Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: recovery factor, surfactant flooding, seven-spot, saturasi minyak residu, water flooding recovery factor.

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR

Kata kunci : Surfaktan, dipping Reservoir, Injeksi Berpola Lima Titik, oil wet, Tegangan Antar Muka

PEMODELAN ENHANCED OIL RECOVERY LAPANGAN S DENGAN INJEKSI KOMBINASI SURFACTANT DAN POLYMER. Tugas Akhir. Oleh: ELDIAS ANJAR PERDANA PUTRA NIM

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

TUGAS AKHIR. Oleh: Ekasih Pardomuan NIM

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM :

TESIS. satu syarat. Oleh NIM

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI PENGARUH SALINITAS, PERMEABILITAS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PEROLEHAN MINYAK PADA PROSES INJEKSI SURFAKTAN

Poso Nugraha Pulungan , Semester II 2010/2011 1

Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X

KAJIAN LABORATORIUM PENGUJIAN PENGARUH POLIMER DENGAN CROSSLINKER TERHADAP RESISTANCE FACTOR

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI

PENGARUH PENAMBAHAN SUMUR TERHADAP FAKTOR PEROLEHAN PADA MODEL RESERVOIR 3D DENGAN METODE INJEKSI SURFAKTAN BERPOLA 5-TITIK TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN...

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

PENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

NOVIA RITA Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Abstrak.

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PEMILIHAN METODE ENHANCED OIL RECOVERY

PENGEMBANGAN METODE USULAN PERAMALAN WATER CUT SUMURAN MENGGUNAKAN DATA PERMEABILITAS RELATIF DAN METODE X-PLOT

METODE PENENTUAN LOKASI SUMUR PENGEMBANGAN UNTUK OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN

Bab II Tinjauan Pustaka

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

STUDI SIMULASI INJEKSI LEAN GAS KE DALAM RESERVOIR X UNTUK MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK TESIS

ANALYSIS OF CEMENT QUANTITY IN RESERVOIR ROCK TO OIL RECOVERY THROUGH IMBIBITION PROCESS WITH NON-IONIC SURFACTANT (LABORATORY STUDY)

Kata Kunci : Faktor Perolehan, simulasi reservoir, sumur berarah, analisa keekonomian.

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**

Kesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut

PERENCANAAN PATTERN FULL SCALE UNTUK SECONDARY RECOVERY DENGAN INJEKSI AIR PADA LAPANGAN JAN LAPISAN X1 DAN LAPISAN X2

Rekonstruksi dan Validasi Data Permeabilitas Relatif Untuk Proses History Matching Dalam Simulasi Reservoir Pengembangan Lapangan X

LONTARA-FIELD DEVELOPMENT OPTIMIZATION USING RESERVOIR SIMULATION Optimasi Pengembangan Lapangan LONTARA dengan Simulasi Reservoir

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

Study Peningkatan Oil Recovery Pada Injeksi Surfaktan-Polimer Pada Batuan Karbonat

UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE CHEMICAL FLOODING DI LAPANGAN LIMAU

Perencanaan Injeksi Kimia Untuk Meningkatkan Perolehan Minyak Menggunakan Surfactant-Polymer Flooding

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERAMALAN PRODUKSI SUMUR X DILAPISAN RESERVOIR Y DENGAN SIMULASI RESERVOIR

Studi Injeksi Kimia Melalui Simulasi Reservoir: Kasus Pada Reservoir DI, Lapangan Rantau

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV PEMBAHASAN. Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity.

IKATAN AHLI TEKNIK PERMINYAKAN INDONESIA. Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009

Pengaruh Konsentrasi Surfaktan dan Permeabilitas pada Batuan Sandstone terhadap Perolehan Minyak dalam Proses Imbibisi (Laboratorium Study)

Gambar Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus (a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

KUANTIFIKASI KETIDAKPASTIAN DAN PENENTUAN PERSAMAAN UNTUK MEMPERKIRAKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK PADA RESERVOIR MINYAK LAPANGAN X

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D

Pengaruh Penurunan Permeabilitas Terhadap Laju Injeksi Polimer Pada Lapangan Y

DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT

INJEKSI POLIMER DENGAN PENGARUH JENIS POLIMER,KONSENTRASI DAN SALINITAS BRINE PADA RECOVERY FACTOR MINYAK (Laboratorium Study)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR

