekatan dan dialog ideologis kepada mereka tidak lurus dalam memahami jihad dan prilaku keras lainnya. Arab Saudi saja merekrut 800 ulama dan professor untuk program tersebut. Tentunya Indonesia harus lebih banyak lagi melibatkan kalangan agamawan karena komunitas dan cikal bakal teroris terus meningkat dari tahun ke tahun. Pendekatan jiwa bisa dilakukan dengan melibatkan psikolog dan sosiolog, tetapi fungsi kalangan ini kurang begitu besar peranannya terhadap aspek militansi mereka. Sehingga kecenderungan kepada ulama dan kalangan agamawan harus lebih diprioritaskan, karena para teroris itu bukanlah orang yang terganggu ataupun tidak stabil jiwanya. Malahan mereka melakukan aksi-aksi teroris dengan sangat tenang yang menunjukkan mereka berada dalam keadaan jiwa yang stabil. Memprioritaskan dan mengedepankan ulama bisa dilakukan dengan memanfaatkan SDM yang ada di MUI, pemimpin-pemimpin pesantren berpengaruh, dan tokoh-tokoh ormas atau tokoh umat yang mempunyai akses ke public. Selama ini MUI dibiarkan tidak maksimal dan tidak bekerja sama dalam deradikalisasi paham Islam, padahal banyak kalangan elit di MUI yang merupakan pemikir, professor dan tokoh berpengaruh yang bisa diajak untuk bekerjasama secara aktif dalam program counter-teroris. Penolakan terhadap radikalisme ISIS adalah kewajiban bagi umat Islam Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab moral sejarah dan amanat agamanya. Pencegahan gerakan radikalisme ISIS diyakini tidaklah akan mencapai hasil maksimal dan berdaya tahan lama bila hanya memadakan keamanan semata. Mempekuat kearifan local, memberdayakan institusi social keagamaan, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan melakukan penyadaran menyeluruh bagi kelompok yang rentan radikalisme adalah pilihan program yang dapat disinergikan. Semoga semua pihak menyadari dan menyadarkan siapapun akan bahaya radikalisme, lebih khusus lagi bahaya yang ditimbulkan oleh tindakan biadab yang dilakukan radikalisme ISIS di dunia Arab sana, tentu umat Islam dan bangsa Indonesia harus mewaspadainya. Mengisi pembangunan bangsa dengan kerja bernilai dan bermanfaat bagi semua adalah lebih utama. Wallahu alam. 04042015. 6 / 7

[1] Bahan Dialog Interaktif Pemerintah, Ormas dan Lintas Tokoh Dalam Menyikapi Aksi Radikalisme ISIS di Provinsi Sumatera Barat, Rabu, 8 April 2015 di Istana Bung Hatta Bukittinggi. Panitia Polda Sumatera Barat. [2] Dekan/Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol/ Wakil Ketua FKUB Sumbar. /* Style Definitions */ table.msonormaltable {mso-style-name:"table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:en-us; mso-fareast-language:en-us;} 7 / 7