EVALUASI AKURASI TEMATIK CITRA SATELIT QUICKBIRD DAN IKONOS UNTUK PENGADAAN PETA HABITAT TERUMBU KARANG SKALA BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL KARANG CONGKAK DAN LEBAR KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICK BIRD

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

Citra Satelit IKONOS

Aplikasi Algoritma Klasifikasi Mean Shift untuk Pemetaan Habitat Bentik Studi Kasus Kepulauan Karimunjawa

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

PEMETAAN BENTIK HABITAT DAN TUTUPAN LAHAN PULAU TUNDA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT WORLDVIEW-2 IRPAN PIDIA PUTRA

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENENTUAN EKOSISTEM LAUT PULAU- PULAU KECIL DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT RESOLUSI TINGGI STUDY KASUS : PULAU BOKOR

APLIKASI DATA SATELIT SPOT 4 UNTUK MENDETEKSI TERUMBU KARANG: STUDI KASUS DI PULAU PARI

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMETAAN HABITAT PERAIRAN DANGKAL KARANG LEBAR, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA DENGAN CITRA LANDSAT-7 ETM+ SLC-OFF DAN LANDSAT-8 OLI LA ODE ABDUL HAFID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Neritic Vol. 6 No.1, hal 01-06, Maret 2015 ISSN

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

III. METODE PENELITIAN

JENIS CITRA

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

BAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi :

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

PEMANFAATAN CITRA BERESOLUSI TINGGI UNTUK PEMETAAN SKALA BESAR STUDI KASUS KELURAHAN MANGKUPALAS KOTA SAMARINDA

DINAMIKA TUTUPAN PERAIRAN DANGKAL PULAU-PULAU KECIL, KEPULAUAN SPERMONDE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

Isfandiar M. Baihaqi

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

AbdurRahman* 1. UNLAM *

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I


Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK IDENTIFIKASI OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

RANCANG BANGUN APLIKASI FUSI CITRA (IMAGE FUSION) DARI DATA PENGINDERAAN JAUH MENGGUNAKAN METODE PANSHARPENING TUGAS AKHIR

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

APLIKASI CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN 3D SUBSTRAT DASAR DI GUSUNG KARANG

Akurasi Tematik Peta Substrat Dasar dari Citra Quickbird (Studi Kasus Gusung Karang Lebar, Kepulauan Seribu, Jakarta)

III. METODE PENELITIAN

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

ISTILAH DI NEGARA LAIN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

EVALUASI AKURASI TEMATIK CITRA SATELIT QUICKBIRD DAN IKONOS UNTUK PENGADAAN PETA HABITAT TERUMBU KARANG SKALA BESAR Thematic Accuracy Evaluation of Quickbird and Ikonos Satellite Images for Large Scale Coral Reef Habitat Map Making Muhammad Banda Selamat 1, Vincentius P Siregar 2, Indra Jaya 2, Totok Hestirianoto 2, 1 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Diterima: 11 Desember 2011; Disetujui: 10 Januari 2012 ABSTRACT This study was using 1 m resolution of panchromatic ikonos image and 2.44 m resolution of multispectral quickbird image for mapping coral reef habitat at subtidal zone. The habitat map was produced by using unsupervised method combined with visual RGB image verification at two map scales, 1:10.000 and 1:5000. Simple field observation found that 4 habitat classes may evaluated: live coral, seagrass mixed with sand, sand and mixed coral. Different map scale results on different level of accuracy. In case of quickbird image, the larger map scale may result on more accurate level, meanwhile opposite condition may found at ikonos image. Keywords :accuracy, mapscale, ikonos, quickbird PENDAHULUAN Monitoring perubahan ekologi terumbu karang berbasis spasial sangat bergantung pada tingkat akurasi peta yang digunakan. Peta yang akurat dapat dijadikan dasar bagi perlunya pengumpulan data kondisi karang yang lebih detail dan juga menjadi gambaran proses-proses biologi yang terjadi di kawasan tersebut (Joyce dan Phinn, 2001). Pertimbangan utama dalam memilih teknik pengadaan peta dimasa lalu umumnya mengacu pada luas kawasan yang disurvei, detail spasial yang diinginkan, ketersediaan waktu dan dana. Sekarang, dengan tersedianya citra satelit beresolusi kurang dari 5 meter, semakin banyak pekerjaan pemetaan tematik pesisir yang dapat dilakukan dengan teknik penginderaan jauh. Penelitian ini dilakukan bertujuan membandingkan akurasi tematik dari citra satelit quickbird dan ikonos dalam memetakan habitat karang di zona subtidal, pada dua skala peta yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemilihan sensor satelit untuk pengadaan peta tematik habitat karang dan pemilihan skala peta yang sesuai. Pada kasus skala peta yang lebih besar, dimana akurasi tematik dari citra satelit tidak memadai, maka dimungkinkan pengembangan teknologi pencitraan alternatif (misalnya video) untuk pengadaan peta. METODOLOGI PENELITIAN Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 5 hingga 6 Juni 2010, di sejumlah 651 titik sampling. Lokasi titik pengambilan data tersebar di Karang Congkak dan Karang Lebar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Untuk keperluan uji akurasi tematik citra, di ambil sejumlah titik pada lokasi Karang 1) Korespondensi Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar 90245 Tel/fax: (0411) 587000. E-mail:mbandas2006@yahoo.com 20 Muhammad Banda Selamat