PENGGUNAAN SIMULASI RESERVOIR UNTUK MENGOPTIMALKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK PADA FORMASI LOWER SIHAPAS, LAPANGAN X

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

METODE EVALUASI DAN PERAMALAN KELAKUAN PRODUKSI UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN-LAPANGAN TUA (BROWNFIELDS) TESIS

Oleh Mochamad Fajar Sany * Ir. Leksono Mucharam M.sc., Ph.D. **

KARAKTERISASI SURFAKTAN POLIMER PADA SALINITAS PPM DAN SUHU 85 C

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

ANALISIS BOTTLENECK PADA SISTEM PRODUKSI DI SUATU LAPANGAN MINYAK YANG TERDIRI TIGA RESERVOIR BERBEDA TESIS

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK

PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN AWAL LABORATORIUM MENGENAI VISKOSITAS POLIMER TERHADAP PENGARUH SALINITAS, TEMPERATUR DAN KONSENTRASI POLIMER (Laboratorium Study)

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI SURFAKTAN PADA PIPA MINYAK BERSIFAT PARAFFINIC WAX DARI LAPANGAN X (STUDI LABORATURIUM DAN SIMULASI)

Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang

OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI RESERVOIR DAN ANALISIS KEEKONOMIAN TUGAS AKHIR. Oleh: IKHWANUSHAFA DJAILANI NIM

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

KELAKUAN FASA CAMPURAN ANTARA RESERVOAR-INJEKSI-SURFAKTAN UNTUK IMPLEMENTASI ENHANCED WATER FLOODING

METODE EVALUASI RENCANA PENGEMBANGAN LAPANGAN PADA BROWNFIELD DENGAN SIMULASI RESERVOIR: KASUS LAPANGAN X

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

EVALUASI METODE METODE ANALISA TRANSIEN TEKANAN PADA SUMUR INJEKSI. Thesis DODI SETIAWAN NIM :

PENINGKATAN PRODUKSI LAPANGAN M DENGAN PENDEKATAN SIMULASI UNTUK MENENTUKAN SKENARIO PENGEMBANGAN MENGGUNAKAN METODE WATERFLOODING

Renaldy Nurdwinanto, , Semester /2011 Page 1

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK

EVALUASI KINERJA RESERVOIR DENGAN INJEKSI AIR PADA PATTERN 8 LAPANGAN TQL

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

STUDI PENENTUAN RANCANGAN FLUIDA INJEKSI KIMIA

Optimasi Injeksi Gas untuk Peningkatan Produksi pada Lapangan Gas Lift dengan Sistem yang Terintegrasi

Optimasi Laju Injeksi Pada Sumur Kandidat Convert to Injection (CTI) di Area X Lapangan Y. Universitas Islam Riau

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...

Transkripsi:

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot TUGAS AKHIR Oleh: ISMAIL IBNU HARIS ALHAJ NIM 12206081 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot TUGAS AKHIR Oleh: ISMAIL IBNU HARIS ALHAJ NIM 12206081 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Disetujui oleh: Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Tanggal. Dr. Ir. Leksono Mucharam NIP 130890236

