BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendapatan (return), baik berupa pendapatan dividen (dividend yield)

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. modal Indonesia dianjurkan lebih gencar mempersiapkan diri meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULAN. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. nasional semakin menampakan perannya dalam menumbuhkembangkan. yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal (capital market).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. agar tercapainya tiga tujuan utama yaitu kesinambungan hidup (going concern),

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan industri consumer

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

I PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

I. PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia investasi bukan lagi merupakan kegiatan baru di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yaitu memperoleh laba atau profit yang diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, sedikit perusahaan yang mengalami hambatan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini cukup pesat, maka dibutuhkan ketepatan dalam mengambil keputusan investasi. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting agar perusahaan dapat menjalankan kegiatan usahanya. Aktivitas pengambilan keputusan investasi bagi manajemen perusahaan maupun investor harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan benar untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai informasi yang berkaitan dengan aktivitas investasinya agar harapan investor dalam melakukan investasi dapat dipenuhi. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2010:2). Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham akan makmur jika kekayaannya meningkat. Meningkatnya kekayaan dapat dilihat dari semakin meningkatnya harga saham yang berarti juga nilai perusahaan meningkat. 1

2 Tujuan utama seorang investor dalam menanamkan dananya adalah untuk memperoleh pendapatan (return), baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dividen yang diperoleh merupakan salah satu alasan investor untuk menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Banyak ditemui emiten-emiten yang menawarkan investasi dengan tingkat pengembalian dividen yang tinggi untuk menarik para pemegang saham agar menanamkan investasinya pada emiten tersebut. Namun, banyak juga emiten yang melakukan kecurangan dengan melakukan praktik manajemen laba oleh pihak pengelola pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Seperti halnya kasus yang terjadi di Indonesia yang terekspos yaitu kasus PT. Kimia Farma yang dicurigai melakukan markup laba sebesar Rp. 32,688 miliar pada laporan keuangannnya (Kompas, 5 November 2002) dengan tujuan agar mampu meningkatkan angka dividen yang dapat menarik perhatian investor, dan PT. Kimia Farma tersebut dapat membagikan dividen sebesar 30%. Dividen merupakan salah satu motivasi untuk menanamkan dana di pasar modal (market security) bagi investor. Selain itu, investor dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen yang dipertahankan sebuah perusahaan akan berdampak meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, karena akan mengurangi

3 ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya (Darmadji dan Fakhruddin (2011:2)). Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang, dan juga melibatkan dua pihak yang bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham yang mengharapkan dividen dan kepentingan perusahaan yang menginginkan laba ditahan. Keputusan pembagian dividen sering menjadi suatu masalah bagi perusahan. Perusahaan sering mengalami kesulitan memutuskan apakah akan membagikan dividen atau menahannya untuk diinvestasikan kepada proyek-proyek yang menguntungkan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan membagikan dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan akan mengurangi keuangan internal. Akan tetapi, jika perusahaan ingin menahan sebagian besar pendapatannya dalam perusahaan, berarti bahwa pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen semakin kecil. Bagi perusahaan, pembayaran dividen dapat digunakan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam mencari tambahan dana di pasar modal, hal ini menunjukan bahwa dividen sangatlah penting bagi perusahaan dan investor. Jenis dividen yang sering dibagikan adalah dividen tunai, keuntungan yang diterima dari dividen tunai lebih pasti daripada dividen saham. Dividen tunai adalah jenis yang paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Hal ini dikarenakan pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak di inginkan

4 pemegang saham daripada bentuk lain, karena dividen tunai membantu mengurangi risiko ketidakpastian dalam aktivitas investasi pemegang saham (Belkaoui (2006:281)). Kebijakan pembayaran dividen perusahaan tergambar dari rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) yaitu presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan akan dapat menetapkan devidend payout ratio sesuai dengan para pemegang saham inginkan tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Kebijakan dividen perusahaan terlihat dalam dividend payout ratio. Keputusan investasi pemegang saham dipengaruhi oleh besar kecilnya dividend payout ratio serta disisi lain memiliki pengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Dividend Payout Ratio yaitu perbandingan antara dividend per share dengan earning per share (Simatupang, 2010:40). DPR yaitu presentase pendapatan yang dibayarkan pada pemegang saham dalam bentuk cash dividend (Riyanto, 2001:266).