Congkak (Gambar 1). Citra yang digunakan adalah citra Quickbird multiband (16 bit), liputan 28 September 2008 dan citra Ikonos pankromatik RGB (8 bit), liputan tanggal 8 Juli 2008. Penentuan posisi dilakukan dengan 2 unit Global Positioning System (GPS) tipe navigasi. Alur penelitian disajikan secara skematik pada Gambar 2. Gambar 1. Lokasi Uji Akurasi Tematik Citra Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Evaluasi Akurasi Tematik Citra Satelit Quickbird dan Ikonos untuk Pengadaan Peta Habitat Terumbu Karang 21

Evaluasi Akurasi Posisi Penentuan posisi selama survei dilakukan dengan menggunakan dua GPS navigasi tipe 76 csx. Suatu garis basis dibuat dengan menggunakan pita ukur sedemikian sehingga posisi dua titik berurutan ditempatkan terpisah sejauh 30 meter. Pada masing-masing titik tersebut ditempatkan GPS merekam sinyal secara simultan (Gambar 3). Waktu pengamatan posisi pada masing-masing GPS di lakukan selama 30 menit. Metode penentuan posisi titik dilakukan secara statik absolut. Perekaman data diatur agar memiliki interval yang sama dan konstan. Data titik dari kedua GPS kemudian diunduh menggunakan kabel USB. Variasi pergeseran posisi diplot pada bidang kartesian dan jarak kedua titik (yang menjadi garis basis) dapat dihitung dengan menggunakan rumus phytagoras. Evaluasi akurasi posisi GPS ini dilakukan dalam dua ulangan (lokasi) yaitu di kampus IPB dan di Pulau Pramuka yang menjadi basis survei. Gambar 3. a. b. c. Garis Basis untuk Pengamatan Posisi (a) Garis basis; (b) Titik basis di kampus; (c) Titik basis di P. Pramuka Pengamatan Dasar Perairan Pengambilan data dasar perairan dilakukan dengan cara acak dan menyebar pada lokasi Karang Lebar dan Karang Congkak. Data yang dicatat adalah jenis dasar perairan dan posisi geografis. Pengambilan data mencakup 5 kategori jenis perairan yaitu karang hidup, karang, pasir bercampur lamun, lamun dan pasir (Tabel 1). Tabel 1. Kategori Dasar Perairan Penutupan Dasar Karang mixed Foto di Lapangan Karang hidup Lamun (dominan) Pasir 22 Muhammad Banda Selamat