Estimasi Faktor Perolehan Minyak dengan Menggunakan Teknik Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Five Spot Ismail Ibnu Haris Alhaj* Dr. Ir. Leksono Mucharam** Abstrak Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode peningkatan perolehan minyak adalah faktor perolehan. Faktor perolehan ini harus kita perkirakan untuk mengetahui seberapa banyak sisa minyak yang bisa kita ambil dengan penerapan salah satu metode tersebut. Sehingga, kita bisa melakukan perhitungan ekonomi terhadap penerapan metode tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan suatu estimasi faktor perolehan pada salah satu metode peningkatan perolehan minyak, yaitu dengan menginjeksikan surfaktan ke dalam reservoir, atau yang biasa disebut dengan surfactant flooding. Model reservoir dengan pola injeksi five-spot dibangun dengan menggunakan simulator komersial (Eclipse). Selanjutnya, dilakukan simulasi pada beberapa reservoir dengan ukuran volume dan saturasi minyak residu yang berbeda-beda. Kata kunci : faktor perolehan, surfaktan, five-spot, saturasi minyak residu Abstract One of the things that need to be considered in the selection method of improving oil recovery is the recovery factor. We should estimate this factor to determine how much residual oil that we can take with the application of one such method. Thus, we can perform the economic calculations regarding the application of these methods. In this study, will be performed an estimation of recovery factor with one method of improving oil recovery, which is by injecting surfactant into the reservoir, or commonly referred as surfactant flooding. Reservoir model with a five-spot injection pattern is built using a commercial simulator (Eclipse). Furthermore, it will be simulated on some reservoir with a different volume and size of the residual oil saturation. Keywords : recovery factor, surfactant, five-spot, residual oil saturation *) Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB **) Dosen Pembimbing Program Studi Teknik Perminyakan ITB I. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya kebutuhan dunia terhadap minyak sebagai sumber daya energi, maka peningkatan produksi minyak merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh setiap perusahaan yang berkecimpung dibidang industri minyak. Seperti yang kita ketahui bahwa produksi minyak pada lapangan-lapangan Indonesia sebagian besar telah mengalami penurunan. Faktor perolehan minyaknya masih berada di kisaran 30% sampai dengan 40%. Jadi, kita bisa memperkirakan bahwa sebenarnya masih banyak kandungan minyak yang bisa kita ambil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap minyak. Dalam meningkatkan produksi minyak yang masih tersisa didalam reservoir, kita harus meningkatkan faktor perolehan minyak dari reservoir tersebut. Salah satu cara dalam meningkatkan perolehan minyak setelah produksi primer, yaitu dengan menggunakan metode EOR (Enhanced Oil Recovery). Salah satu metode EOR yang ada, yaitu dengan menginjeksikan surfaktan ke dalam reservoir, atau yang biasa disebut dengan surfactant flooding. Tetapi, bukan hal yang mudah dalam menerapkan injeksi surfaktan ini karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Selain pertimbangan teknis, kita juga harus mempertimbangkan keekonomiannya. Salah satu hal yang diperhitungkan dalam pertimbangan keekonomian tersebut, yaitu faktor perolehan minyak. Jadi, disini kita harus mengetahui faktor perolehan minyak yang bisa kita dapatkan dari penerapan surfactant flooding ini. Bukan hal yang mudah dalam menghitung faktor perolehan minyak yang nanti akan kita dapatkan dari penerapan suatu metode EOR. Tetapi, hal yang bisa kita lakukan adalah memperkirakan faktor perolehan tersebut. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai estimasi faktor perolehan minyak dengan menggunakan metode surfactant flooding. Estimasi ini dilakukan dengan membuat beberapa model reservoir dengan volume dan saturasi minyak residu yang berbeda-beda. Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 1