5 No. Nama Perusahaan Tabel 1.1 Perbandingan Dividend Payout Ratio Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 AISA 7.48 8.56 22.17 8.01 5.83 10.41 2 CEKA 38.63 39.27 47.24 45.72 43.18 42.08 3 DLTA 12.10 11.60 86.29 72.66 69.76 50.48 4 ICBP 49.63 49.89 49.96 49.79 49.71 49.80 5 INDF 40.00 49.93 49.81 49.80 49.72 47.85 6 MLBI 10.00 10.00 32.36 100.00 0.68 12.61 7 MYOR 23.25 20.60 23.68 19.75 17.53 20.96 8 ROTI 12.38 18.61 25.00 9.99 10.17 15.23 9 SKLT 19.83 22.41 26.02 23.67 21.27 22.64 10 ULTJ 9.26 9.78 13.47 10.66 11.38 10.91 Rata-rata 22.27 24.07 37.60 28.26 27.92 28.29 Sumber : www.idx.co.id 40 DPR 20 DPR 0 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 1.1 Dividend Payout Ratio

6 Grafik 1.1 menunjukkan kondisi rata-rata dividend payout ratio perusahaan industry barang konsumsi sub sector makanan dan minuman dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 dividend payout ratio sebesar 22,27 %. Pada tahun 2011 meningkat dividend payout ratio sebesar 24,07 % atau naik 1,8 % dari tahun sebelumnya. Selanjutnya di tahun 2012 meningkat 13,53 % menjadi 37,60 %. Tahun 2013 mengalami penurunan 9,34 % menjadi 28,26 %. Dan tahun 2014 kembali mengalami penurunan 0,34 % menjadi 27,92 %. Pentingnya dividen tunai bagi para investor menyebabkan para investor memerlukan laporan keuangan agar dapat melihat prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga, dan pendapatan dari penjualan, pelunasan dari sekuritas atau hutang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara perusahaan dengan investor dimana informasi dari laporan keuangan tersebut berguna sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan di pasar modal baik itu untuk membeli saham, menahan saham, ataupun menjual sahamnya. Dari laporan keuangan tersebut para investor dapat memprediksi, karena dari laporan keuangan para investor maupun calon investor dapat membuat keputusan dalam berinvestasi atau tidak di dalam perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan No. 1 komponen laporan keuangan yang lengkap ada enam yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan terakhir laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Dari keenam komponen tersebut yang biasanya dilihat investor yaitu struktur posisi keuangan

7 perusahaan (neraca), struktur kinerja keuangan perusahaan (laba atau rugi) dan terakhir arus kas perusahaan (Ikatan Akuntan Indonesia (2009)). Pada umumnya perusahaan melakukan aktifitasnya dengan motif mendapatkan laba. Laba yang diperoleh perusahaan dapat ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings) dan sisanya inilah akan dibayar kepada investor berupa dividen. Jumlah laba bersih yang dihasilkan perusahaan akan menjadi salah satu faktor yang akan dipertimbangkan perusahaan dalam membayarkan dividen bagi pemegang saham. Biasanya perusahaan yang memiliki laba bersih yang tinggi akan membagikan dividen yang besar. Dengan kata lain, semakin tinggi laba bersih semakin tinggi dividen yang diberikan bagi pemegang saham. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi sebuah perusahaan. Selain laba, informasi yang paling diminati investor adalah arus kas. Laporan arus kas melaporkan ukuran arus kas untuk tiga aktivitas utama dalam aktivitas usaha : operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas operasi atau arus kas dari operasi merupakan padanan dasar kas untuk laba bersih aktual. Secara lebih umum, informasi arus kas membantu kita menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, membayar dividen, meningkatkan kapasitas, dan mendapatkan pendanaan. Informasi arus kas juga membantu kita menilai kualitas laba dan ketergantungan laba pada estimasi serta asumsi tentang arus kas masa depan Subramanyam (2013:92). Arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen tunai, semakin tinggi arus kas operasi maka semakin tinggi pula dividen tunai. Hal ini dikarenakan dalam arus kas operasi digambarkan kinerja perusahaan dimana kinerja