Uji Akurasi Citra Hasil Klasifikasi Menurut Campbell (1987), uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh (yang diuji) dan peta acuan dari sumber lainnya. Peta kedua diasumsikan memiliki informasi yang benar. Perhitungan akurasi citra hasil klasifikasi dilakukan dengan membuat matrik kontingensi, atau matrik konfusi. Matrik konfusi dihasilkan dari perbandingan nilai piksel hasil klasifikasi dengan data dari lapangan (Congalton dan Green, 1999). Uji ketelitian yang dihitung ialah overall accuracy, producer s accuracy, dan user s accuracy. Overall accuracy adalah persentase dari piksel yang terkelaskan dengan tepat, sedang producer s accuracy adalah peluang rata-rata suatu piksel yang menunjukkan sebaran dari masing-masing kelas yang telah diklasifikasikan di lapangan dan user s accuracy adalah peluang rata-rata suatu pixel secara aktual yang mewakili kelas-kelas tersebut. Alur penelitian Rumus-rumus yang digunakan: Overall accuracy = 100%, Producer s accuracy = 100% User s accuracy = 100% Hubungan Skala, Resolusi dan Akurasi Menurut Klaar dan Amhar (2001) untuk skala peta 1:50.000, diperlukan resolusi raster dan atau akurasi vektor lebih baik dari 10 meter. Hubungan antara skala, resolusi dan akurasi ini disajikan pada Tabel 2. Nilai kesalahan 0.5 hingga 1.0 piksel pada penyatuan dua sistem peta dianggap cukup memuaskan berdasarkan pertimbangan visual (Townshed et.al, 1992). Tabel 3 memperlihatkan perbandingan resolusi sensor pada Quickbird-2 dan Ikonos. Tabel 2. Hubungan Skala, Resolusi dan Akurasi (Klaar dan Amhar, 2001) Keperluan Data Spasial Data Spasial yang Sesuai Skala (S) Resolusi raster (r) Akurasi vektor (σ) Skala (S) r S. 0,2 mm σ S / 5000 Resolusi raster (r) r S. 0,2 mm σ r / 4 Akurasi vektor (σ) S 5000 σ r 2 σ Tabel 3. Karakteristik saluran dan resolusi spasial pada satelit Quickbird dan Ikonos (modifikasi dari Digital Globe, 2008 dan Space Imaging, 2004) Spektrum Panjang gelombang (µm) Resolusi spasial (m) Quickbird Ikonos Quickbird Ikonos Sinar tampak Violet-Biru 0.4795 2,44 Sinar tampak Biru 0.45-0.53 4 Sinar tampak Hijau 0.5465 0.52-0.61 2,44 4 Sinar tampak Merah 0.6540 0.64-0.72 2,44 4 Near IR 0.8145 0.77-0.88 2,44 4 Pankromatik 0.7250 0.45-0.90 0,61 1 Akurasi Posisi GPS 76 csx HASIL DAN PEMBAHASAN Perekaman data posisi oleh kedua GPS diatur agar berulang secara otomatis dan simultan setiap interval 5 detik. Selama 30 menit pengamatan diperoleh data titik sebanyak 60/5*30=360 data untuk masing-masing GPS atau total 960 data dalam satu kali seri pengamatan. Plotting pergeseran Evaluasi Akurasi Tematik Citra Satelit Quickbird dan Ikonos untuk Pengadaan Peta Habitat Terumbu Karang 23