II. STUDI PUSTAKA Surfactant flooding merupakan salah satu metode EOR yang digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak dengan cara menurunkan tegangan antar muka (interfacial tension) minyak-air di dalam reservoir. Penurunan tegangan permukaan ini akan berpengaruh terhadap tekanan kapiler dari reservoir dimana tekanan kapiler tersebut akan semakin menurun. Semakin menurunnya tekanan kapiler ini akan membuat sifat kebasahan batuan (wettability) reservoir tersebut menjadi semakin water-wet sehingga minyak akan lebih mudah untuk mengalir. Jadi, hal ini akan membuat kurva permeablitas minyak pada kurva permeabilitas fluida terhadap saturasi air (Kr vs Sw) bergerak ke sebelah kanan. Dengan kata lain nilai dari saturasi minyak residunya akan semakin berkurang. Hal tersebut merupakan suatu hal yang diinginkan karena berkurangnya saturasi minyak residu akan membuat jumlah minyak yang dapat kita ambil dari reservoir akan semakin banyak. Ada empat kriteria yang utama dalam memilih surfaktan yang akan digunakan pada surfactant flooding ini, yaitu: 1) tegangan antar muka minyak-air yang rendah, 2) adsorpsi rendah, 3) kesesuaian dengan fluida reservoir, dan 4) biaya rendah. Biasanya surfactant flooding dilakukan setelah kita melakukan water flooding. Surfaktan yang biasa digunakan, yaitu Petroleum Sulfonate karena beragamnya sifat-sifat yang didapat dalam suatu tipe surfaktan yang umum, harga relatif murah dan persediannya yang banyak. Adapun, parameter-parameter penting yang menentukan kinerja injeksi surfaktan yang diidentifikasikan oleh Ojeda et al (1954), yaitu: 1) geometri pori, 2) tegangan antar muka, 3) kebasahan atau sudut kontak, 4) ΔP atau ΔP/L, 5) karakteristik perpindahan kromatografis surfaktan pada sistem tertentu, dan 6) CDC (Capillary Desaturation Curve) Seperti yang sudah kita ketahui, ada batasan-batasan penting yang harus kita perhatikan sebelum kita melakukan surfactant flooding ini, yaitu: 1) formasi yang relatif homogen, 2) reservoirnya bukan lapisan karbonat (anhydrite, gypsum) dan clay yanga besar, 3) API minyaknya sekitar 25 o 30 o API, 4) areal sweep efficiency pada water flooding > 50%, dan 5) air klorida formasi < 20,000 ppm dan ion divalen (Ca 2+ dan Mg 2+ ) < 500 ppm dalam penggunaan chemical. III. PEMBANGUNAN MODEL DAN DATA Pada makalah ini terdapat dua model reservoir yang di bangun untuk membahas topik mengenai estimasi faktor perolehan dari surfactant flooding. Masingmasing model yang dibangun ini bersifat homogen, dimana porositas dan permeabilitasnya sama di setiap grid-nya. Jumlah grid yang dipakai, yaitu 40x40 ke arah X dan Y, sedangkan 10 grid untuk arah Z. Model yang pertama memiliki luas 15 acre dengan tebal 30 ft sedangkan model yang kedua memliki luas 8 acre dengan tebal 20 ft. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada tabel 1 mengenai data-data yang digunakan untuk kedua model reservoir ini. Tabel 1. Data model reservoir MODEL MODEL Data I II Grid X 40 40 Grid Y 40 40 Grid Z 10 10 Luas (acre) 15 8 Tebal (ft) 30 20 Kedalaman 2.200 2.200 Porositas 0,22 0,22 Permeabilitas X, Y (md) 220 220 Permeabilitas Z (md) 10 10 P reservoir (psi) 1.688 1.684 WOC depth (ft) 2.400 2.400 Pada kedua model reservoir ini dibangun suatu sistem pola injeksi yang sama, yaitu pola injeksi 5 titik dengan 1 sumur produksi dan 4 sumur injeksi di setiap sudut reservoirnya. Pada simulator yang digunakan, model fluida yang dipilih, yaitu black oil dengan karakteristik fluida yang digunakanya seperti yang tertera pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Data karakteristik fluida pada model reservoir Data MODEL I MODEL II Bw (rb/stb) 1 1 Bo (rb/stb) 1,08 1,08 Co (1/psi) 8x10-6 8x10-6 Cw (1/psi) 4x10-5 4x10-5 µ o (cp) 3 3 SG minyak ( o API) 45 45 Gambar 1 memperlihatkan salah satu model reservoir secara tiga dimensi yang telah dibangun untuk digunakan pada penelitian ini. I-2 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 2