8 perusahaan yang baik akan menghasilkan laba bersih yang tinggi sehingga perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen tunai. Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pusat transaksi capital market saat ini. Bursa Efek Indonesia telah menjadi bagian penting dari berkembangnya perekonomian Indonesia dan sebagai salah satu pasar modal yang dapat dijadikan alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia. Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di Pasar Modal atau Bursa Efek. Dalam pasar modal memungkinkan investor membuat pilihan atas investasi yang diinginkan sesuai dengan risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang mengubah barang mentah menjadi produk jadi melalui proses produksi kemudian dijual kepada pelanggan. Industri yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur adalah industri dasar & kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi. Industri barang konsumsi (Consumer Goods) merupakan sektor industry dengan perusahaan yang bergerak pada industri barang untuk konsumsi seperti makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, rokok dan peralatan rumah tangga. Pertumbuhan permintaan terhadap barang konsumsi relatif stabil seiring penyesuaian daya beli konsumen. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan rata-rata 51% pengeluaran per bulan masyarakat Indonesia ditujukan untuk konsumsi makanan, dengan makanan jadi mengambil porsi paling besar, sekitar 11%-12% terhadap total pengeluaran. Hal ini yang menjadikan industri pengolahan makanan dan minuman Indonesia menarik.

9 Tabel 1.2 Rata-rata Pertumbuhan Industri Manufaktur Tahun 2010-2014 No. Kelompok Perusahaan Manufaktur Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Sub Sektor Industri Makanan dan 8,7 Minuman 2 Sub Sektor Elektronik 8,1 3 Sub Sektor Industri Logam dan 7,4 Sejenisnya 4 Sub Sektor Industri Tekstil dan 5,2 Garmen 5 Sub Sektor Industri Mesin dan Alat 2,7 Berat 6 Sub Sektor Industri Plastik 2,2 Sumber: Laju Pertumbuhan Industri www.bps.go.id Pada Tabel 1.2 memperlihatkan sub sektor industri makanan & minuman berada pada posisi pertama dari laju pertumbuhan Perusahaan Manufaktur. Sub sector makanan dan minuman merupakan sub sektor dari Industri Barang Konsumsi. Pada posisi kedua ditempati oleh sub sektor industri elektronik. Industri ini merupakan salah satu sub sektor dari Sektor Aneka Industri. Dan posisi ketiga adalah sektor industri logam dan sejenisnya. Industri ini merupakan salah satu sub sektor dari Sektor Industri Dasar dan Kimia. Di posisi keempat adalah sub sektor industri tekstil dan garmen dari Sektor Aneka Industri. Selanjutnya posisis kelima ditempati oleh sub sektor industri mesin dan alat berat dari Sektor Aneka Industri. Dan terakhir sub sektor industri plastic dari Sektor Industri Dasar dan Kimia.

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Rata-rata Pertumbuhan Industri Manufaktur Sumber: Laju Pertumbuhan Industri www.bps.go.id Grafik 1.2 Rata-rata Pertumbuhan Industri Manufaktur Tahun 2010-2014 Rata-rata Pertumbuhan Industri Manufaktur Tahun 2010-2014 Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman 8,7. Sub Sektor Elektronik 8,1. Sub Sektor Industri Logam dan Sejenisnya 7,4. Sub Sektor Industri Tekstil dan Garmen 5,2. Sub Sektor Industri Mesin dan Alat Berat 2,7. Sub Sektor Industri Plastik 2,2. Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu bagian dari Perusahaan Manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor dalam mengivestasikan dana mereka. Hal itu dikarenakan saham-saham dari perusahaan-perusahaan dalam Industri Barang Konsumsi yang masih menawarkan potensi kenaikan. Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan penopang dalam Perusahaan Manufaktur, alasannya adalah Industri Barang Konsumsi memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi

11 dibandingkan Sektor Industri Aneka Industri dan Sektor Industri Dasar dan Kimia. Selain itu, industri ini merupakan industri besar yang banyak menyerap tenaga kerja dan dana besar sehingga untuk memenuhi dana tersebut perusahaan akan membutuhkan dana dari investor, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dengan harapan dapat memberikan informasi yang lebih baik bagi penulis dan calon investor yang ingin berinvestasi dalam saham. Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Sutrisno (2001:5) menyatakan semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Dengan semakin meningkatnya posisi kas juga dapat meningkatnya keyakinan para investor untuk mendapatkan dividen tunai. Pembagian dividen tersebut dengan pertimbangan bila likuiditas perusahaan baik, tidak melakukan kegiatan investasi yang dapat mengurangi kas dan tidak mempunyai hutang atau sudah memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Keputusan suatu perusahaan untuk membagikan dividen serta besarnya dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham sangat bergantung pada posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba tinggi, namun apabila posisi likuiditas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Dividen merupakan cash outflow sehingga semakin kuat posisi likuiditas akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