dua titik di kampus (ulangan 1) dari masing-masing GPS disajikan pada Gambar 4. Plotting pergeseran titik di lokasi studi dari kedua GPS yang sama (ulangan 2) disajikan pada Gambar 5. Gambar 4. Pergeseran Posisi Titik GPS dari Pengamatan Statis di Kampus. Kedua GPS memiliki karakter pergeseran posisi yang berbeda. Pergeseran posisi rata-rata kurang dari 1.5 meter (dari nilai awal pengamatan) Gambar 5. Pergeseran Posisi Titik GPS di Lokasi Studi. GPS 1 memiliki pergeseran yang signifikan (gambar kiri) dibandingkan GPS 2. Pergeseran posisi rata-rata keduanya lebih besar dari 30 meter. Hasil pengukuran posisi titik secara statik absolut memperlihatkan pergeseran posisi yang direkam oleh kedua GPS bervariasi menurut lokasi dan waktu. Di kampus, rata-rata pergeseran posisi kedua GPS kurang dari 1.5 meter (Gambar 4), namun di lokasi survei rata-rata pergeseran posisi mencapai >35 meter dan >74 meter (Gambar 5). Dari sisi keterlindungan, lokasi survei sebenarnya jauh lebih terbuka daripada lokasi pengamatan dikampus sehingga menurut teori seharusnya memiliki akurasi yang lebih baik. 24 Muhammad Banda Selamat

Ditinjau dari statistik hitungan jarak basis di kampus (Tabel 4), diketahui bahwa GPS navigasi yang digunakan memiliki nilai kesalahan pengukuran jarak sekitar 5.4% atau memiliki nilai akurasi sebesar 94.6%. Pada setiap pengukuran jarak sejauh 100 meter, maka dapat dikatakan nilai kesalahan jarak mencapai 5 hingga 6 meter. Kesalahan jarak ini dapat mencapai 50 hingga 60 meter, pada pengukuran posisi dua titik yang terpisah sejauh 1000 meter. Tabel 4. Hitungan Jarak Dua Titik di Kampus Statistik Nilai (meter) minimum 27.9 maksimum 30.1 Rata-rata 28.4 Simpangan baku 0.5 Hasil Klasifikasi Citra Quickbird Klasifikasi citra Quickbird dengan menggunakan metode ISOclass yang di iterasi dengan evaluasi visual citra komposit RGB disajikan pada Gambar 6. Secara umum dapat dikatakan dengan pendekatan ini, citra Quickbird tidak sensitif untuk mendeteksi keberadaan karang hidup. Karang hidup di lokasi Karang Congkak ditemukan pada bagian tepi dan berada pada zona perairan yang lebih dalam. Bila dibandingkan hasil klasifikasi citra pada kedua skala (Gambar 6a dan b), terlihat objek pasir bercampur lamun lebih dapat terlihat pada skala yang lebih besar (1:5.000). (a) (b) Gambar 6. Peta Habitat dari Citra Quickbird (a) Skala 1:10.000; (b) Skala 1:5.000 Hasil Klasifikasi Citra Ikonos Klasifikasi citra Ikonos dilakukan dengan cara yang sama dengan klasifikasi citra Quickbird, yaitu metode ISOclass yang di iterasi dengan evaluasi tampilan visual citra komposit RGB. Tampilan hasil klasifikasi pada dua skala peta disajikan pada Gambar 7. Seperti halnya dengan kasus pada citra Quickbird, objek pasir bercampur lamun jauh lebih terlihat pada skala yang lebih besar (1:50.000). Selain itu, hasil klasifikasi citra Ikonos terlihat menampilkan kelas karang hidup, namun demikian hasil ini perlu diverifikasi dengan uji akurasi. Evaluasi Akurasi Tematik Citra Satelit Quickbird dan Ikonos untuk Pengadaan Peta Habitat Terumbu Karang 25