Kr I-2 I-1 P I-3 SF WF I-4 ND Gambar 1. Model Reservoir Jadi, pertama kali penulis melakukan simulasi pada model reservoir I dengan luas 15 acre dan tebal 30 ft. Untuk skenario awal, dilakukan proses produksi alami dari awal waktu produksi sampai akhir waktu produksi dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor perolehan minyak yang dapat diberikan oleh reservoir tanpa bantuan adanya energi dari luar reservoir. Pada skenario ini, didapatkan faktor perolehan yang sangat kecil sekali, yaitu 1.7%. Hal ini tidak mengherankan, karena model reservoir yang dibuat ini bersifat oil wet dengan Sor = 5. Gambar 2 menunjukkan kurva permeabilitas terhadap saturasi air untuk model I dimana pada grafik tersebut terlihat bahwa reservoir ini bersifat oil wet. Selanjutnya, dilakukan waterflooding sejak awal waktu produksi hingga akhir waktu produksi, yaitu selama 17 tahun. Setelah dilakukan waterflooding hingga akhir waktu produksi, total faktor perolehan yang didapatkan, yaitu 63%. Kemudian, dicoba dilakukan surfactant flooding sepanjang waktu produksi dan didapatkan faktor perolehan total sekitar 70%. Dengan kata lain faktor perolehan dengan melakukan surfactant flooding hingga akhir waktu produksi lebih besar sekitar 7% dibandingkan dengan water flooding. Untuk melihat perbandingan faktor perolehannya bisa dilihat pada gambar 4. 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.1 0 Kro Sw vs Kr (I) Krw 0 0.1 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Sw Gambar 2. Kurva K r vs S w untuk model reservoir I Gambar 3. Perbandingan faktor perolehan minyak pada produksi alami, water flooding dan surfactant flooding Setelah itu, dilakukan kombinasi water flooding dan surfactant flooding. Pertama kali reservoir ini akan dilakukan water flooding sampai waktu yang berbedabeda (mulai dari 4, 6, 12, 18 s/d 60 bulan). Kemudian, dilakukan surfactant flooding sampai akhir waktu produksi dengan konsentrasi 500 lb/stb dan laju alir injeksi sebesar 400 bbl/day disetiap sumur injeksinya. Untuk skenario ini, penulis tidak memperhitungkan nilai keekonomisan dari lama waktu surfactant flooding, tetapi yang dicari adalah performa dari surfactant flooding dalam meningkatkan faktor perolehan. Jadi, reservoir tersebut dilakukan proses water flooding kemudian surfactant flooding hingga akhir waktu produksi. Untuk saturasi minyak pada akhir produksi bisa dilihat pada gambar 5. Untuk perbandingan faktor perolehan minyak pada water flooding dan surfactant flooding pada skenario ini, bisa dilihat pada gambar 6. Gambar ini memperlihatkan bahwa semakin cepat kita melakukan surfactant flooding (setelah water flooding) maka semakin cepat pula kita bisa memproduksikan sisa minyak yang tertinggal di reservoir. Sehingga, suatu perusahaan bisa mengondisikan ketika permintaan masyarakat terhadap minyak meningkat dengan tajam. Bahwa waktu yang dini untuk memulai surfactant flooding akan mempercepat faktor perolehan minyak yang maksimal ini dikarenakan surfaktan bisa menurunkan tegangan antar muka (interfacial tension) minyak-air di dalam reservoir. Gambar 4. Saturasi minyak pada reservoir setelah surfactant flooding Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 3

RF-SF WF + SF SF WF ND Gambar 5. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir I dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Penurunan tegangan permukaan ini akan berpengaruh terhadap tekanan kapiler dari reservoir tersebut yang akan semakin menurun. Semakin menurunnya tekanan kapiler ini akan membuat sifat kebasahan batuan (wettability) reservoir tersebut menjadi semakin waterwet sehingga minyak akan lebih mudah untuk mengalir. Apalagi dengan saturasi minyak yang masih besar, maka akan semakin banyak pula minyak yang kita produksikan. Jadi, faktor perolehan minyak yang maksimal akan semakin cepat kita dapatkan. Untuk melihat pengaruh masing-masing injeksi terhadap faktor perolehan pada waktu yang berbeda bisa dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Faktor perolehan minyak pada dari water flooding dan surfactant flooding WF (MONTH) SF (MONTH) RF WF (%) RF SF (%) 4 200 41,8 24,8 6 198 33,5 36,2 12 192 30,4 39,4 18 186 17,5 52,2 24 180 11,5 58,2 30 174 44,7 25 36 168 46,9 22,8 42 162 48,7 20,9 48 156 50,1 19,5 54 150 52,4 17,1 60 144 52,5 16,9 Dari hasil simulasi tersebut, kita bisa membuat suatu grafik antara faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding seperti pada gambar 7. 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.1 0 RF-WF vs RF-SF 0 0.1 0.3 0.4 0.5 0.6 RF-WF Gambar 6. Grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding pada model I Jadi, dari grafik diatas kita bisa melakukan estimasi faktor perolehan minyak dari surfactant flooding setelah dilakukan water flooding. Selanjutnya, penulis membuat model reservoir yang lain dimana volume dari reservoir yang kedua ini lebih kecil dari reservoir yang pertama. Sedangkan untuk sifat fisik batuan maupun karakteristik fluidanya tetap sama (lihat tabel 1). Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran volume reservoir terhadap trendline faktor perolehan minyaknya. Pada model kedua ini dilakukan skenario yang sama seperti yang dilakukan terhadap model reservoir sebelumnya. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan simulasi ini ternyata nilai trendline faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding jatuh pada trendline yang sama dengan model yang pertama seperti yang ditunjukkan pada gambar 8. Jadi, disini kita bisa simpulkan bahwa ukuran reservoir tidak mempengaruhi perbedaan dari grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding ini. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kedua model yang dibuat itu homogen. Jadi, efisiensi water flooding dan surfactant flooding pada kedua model tersebut sama sehingga trendline pada faktor perolehan minyak tersebut jatuh pada garis yang sama. Kemudian, dicoba dilakukan sensitivitas terhadap residual oil saturation atau S or. Jadi, disini penulis akan merubah S or dengan cara melakukan perubahan pada grafik K r vs S w (grafik Kr vs Sw bisa dilihat pada halaman lampiran). Untuk mempercepat proses running, perubahan ini dilakukan terhadap model II dimana ukuran volumenya lebih kecil (seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa ukuran volume tidak mempengaruhi trendline faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding). Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 4