12 No. Nama Perusahaan Tabel 1.3 Perbandingan Current Ratio Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 AISA 128.50 189.35 126.95 175.03 266.33 177.23 2 CEKA 167.23 168.69 102.71 163.22 146.56 149.68 3 DLTA 633.08 600.90 526.46 470.54 447.32 535.66 4 ICBP 259.8 287.11 276.25 241.06 218.32 256.51 5 INDF 203.7 190.95 200.32 166.73 180.74 188.49 6 MLBI 94.50 99.42 58.05 97.75 51.39 80.22 7 MYOR 258.08 221.87 276.11 244.34 208.99 241.88 8 ROTI 229.91 128.35 112.46 113.64 136.64 144.20 9 SKLT 192.51 169.74 141.48 123.38 118.38 149.10 10 ULTJ 200.07 152.09 201.82 247.01 252.85 210.77 Rata-rata 236.74 220.85 202.26 204.27 202.75 213.37 Sumber : www.idx.co.id 300 CR 200 100 CR 0 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 1.3 Current Ratio

13 Grafik 1.3 menunjukkan kondisi rata-rata current ratio perusahaan industry barang konsumsi sub sector makanan dan minuman dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 kondisi current ratio berada di angka 236,74 %. Pada tahun berikutnya current ratio menurun menjadi 220,85 % atau turun 15,89 % dari tahun sebelumnya. Selanjutnya di tahun 2012 kondisinya menurun 18,59 % menjadi 202,26 %. Tahun 2013 kembali meningkat 2,01 % menjadi 204,27 %. Dan tahun 2014 kembali mengalami penurunan 1,52 % menjadi 202,75 %. Menurut teori likuiditas perusahaan yang ideal adalah 200%. Jumlah likuiditas yang besar ini mengindikasikan banyaknya dana yang menganggur atau tidak produktif. Profitabilitas adalah indicator yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Irham Fahmi, 2015:80). Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63)

14 No. Tabel 1.4 Perbandingan Return On Investment (ROI) Nama Tahun Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 AISA 4.13 4.18 6.56 6.91 5.13 5.38 2 CEKA 3.48 11.70 5.68 6.08 3.19 6.03 3 DLTA 20.61 21.79 28.64 31.20 29.04 26.28 4 ICBP 18.85 13.57 12.86 10.51 10.16 13.19 5 INDF 11.49 9.13 8.06 4.38 5.99 7.81 6 MLBI 38.96 41.56 39.36 65.72 35.63 44.25 7 MYOR 11.36 7.33 8.97 10.90 3.98 8.51 8 ROTI 17.56 15.27 12.38 8.67 8.80 12.54 9 SKLT 2.42 2.79 3.19 3.79 4.97 3.43 10 ULTJ 5.35 4.65 14.60 11.56 4.29 7.99 Rata-rata 13.42 13.20 14.03 15.98 11.12 13.55 Sumber : www.idx.co.id 16 ROI 14 12 ROI 10 8 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 1.4 Return On Investment

15 Grafik 1.4 menunjukkan kondisi rata-rata return on investment perusahaan industry barang konsumsi sub sector makanan dan minuman dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 kondisi return on investment berada di angka 13,42 %. Pada tahun berikutnya return on investment menurun menjadi 13,20 % atau turun 0,20 % dari tahun sebelumnya. Selanjutnya di tahun 2012 kondisinya meningkat 0,83 % menjadi 14,03 %. Tahun 2013 kembali meningkat 1,95 % menjadi 15,98 %. Dan tahun 2014 kembali mengalami penurunan 4,86 % menjadi 11,12 %. Solvabilitas yang diukur dengan debt to assets ratio dapat diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total asset (Irham Fahmi, 2015:72). Dimana rasio ini menunjukkan factor penilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Apabila mengalami penurunan maka berarti semakin kecil perusahaan itu dibiayai oleh utang. Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan rasio perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai DAR ini mengindakasikan : 1. Semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh hutang. 2. Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal. 3. Semakin tinggi resiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang. 4. Semakin tinggi beban bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan.

