BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH

Dimas Sondang Irawan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan pada post stroke non haemoragik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

Irawan, D.S Fisioterapis- Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bandung No. 1 Malang, Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

METODE KONVENSIONAL, KINESIOTAPING,

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun involunter dipengaruhi oleh interaksi organisme dengan sekitarnya. Gangguan gerak pada manusia dapat disebabkan oleh beberapa penyakit dimana salah satunya adalah stroke. Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang (Saidi et al., 2010). World Health Organization (2006), mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Tercatat di Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke, sedangkan di Inggris sekitar 250.000 orang (WHO, 2010). Stroke menyerang 35,8 % pasien usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun di Indonesia (Hasnawati et al., 2009). Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya megalami cacat ringan maupun berat. 1

2 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) (2008), prevalensi stroke di indonesia pada tahun 2007 mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan pada tahun 2011 stroke menjadi penyebab pertama kematian di indonesia. Kemungkinan meninggal akibat stroke adalah 30% - 35%, dan kemungkinan mengalami kecacatan mayor adalah 35% - 40% (Wolf et al., 2000). Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA), merupakan gangguan sistem saraf pusat yang paling sering ditemukan dan merupakan penyebab utama gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (Irfan, 2010). Empat juta orang Amerika mengalami defisit neurologi akibat stoke, dan dua per tiga dari defisit ini bersifat parah, (National Rural Health Association, 2001). Delapan puluh persen penderita stroke mempunyai defisit neuromotor sehingga memberikan gejala kelumpuhan sebelah badan dengan tingkat kelemahan bervariasi dari yang lemah hingga berat, kehilangan sensibilitas, kegagalan sistem koordinasi, gangguan keseimbangan, dan perubahan pola jalan, (Arif, 2008). Permasalahan yang ditimbulkan oleh stroke bagi kehidupan manusia sangat kompleks. Adanya gangguan-gangguan fungsi vital otak seperti gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan sensasi, gangguan refleks gerak akan menurunkan kemampuan aktivitas fungsional individu sehari-hari, (Irfan, 2010). Akibat adanya gangguan vital otak, maka penderita stroke melakukan aktivitas berjalan dengan pola yang abnormal, (Leonard, 1998).

3 Pasien dengan kondisi stroke akan mengalami banyak gangguangangguan yang bersifat fungsional. Kelemahan ekstremitas sesisi, kontrol tubuh yang buruk serta ketidakstabilan pola berjalan merupakan aspek-aspek pada pasien post stroke yang tak terpisahkan, (Irfan, 2010). Fokus dari rehabilitasi stroke, khususnya fisioterapi adalah memperbaiki permasalahan gerak yang terkait dengan fungsional pada kondisi stroke, seperti halnya permasalahan kemandirian dalam berjalan terkait dengan kekuatan anggota gerak bawah, (Jorgensen et al.,1995). Rehabilitasi harus dimulai sedini mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik yang lebih cepat dan optimal, serta menghindari kelemahan otot yang dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah pasien terkena stroke (Irfan, 2010). Banyak penelitian menunjukkan rehabilitasi pada stroke efektif dan dapat memperbaiki fungsi. Perbaikan motorik yang stabil dapat dicapai segera setelah fase perbaikan yang progresif. Banyak perbaikan yang dicapai dalam 3 (tiga) bulan pertama, dan hanya perbaikan minimal yang terjadi setelah 6 (enam) bulan dari serangan. Pada beberapa pasien diperlukan waktu lebih lama untuk menunjukkan perbaikan gerakan volunter yang signifikan (Bruno, 2007). Dalam intervensi fisioterapi dikenal penanganan secara konvensional. Aplikasi yang paling umum diberikan adalah terapi latihan menggunakan teknik Range of Motion exercise. Irdawati, (2008), dengan memberikan perlakuan melatih Range of Motion (ROM) terhadap pasien post stroke selama

4 12 hari didapatkan hasil bahwa kekuatan otot setelah terapi latihan jauh lebih tinggi daripada sebelum terapi. Dalam penelitian yang lain Yulinda (2009), mendapatkan peningkatan yang signifikan pada perbaikan kekuatan otot dan status fungsional pasien post stroke iskhemik, setelah dilakukan terapi latihan selam empat minggu. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan motorik pasien post stroke, salah satunya adalah penggunaan Kinesiotaping untuk meningkatkan kemampuan sensomotoris pasien post stroke. Kinesiotaping pada awalnya hanya digunakan pada dunia olahraga. Tetapi terdapat beberapa penelitian yang menggunakan Kinesiotaping sebagai salah satu metode untuk rehabilitasi pasien post stroke. Ewa dan Carol (2006), mengatakan bahwa Kinesiotaping dapat meningkatkan propioseptif feedback sehingga menghasilkan posisi tubuh yang benar, hal ini menjadi hal yang sangat dasar yang diperlukan ketika latihan untuk mengembalikan fungsi dari extrimitas dilakukan. Peningkatan propioseptif feedback ini tidak hanya meningkatkan kemampuan pasien dalam meraih, menahan, dan memanipulasi sebuah benda tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Halseth et al. (2004), dalam penelitiannya mengatakan bahwa Kinesiotaping dapat memunculkan posisi sendi pada ankle dengan gerakan lateral dan plantar fleksi untuk meningkatkan propioception. Dalam penelitian lain, Cowderoy et al. (2009) mengatakan bahwa Kinesiotaping dapat

