IV METODE PENELITIAN. 8 [15 Januari 2010]

dokumen-dokumen yang mirip
VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha

BAB III METODE PENELITIAN. Penetuan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive sampling) di Desa

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

IV. METODE PENELITIAN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI DI SENTRA INDUSTRI TEMPE KELURAHAN SEMANAN JAKARTA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

VI. BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

STRUKTUR PASAR DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kabupaten Batubara. Pemilihan lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

III. METODE PENELITIAN

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

commit to user METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa :

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ALOKASI BIAYA BERSAMA PADA PRODUK SAMPINGAN DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus UKM Pembuatan Tahu Bapak Bambang)

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. sengaja (purposive) karena Desa Cisaat ini merupakan sentral pembuat tahu di

IV. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

BAB IV METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan industri tempe Semanan, Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa industri tempe di Semanan merupakan salah satu sentra produksi tempe di DKI Jakarta. Wilayah Jakarta Barat dipilih karena kebutuhan rata-rata kedelai per harinya di Jakarta Barat cukup tinggi. Setiap hari Jakarta Barat membutuhkan 97,65 kg kedelai per hari, lebih tinggi dibandingkan kebutuhan kedelai di Jakarta Pusat, Selatan, dan Utara yang setiap harinya secara berurutan membutuhkan kedelai sebanyak 48,02 kg; 49,47 kg; dan 52,51 kg 8. Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari para pengrajin tempe sebagai responden dan semua pihak yang terkait, seperti pengurus Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Jakarta Barat dan Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Barat. 4.2. Metode Penentuan Sampel Pemilihan sampel pengrajin tempe yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu snowball dan purposive sampling. Teknik ini digunakan karena di lapangan tidak tersedia data nama pengrajin dan jumlah penggunaan kedelainya. Pengrajin tempe berdasarkan skala produksi atau size of businessnya oleh Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) terbagi menjadi tiga skala yaitu pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar. Pengrajin tempe yang termasuk ke dalam skala kecil adalah pengrajin yang mengolah kurang dari 100 kg kedelai per hari. Pengrajin skala menengah adalah pengrajin yang mengolah mulai dari 100 hingga kurang dari 200 kg kedelai setiap harinya, sedangkan pengrajin skala besar adalah pengrajin yang mengolah mulai dari 200 kg kedelai setiap harinya. 8 http://kominfomas.barat.jakarta.go.id/detail.php [15 Januari 2010]

Pendekatan snowball digunakan untuk mengetahui gambaran umum usaha dengan mewawancarai tujuh puluh pengrajin tempe (10 persen dari total pengrajin) yang mewakili ketiga skala. Pendekatan purposive sampling dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam sebanyak enam pengrajin tempe yang menjadi perwakilan dari tiap skala (masing-masing skala diwakili oleh dua pengrajin tempe). 4.3. Data dan Instrumentasi Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan responden pengrajin tempe dengan menggunakan instrument berupa panduan pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer pada penelitian, mencakup keragaan usaha produksi tempe seperti teknis pengolahan kedelai menjadi tempe, jumlah produksi, dan informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian ini. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari literatur-literatur yang relevan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Barat dan Primkopti Swakerta Jakarta Barat. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian (Deptan), buku serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian. Data sekunder mencakup data produksi, produktivitas, luas areal tanam berbagai komoditas pangan, serta perkembangan harga kedelai di pasar domestik maupun di pasar internasional. 4.4. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan berdasarkan wawancara dengan panduan pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya (Lampiran 1) dan berdasarkan observasi langsung di tempat penelitian. 39

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum usaha produksi tempe yang ditampilkan dalam bentuk deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Dalam penelitian ini analisis kuantitatif meliputi analisis struktur biaya dan optimalisasi yang diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007 dan Linear Interactive Discrete Optimizer (LINDO). 4.5.1. Analisis Struktur Biaya Analisis struktur biaya dilakukan dengan mengelompokkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada usaha produksi tempe. Struktur biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Metode perhitungan struktur biaya tiap skala usaha dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Struktur Biaya Produksi Usaha Tempe Uraian Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar Biaya tetap: - Penyusutan alat - Listrik penerangan - TKDK Jumlah biaya tetap Rata-rata Biaya variabel: - Kedelai - Ragi - Bahan bakar - Plastik - Daun pisang - TLKL - Listrik untuk penggunaan mesin pemecah kedelai Jumlah biaya variabel Rata-rata 40

Untuk mendapatkan total biaya (TC) diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap (TFC) dengan total biaya variabel (TVC) yang dirumuskan sebagai berikut: TC = TFC + TVC Untuk menghitung total biaya rata-rata (ATC) adalah dengan menjumlahkan biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AVC). Penentuan skala usaha yang efisien akan mengacu pada struktur biaya dengan melihat ATC yang paling rendah, dirumuskan sebagai: ATC = AFC +AVC Biaya penyusutan peralatan produksi dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus atau rata-rata, yaitu nilai pembelian dikurangi taksiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Rumus yang digunakan yaitu: Penyusutan = Nilai beli (Rp) - Nilai Sisa (Rp) Umur ekonomis (tahun) 4.5.2. Perumusan Model Linear Programming Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Linear Programming (LP). Terdapat tiga buah model LP yang mewakili masing-masing skala produksi pengrajin tempe. Masing-masing model LP, memiliki variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala yang berbeda-beda. Adapun masingmasing perumusan model LP pada setiap skala produksi adalah sebagai berikut: 1) Model LP Pengrajin Tempe Skala Kecil a) Variabel Keputusan Q K M 1 : Jumlah kedelai yang digunakan (kg) : Jumlah bahan (ragi, plastik, daun pisang, kayu bakar) yang digunakan (setara dengan kg kedelai) untuk menghasilkan tempe jenis 1 M 2 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 2 Q T11 : Jumlah tempe jenis 1 yang dihasilkan pengrajin skala kecil (kg/kedelai) 41