(a) (b) Gambar 7. Peta Habitat dari Citra Ikonos (a) Skala 1:10.000; (b) Skala 1:5.000 Uji Akurasi Citra Terklasifikasi pada Skala Peta 1: 10.000 Hasil uji akurasi peta citra hasil klasifikasi visual penutupan dasar perairan disajikan pada Tabel 5 dan 6. Nilai akurasi total untuk hasil klasifikasi peta citra dari satelit Ikonos adalah 61% dan dari citra Quickbird adalah 42 %. Akurasi terbaik klasifikasi visual citra Ikonos dari sisi produser dan user adalah untuk kelas penutupan dasar pasir yaitu 80% Pada kelas yang sama, nilai akurasi yang lebih rendah diperoleh pada hasil klasifikasi visual citra Quickbird yaitu masing-masing 50% dan 40%. Tabel 5. Uji Akurasi Klasifikasi Visual Citra Ikonos pada Skala 1:10.000 c I t r a Lapangan Ikonos karang lamun pasir krg hidup karang 1 4 3 0 8 AKURASI PRODUSER USER lamun 0 7 1 0 8 karang 0.3 0.1 pasir 2 2 12 0 16 lamun 0.5 0.9 krg hidup 0 1 0 0 1 pasir 0.8 0.8 3 14 16 0 33 krg hidup - 0.0 total akurasi= 0.61 Tabel 6. Uji Akurasi Klasifikasi Visual Citra Quickbird pada Skala 1:10.000 c I t r a Lapangan Quickbird karang lamun pasir krg hidup karang 4 3 1 0 8 AKURASI PRODUSER USER lamun 0 4 4 0 8 karang 1.0 0.5 pasir 0 10 6 0 16 lamun 0.2 0.5 krg hidup 0 1 0 0 1 pasir 0.5 0.4 4 18 11 0 33 krg hidup - 0.0 total akurasi= 0.42 Uji Akurasi Citra Terklasifikasi pada Skala Peta 1: 5.000 Klasifikasi visual citra Ikonos dan Quickbird pada skala yang lebih besar (1:5000) diharapkan dapat memberikan nilai akurasi yang lebih baik. Dari hasil perhitungan yang dilakukan (Tabel 7 dan 8), diperoleh nilai akurasi total untuk klasifikasi visual citra Ikonos adalah 50% atau lebih rendah daripada citra Quickbird yaitu 56%. Akurasi produser dan user dari uji klasifikasi visual citra Ikonos 26 Muhammad Banda Selamat

c I t r a untuk lamun dan pasir meningkat dibandingkan dengan akurasi pada skala 1:10.000. Nilai akurasi produser dan user untuk citra Quickbird juga meningkat dibandingkan dengan hasil klasifikasi pada skala peta yang lebih kecil. Tabel 7. Uji Akurasi Klasifikasi Visual Citra Ikonos pada Skala 1:5.000 Lapangan Ikonos karang lamun pasir krg hidup AKURASI PRODUSER USER karang 2 1 2 0 5 karang 0.5 0.4 lamun 0 3 2 0 5 lamun 0.8 0.6 pasir 0 2 4 0 6 pasir 1.0 0.8 krg hidup 0 0 2 0 2 krg hidup 0.0 0.0 2 6 10 0 18 total akurasi= 0.50 Tabel 8. Uji Akurasi Klasifikasi Visual Citra Quickbird pada Skala 1:5.000 c I t r a Lapangan Quickbird karang lamun pasir krg hidup AKURASI PRODUSER USER karang 4 0 1 0 5 karang 1.0 0.8 lamun 0 2 3 0 5 lamun 0.5 0.4 pasir 0 2 4 0 6 pasir 1.0 0.8 krg hidup 0 0 2 0 2 krg hidup 0.0 0.0 4 4 10 0 18 total akurasi= 0.56 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akurasi Menurut Letham (1999), GPS navigasi dapat menunjukkan posisi dengan nilai kesalahan antara 15 hingga 100 m. Jika untuk keperluan navigasi, akurasi seperseratus ini sudah sangat memadai. Dalam proses penentuan posisi, alat GPS harus mengukur jaraknya paling tidak dari 4 satelit oleh karena keterbatasan jenis pembangkit waktu (clock) yang dimilikinya. Pengukuran jarak dilakukan dengan cara mengukur waktu yang diperlukan oleh sinyal GPS untuk merambat dari satelit ke alat penerima. Setiap satelit dilengkapi dengan jam atom berakurasi sangat tinggi sebagai pembangkit waktu, namun pembangkit waktu pada alat penerima GPS tipe navigasi memiliki kualitas yang lebih rendah sehingga memiliki akurasi yang juga jauh lebih rendah. Selama pengukuran jarak tersebut, setiap variasi kecepatan sinyal dan lintasannya akan menjadi sumber bagi kesalahan posisi. Kesalahan yang muncul umumnya berkisar pada angka ±15 meter untuk total 95% waktu pengamatan. Kontribusi kesalahan posisi tersebut berasal dari: efek ionosferik, ±10 meter; kesalahan ephemeris, ±2.5 meter; kesalahan pembangkit waktu, ±2 meter; distorsi jalur jamak, ±1 meter; efek troposferik, ±0.5 meter; kesalahan numerikal, ±1 meter atau kurang (Manley, 2008). Hasil uji akurasi kedua sumber citra baik dari ikonos maupun Quickbird secara keseluruhan masih kurang dari 80%. Umumnya skema klasifikasi dapat dikatakan baik dan diterima sebagai sumber tematik yang dapat dipercaya bila nilai akurasinya minimal mencapai batas nilai tersebut. Bila efek kesalahan posisi untuk sementara dapat diabaikan, akurasi klasifikasi citra Quickbird dapat dikatakan meningkat seiring dengan semakin besarnya skala peta yaitu dari 50% pada peta skala 1:10.000 menjadi 56% pada skala peta 1:5.000. Untuk citra ikonos, akurasi yang lebih baik diperoleh pada skala 1:10.000 yaitu senilai 61% daripada skala 1:5.000 yaitu 41%. Mengacu pada hubungan skala, resolusi dan akurasi data spasial (Tabel 2), untuk skala peta 1:10.000, maka sumber resolusi citra adalah sama atau lebih baik dari 2 meter. Pada skala 1:5.000, kebutuhan nilai resolusi tersebut menjadi 1 meter. Nilai ini tidak dapat dipenuhi oleh alat penentu posisi yang digunakan pada saat survei yang berdasarkan hasil uji memiliki akurasi spasial lebih besar dari 30 meter (Gambar 5). Evaluasi Akurasi Tematik Citra Satelit Quickbird dan Ikonos untuk Pengadaan Peta Habitat Terumbu Karang 27