RF-SF RF-SF RF-SF RF-SF RF-SF 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.1 0 RF-WF vs RF-SF 0 0.1 0.3 0.4 0.5 0.6 RF-WF Model I Model II Gambar 7. Perbandingan grafik model I dan model II mengenai faktor perolehan dari water flooding dan surfactant flooding 0 0.18 0.16 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.04 0.02 0.00 RF-WF vs RF-SF (II-2) y = -0.959x + 0.335 R² = 1.00 0.0 0.1 0.3 0.4 RF-WF Gambar 9. Grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding pada model II-2 Nilai S or yang digunakan pada model-model di makalah ini bisa dilihat pada tabel 4. Selanjutnya, model II-1, II-2, II-3 dan II-4 dilakukan skenario simulasi yang sama terhadap model-model sebelumnya. Semua skenario ini bertujuan akhir untuk mencari nilai-nilai dari trendline faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding (lihat gambar 9, 10, 11 dan 12). 0.3 RF-WF vs RF-SF (II-3) 0.4 0.3 0.1 0.0 Tabel 4. Daftar nilai S or MODEL Sor I 0,25 II 0,25 II-1 0,4 II-2 0,6 II-3 0,5 II-4 0,15 RF-WF vs RF-SF (II-1) y = -0.989x + 0.559 R² = 1.00 0.0 0.4 0.6 RF-WF Gambar 8. Grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding pada model II-1 0.1 0.0 y = -0.989x + 0.394 R² = 1.00 0.0 0.1 0.3 0.4 RF-WF Gambar 10. Grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding pada model II-3 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.1 0.0 RF-WF vs RF-SF (II-4) y = -1.006x + 0.799 R² = 1.00 0.0 0.4 0.6 0.8 RF-WF Gambar 11. Grafik antara faktor perolehan minyak dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding pada model II-4 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 5