Q T12 : Jumlah tempe jenis 2 yang dihasilkan pengrajin skala kecil (kg/kedelai) b) Fungsi Tujuan Maks. Z = Keuntungan maksimum = - P M1 M 1 P M2 M 2 P K Q K + P T11 T 11 + P T12 T 12 c) Sistem Kendala (1) Kendala kedelai Q K b1 (2) Kendala tenaga kerja a 11 M 1 + a 12 M 2 b 2 (3) Kendala kere a 21 M 1 + a 22 M 2 b 3 (4) Kendala produksi minimum Q T11 b 4 Q T12 b 5 (5) Kendala transfer kedelai - 1.5 M 1 + Q T11 0-1.5 M 2 + Q T12 0 (6) Kendala non negativity Qk, a 11, a 12, a 21, a 22 0 2) Model LP Pengrajin Tempe Skala Menengah a) Variabel Keputusan Q K : Jumlah kedelai yang digunakan (kg) M 1 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 1 M 2 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 2 M 3 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 3 Q T21 Q T22 : Jumlah tempe jenis 1 yang dihasilkan pengrajin skala menengah (kg/kedelai) : Jumlah tempe jenis 2 yang dihasilkan pengrajin skala menengah(kg/kedelai) 42

Q T23 TKL : Jumlah tempe jenis 3 yang dihasilkan pengrajin skala menengah (kg/kedelai) : Jumlah jam penggunaan tenaga kerja luar keluarga (jam) d) Fungsi Tujuan Maks. Z = Keuntungan maksimum = - P M1 M 1 P M2 M 2 P M3 M 3 - P K Q K + P T21 T 21 + P T22 T 22 + P T23 T 23 e) Sistem Kendala (1) Kendala kedelai Q K b1 (2) Kendala tenaga kerja a 11 M 1 + a 12 M 2 + a 13 M 3 b 2 (3) Kendala kere a 21 M 1 + a 22 M 2 + a 23 M 3 b 3 (4) Kendala produksi minimum Q T21 b 4 Q T22 b 5 Q T23 b 6 (5) Kendala transfer kedelai - 1.5 M 1 + Q T21 0-1.5 M 2 + Q T22 0-1.5 M 3 + Q T23 0 (6) Kendala non negativity Qk, a 11, a 12, a 13, a 21, a 22, a 23 0 3) Model LP Pengrajin Tempe Skala Besar a) Variabel Keputusan Q K : Jumlah kedelai yang digunakan (kg) M 1 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 1 M 2 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 2 M 3 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 3 M 4 : Jumlah bahan untuk menghasilkan tempe jenis 4 43

Q T31 Q T32 Q T33 Q T34 TKL : Jumlah tempe jenis 1 yang dihasilkan pengrajin skala besar (kg/kedelai) : Jumlah tempe jenis 2 yang dihasilkan pengrajin skala besar (kg/kedelai) : Jumlah tempe jenis 3 yang dihasilkan pengrajin skala besar (kg/kedelai) : Jumlah tempe jenis 4 yang dihasilkan pengrajin skala besar (kg/kedelai) : Jumlah jam penggunaan tenaga kerja luar keluarga (jam) f) Fungsi Tujuan Maks. Z = Keuntungan maksimum = - P M1 M 1 P M2 M 2 P M3 M 3 P M4 M 4 - P K Q K + P T31 T 31 + P T32 T 32 + P T33 T 33 + P T34 T 34 g) Sistem Kendala (1) Kendala kedelai Q K b1 (2) Kendala tenaga kerja a 11 M 1 + a 12 M 2 + a 13 M 3 + a 14 M 4 b 2 (3) Kendala kere a 21 M 1 + a 22 M 2 + a 23 M 3 + a 24 M 4 b 3 (4) Kendala produksi minimum Q T31 b 4 Q T32 b 5 Q T33 b 6 Q T34 b 7 (5) Kendala transfer kedelai - 1.5 M 1 + Q T31 0-1.5 M 2 + Q T32 0-1.5 M 3 + Q T33 0-1.5 M 4 + Q T34 0 (6) Kendala non negativity Qk, a 11, a 12, a 13, a 14, a 21, a 22, a 23, a 24 0 44

Untuk fungsi tujuan pada ketiga model LP, terdiri dari harga bahan untuk masing-masing jenis tempe (PM) dikalikan banyaknya bahan yang digunakan kemudian dikurangi harga jual masing-masing jenis tempe (PT) yang dikalikan dengan banyaknya tempe yang dihasilkan. 45