16 No. Nama Perusahaan Tabel 1.5 Perbandingan Debt to Assets Ratio Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 AISA 0.70 0.49 0.47 0.53 0.51 0.54 2 CEKA 0.64 0.51 0.55 0.51 0.58 0.59 3 DLTA 0.16 0.18 0.20 0.22 0.23 0.20 4 ICBP 0.30 0.30 0.32 0.38 0.40 0.34 5 INDF 0.47 0.41 0.42 0.51 0.52 0.47 6 MLBI 059 0.57 0.71 0.45 0.75 0.61 7 MYOR 0.54 0.63 0.63 0.59 0.60 0.60 8 ROTI 0.20 0.28 0.45 0.57 0.55 0.41 9 SKLT 0.41 0.43 0.48 0.54 0.54 0.48 10 ULTJ 0.35 0.36 0.31 0.28 0.28 0.32 Rata-rata 0.44 0.42 0.45 0.47 0.49 0.45 Sumber : www.idx.co.id 1 DAR DAR 0 2010 2011 2012 2013 2014 Grafik 1.5 Debt To Assets Ratio

17 Grafik 1.5 menunjukkan kondisi rata-rata debt to assets ratio perusahaan industry barang konsumsi sub sector makanan dan minuman dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 kondisi debt to assets ratio berada di angka 0,44 %. Pada tahun berikutnya current ratio menurun menjadi 0,42 % atau turun 0,02 % dari tahun sebelumnya. Selanjutnya di tahun 2012 kondisinya meningkat 0,03 % menjadi 0,45 %. Tahun 2013 mengalami kenaikan 0,01 % sebesar 0,46 %. Dan tahun 2014 kembali mengalami peningkatan 0,04 % menjadi 0,50 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan besarnya laba yang akan dibagikan sebagai dividen antara lain : profitabilitas, liquiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Pertimbangan besarnya suatu Dividen Payout Ratio (DPR) diduga berkaitan sangat erat dengan sebuah kinerja manajemen karena kinerja keuangan suatu perusahaan yang cukup bagus dan tentunya bisa diharapkan untuk menentukan besarnya DPR yang sesuai juga dengan harapan para pemegang saham. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah di ungkapkan, maka dirasa perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang dapat dijadikan alat prediksi untuk pengembalian investasi berupa pendapatan dividen pada perusahaan barang konsumsi sub sektor makanan dan minuman dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.

18 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Identifikasi masalah dan rumusan masalah penelitian ini diajukan untuk merumuskan dan menjelaskan mengenai permasalahan yang tercakup dalam penelitian. 1.2.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang teridentifikasi di perusahaan makanan dan minuman adalah sebagai berikut : 1. Terjadi penurunan likuiditas relative kecil pada perusahaan barang konsumsi sector makanan dan minuman. 2. Pertumbuhan profitabilitas yang setiap tahunnya meningkat sejalan dengan pertumbuhan kebijakan dividen yang fluktuatif. 3. Adanya peningkatan leverage relative kecil pada perusahaan barang konsumsi sector makanan dan minuman. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan gambaran yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Likuiditas pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014.

19 2. Bagaimana Profitabilitas pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 3. Bagaimana Leverage pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 4. Bagaimana Kebijakan Dividen pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 5. Seberapa besar pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage secara simultan dan parsial terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Likuiditas pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui Profitabilitas pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui Leverage pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 4. Untuk mengetahui Kebijakan Dividen pada perusahaan barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage secara simultan dan parsial terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan

20 barang konsumsi sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang dapat digunakan untuk penelitian para akademisi dan praktisi dibidang kajian manajemen keuangan dan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pihak-pihak terkait. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Adapun kegunaan penelitian secara teoritis sebagai berikut : 1. Penulis Penelitian ini sangat berguna bagi penulis karena dapat menambah pengetahuan dan dapat memperoleh pemahaman mengenai kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang bersifat melanjutkan ataupun melengkapi.

21 1.4.2 Kegunaan Praktis Adapun kegunaan penelitian secara praktis sebagai berikut : 1. Perusahaan Penelitian ini diharapkan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan secara optimal. 2. Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan dasar pengembangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi, tolak ukur atau pertimbangan, khususnya bagi individual investor yang tertarik dalam mengambil keputusan bisnis untuk menanamkan dananya sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang dibagikan.