RF-SF b Kr Jika kita membuat trendline faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding dari semua model ( I s/d II-4) dalam satu grafik yang sama maka akan terlihat perbedaannya seperti yang terlihat pada gambar 13. Dari gambar tersebut, kita melihat S or yang semakin membesar justu faktor perolehannya malah semakin mengecil. Seperti yang kita ketahui, surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan dari minyak-air dan memperbaiki wettabilitas reservoir (lihat gambar 14). Sehingga, minyak akan semakin mudah mengalir dan saturasi minyak residu akan semakin berkurang. Jadi, faktor perolehan minyak akan bertambah. Tetapi, pada penelitian ini hanya digunakan satu harga konsentrasi surfaktan saja, dimana pada harga satu surfaktan ini memberikan pengurangan S or yang berbeda-beda dari setiap model reservoir. Pengurangan yang berbedabeda tersebut disebabkan oleh wettabilitas dari setiap model yang berbeda-beda. Semakin oil-wet (dimana nilai S or -nya semakin besar), maka pengurangan S or - nya akan semakin kecil pula. Sehingga, dengan nilai Sor yang besar dan pengurangan Sor yang kecil, maka faktor perolehan yang didapat menjadi sedikit. Oleh karena itu, penulis memberikan saran untuk peneltian selanjutnya untuk dilakukan sensitivitas yang lain, yaitu salah satunya terhadap konsentrasi surfaktan. 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.1 0.0 II II-3 RF-WF vs RF-SF II-2 I II-1 II-4 0.0 0.1 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 RF-WF Gambar 12. Perbandingan grafik model I s/d model II- 4 mengenai faktor perolehan dari water flooding terhadap faktor perolehan dari surfactant flooding Dengan melihat grafik pada gambar 13, kita bisa mengetahui bahwa masing-masing grafik memiliki kemiringan yang relatif sama, yaitu sekitar -0.998. Jadi, rata-rata grafik diatas memiliki persamaan, yaitu :.( persamaan 1) Maka, selanjutnya yang kita cari adalah nilai b ini. Nilai b ini merupakan fungsi dari S or. Jadi, disini kita bisa membuat grafik baru untuk S or yang berbeda-beda. 1 0.8 0.6 0.4 0 Kr vs Sw 0 0.4 Sw 0.6 0.8 1 Gambar 13. Pengaruh surfakatan terhadap wettabilitas pada grafik Kr vs Sw Pertama yang dilakukan adalah mencari nilai masingmasing grafik dari intercept terhadap sumbu Y (RF Surfactant). Nilai intercept ini merupakan nilai dari (RF-Surfactant) max. Setelah itu kita bisa plot nilai intercept Y atau RF Surfactant ini terhadap S or (lihat gambar 14). 1 0.8 0.6 0.4 0 Kro setelah SF Kro Sor vs b y = -1.072x + 0.965 R² = 0.988 Krw 0 Sor 0.4 0.6 Gambar 14. Grafik antara S or terhadap faktor perolehan maksimal dari surfactant flooding Grafik diatas menghasilkan suatu persamaan, yaitu :.(persamaan 2) Persamaan 2 ini merupakan nilai dari b yang merupakan fungsi dari S or. Selanjutnya kita substitusikan persamaan 1 dengan persamaan 2, yaitu:..(persamaan 3) Berdasarkan persamaan tersebut, nilai faktor perolehan dari surfactant flooding dipengaruhi oleh nilai faktor perolehan minyak dari water flooding dan juga nilai residual oil saturation-nya. Dengan persamaan 3 ini, kita bisa gunakan untuk mengestimasi faktor perolehan dari surfactant flooding pada nilai faktor perolehan dari water flooding dan S or yang berbeda-beda. Sehinga kita bisa menentukan secara cepat nilai faktor perolehan dari surfactant flooding tanpa harus melakukan simulasi kembali. Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 6

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Semakin besar nilai faktor perolehan minyak dari water flooding maka akan semakin kecil nilai faktor perolehan minyak dari surfactant flooding dan begitupun sebaliknya. 2. Semakin awal waktu kita melakukan surfactant flooding maka akan semakin cepat kita mendapatkan nilai dari faktor perolehan minyak yang maksimal. 3. Nilai faktor perolehan dari surfactant flooding dipengaruhi oleh nilai faktor perolehan dari water flooding dan juga nilai residual oil saturationnya. 4. Estimasi perolehan dari surfactant flooding bisa kita lakukan secara cepat dengan menggunakan persamaan 3, tanpa harus melakukan simulasi terlebih dahulu. Saran 1. Untuk mencerminkan kondisi lapangan yang sebenarnya, model reservoir dibuat heterogen ataupun dibuat pula model reservoir yang miring. 2. Selain sensitivitas berdasarkan ukuran volume reservoir dan residual oil saturation, diperlukan sensitivitas lain terhadap fluid properties, rock properties maupun surfactant properties. Hal ini untuk membuat persamaan yang dihasilkan tersebut bisa mengakomodir perbedaan parameterparameter tersebut. 3. Sebaiknya, reaksi-reaksi yang terjadi pada proses surfactant flooding ini diperhitungkan untuk menambah ketelitian hasil simulasi. 4. Lakukan simulasi surfactant flooding secara tidak kontinu untuk bisa menilai ketelitian keekonomisan dari lama waktu injeksinya. 5. Lakukan studi mengenai analisis faktor perolehan water flooding yang ekonomis sebelum dilakukan surfactant flooding. V. DAFTAR PUSTAKA 1. Adrianto.: Pengaruh Sifat Surfaktan terhadap Perolehan Minyak pada Teknik Surfactant Flooding dengan 5 Spot Pattern. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Perminyakan ITB. 2009. 2. Bailey, R.E., Curtis, L. B.: Enhanced Oil Recovery. National Petroleum Council. USA. 1984. 3. Errany, R.: Studi Analisis Perbandingan Performa Produksi dan Injeksi Surfaktan pada Reservoir Horizontal dan Miring dengan 5-spot Menggunakan Model Konseptual. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Perminyakan ITB. 2010. 4. Siregar, S. 2000.: Teknik Peningkatan Perolehan. Teknik Perminyakan ITB. Bandung. 2000. 5. Taber, J.J., Martin, F.D., Seright, R.S.: EOR Screening Criteria Revisited - part 1 Introduction to Screening Criteria and Enhanced Recovery Field Projects. SPE 35385. 2000. Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 7

Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 8

LAMPIRAN TABEL : Tabel 5. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model I S w K rw K ro 0.1 0 0.37 0.15 0.015 0.3 0.026 51 5 0.042 08 0.3 0.055 0.17 0.35 0.086 0.135 0.4 0.125 0.1 0.45 0.168 0.075 0.5 25 0.051 0.55 0.3 0.033 0.6 0.375 0.02 0.65 0.475 0.009 0.7 0.615 0.002 0.75 0.805 0 Tabel 6. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model II S w K rw K ro 0.1 0 0.37 0.15 0.015 0.3 0.026 51 5 0.042 08 0.3 0.055 0.17 0.35 0.086 0.135 0.4 0.125 0.1 0.45 0.168 0.075 0.5 25 0.051 0.55 0.3 0.033 0.6 0.375 0.02 0.65 0.475 0.009 0.7 0.615 0.002 0.75 0.805 0 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 8

Tabel 7. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model II-1 S w K rw K ro 0.1 0 0.8 0.125 0.003 0.61 0.15 0.007 0.47 0.175 0.02 0.37 0.033 95 25 0.051 2 5 0.065 0.163 0.3 0.1 0.12 0.35 0.132 0.081 0.4 0.17 0.05 0.45 08 0.037 0.5 51 0.021 0.55 0.3 0.01 0.6 0.37 0 Tabel 8. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model II-2 S w K rw K ro 0.1 0 0.8 0.12 0.003 0.61 0.13 0.007 0.47 0.15 0.02 0.37 0.175 0.033 95 0.051 2 25 0.075 0.163 5 0.1 0.12 75 0.132 0.081 0.3 0.17 0.05 0.325 08 0.037 0.35 51 0.021 0.375 0.3 0.01 0.4 0.37 0 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 9

Tabel 9. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model II-3 S w K rw K ro 0.175 0 0.37 0.015 0.3 25 0.026 51 5 0.042 08 75 0.055 0.17 0.3 0.086 0.135 0.325 0.125 0.1 0.35 0.168 0.075 0.375 25 0.051 0.4 0.3 0.033 0.425 0.375 0.02 0.45 0.475 0.009 0.475 0.615 0.002 0.5 0.805 0 Tabel 10. Nilai permeabilitas relatif dan saturasi air pada model II-4 S w K rw K ro 0.15 0 0.45 5 0.015 0.3 0.3 0.026 51 0.35 0.042 08 0.4 0.055 0.17 0.45 0.086 0.135 0.5 0.125 0.1 0.55 0.168 0.075 0.6 25 0.051 0.65 0.3 0.033 0.7 0.375 0.02 0.75 0.475 0.009 0.8 0.615 0.002 0.85 0.805 0 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 10

Tabel 11. Water/Oil Surface Tension vs Surfactant Concentration STwo Cs (lb/stb) (lbf/in) 0 0.05 1 1.00E-06 30 1.00E-06 Tabel 12. Surfactant Adsorption Functions Ssl (lb/stb) Ssc (lb/lb) 0 0 1 0.0005 30 0.0005 Tabel 13. Surfactant Capillary Desaturation Functions Log (CAPN) Fm -9 0-4.5 0-2 1 10 1 Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 11

GAMBAR: Gambar 15. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir II dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Gambar 16. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir II-1 dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 12

Gambar 17. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir II-2 dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Gambar 18. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir II-3 dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 13

Gambar 19. perbandingan faktor perolehan minyak pada model reservoir II-4 dengan water flooding dan surfactant flooding untuk waktu injeksi yang berbeda-beda Ismail Ibnu Haris Alhaj - 12206081 14