5 meningkatkan sensitivitas perceptual-motor propioception dalam melakukan sudut kecil. Fisioterapist juga dapat memberikan berbagai metode lain seperti metode Rood, metode Johnstone, metode brunnstrom, metode bobath, metode Propioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) dimana menggunakan pendekatan reflek dan teori hierarki motor control, sedangkan metode yang lain seperti Motor Relearning Programme (MRP) menggunakan pendekatan motor control dan motor learning. Teknik Motor Relearning Programme (MRP) lebih dipilih karena dianggap lebih cepat dalam perbaikan motorik pasien post stroke. Hal ini sesuai dengan penelitian Langhamer dan Stanghelle (2000), dimana metode MRP meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional lebih cepat daripada metode Bobath sehingga memungkinkan pasien untuk keluar dari rumah sakit lebih cepat. Duncan dan Badke (1987), mendefinisikan kemampuan motor learning sebagai kemampuan seseorang untuk belajar dan mengorganisasikan pergerakan dengan tujuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Teknik Motor Relearning Programme dilakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap aktivitas motorik dianalisis dan ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan, melatih penderita serta memastikan latihan dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan aktivitas motorik harus dilakukan dalam bentuk aktivitas fungsional

6 karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi. Latihan tersebut dapat memberikan proses pembelajaran aktivitas fungsional serta menerapkan premis dasar bahwa kapasitas otak mampu untuk reorganisasi dan beradaptasi (kemampuan plastisitas otak) dan dengan latihan yang terarah dapat saja menjadi sembuh dan membaik, selain itu sebagai relearning kontrol motorik sehingga dapat mengeliminasi gerakan yang tidak diperlukan dan meningkatkan kemampuan pengaturan postural dan gerakan (Susanti dan Irfan, 2010). Otak memiliki kemampuan plastisitas, dimana sistem saraf pusat memiliki kemampuan untuk beradaptasi, memodifikasi organisasi struktural, dan fungsional terhadap kebutuhan, yang bisa berlangsung terus sesuai kebutuhan dan atau stimulasi sebagai reaksi dari keanekaragaman lingkungan, (Kolb et al., 2010). Neuroplastisitas merupakan pusat perkembangan fungsi motorik manusia dan, juga, untuk akuisisi keterampilan dalam sistem saraf dewasa, (Jeremi, 2012). Kemampuan gerak dan fungsi bagi bagi penderita stroke masih memungkinkan untuk dilakukan pemulihan oleh adanya sifat plastisitas saraf (neuroplasticity) yang berlangsung secara terus-menerus. Melihat latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul Metode Konvensional, Kinesiotaping, dan Motor Relearning Programme Berbeda Efektifitas Dalam Perbaikan Pola Jalan Pasien post-stroke di Klinik Ontoseno Malang.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah metode Konvensional meningkatkan pola jalan pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang? 2. Apakah aplikasi Kinesiotaping dapat meningkatkan pola jalan pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang? 3. Apakah metode Motor Relearning Programme (MRP) dapat meningkatkan pola jalan pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang? 4. Diantara Metode Konvensional, Kinesiotaping, dan Motor Relearning Programme (MRP), metode manakah yang paling efektif dalam meningkatkan pola jalan pasien post stroke di Klinik Ontoseno Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian metode Konvensional, Kinesiotaping, dan Motor Relearning Programme (MRP) terhadap peningkatan pola jalan normal pasien post stroke. 2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui apakah pemberian terapi metode Konvensional dapat meningkatkan pola jalan pasien post stroke di klinik Ontoseno Malang.

8 2. Untuk mengetahui apakah pemberian Kinesiotaping dapat meningkatkan pola jalan pasien post stroke di klinik Ontoseno Malang. 3. Untuk mengetahui apakah pemberian terapi metode Motor Relearning Programme dapat meningkatkan pola jalan pasien post stroke di klinik Ontoseno Malang. 4. Untuk mengetahui metode yang paling efektif dalam meningkatkan pola jalan pasien post stroke di klinik Ontoseno Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Fisioterapis Menambah pengetahuan dan wawasan bagi fisioterapist tentang aplikasi Kinesiotaping pada kondisi neurologis, khususnya untuk peningkatan pola jalan pasien post stroke. 2. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang tingkat efektifitas ROM exercise, Kinesiotaping, dan metode MRP dalam meningkatkan pola jalan pasien post-stroke. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan lebih terhadap penanganan dan intervensi Fisioterapi pada pasien post stroke.

9 4. Bagi institusi pelayanan Sebagai referensi tambahan terhadap intervensi fisioterapi untuk meningkatkan kemampuan pola jalan pasien post stroke, dan memberikan solusi mengenai rehabilitasi pasien post stroke.