Secara teoritis, skala peta yang dapat dihasilkan dari citra Quickbird dengan resolusi spasial 2,44 adalah 1:12.500, visualisasi tematik pada skala yang lebih besar sebenarnya tidak menambah kedalaman informasi peta. Hal ini terbukti dari perubahan besaran akurasi dari peta skala 1:10.000 ke skala 1:5.000 yang hanya memberi peningkatan sekitar 6% saja. Skala peta yang dapat dihasilkan dari citra pankromatik ikonos yang memiliki resolusi 1 meter adalah 1:5.000. Informasi spasial dari lapangan tidak dapat memenuhi akurasi spasial untuk skala peta ini. Itulah sebabnya nilai akurasi citra klasifikasi Ikonos menjadi lebih rendah pada skala 1:5.000 yaitu sebesar 41% dibandingkan dengan tampilannya pada skala 1:10.000 yaitu 61%, oleh karena adanya generalisasi piksel. KESIMPULAN Hasil uji akurasi kedua sumber citra baik dari ikonos maupun Quickbird secara keseluruhan masih kurang dari 80%. Dari dua skala peta yang dibandingkan, yaitu skala 1:10.000 dan 1:5.000, akurasi klasifikasi citra Quickbird meningkat seiring dengan semakin besarnya skala peta, sementara untuk citra ikonos, akurasi yang lebih baik diperoleh pada skala yang lebih kecil. Sumber utama kerancuan dan ketidakkonsistenan akurasi ini diduga berasal dari akurasi spasial GPS yang digunakan di lapangan, yang tidak kompatibel dengan resolusi spasial kedua citra satelit tersebut. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dana dipa dari seameo-biotrop sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mahasiswi IPB, Cory dan Dewi yang aktif membantu selama survei di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Campbell, J.B. 1987. Introduction to Remote Sensing. The Guilford Press, New York. Congalton, R.G dan K. Green. 1999. Assessing the accuracy of remotely sensed data : principles and practices. CRC Press, Inc., Florida. 130 hal DigitalGlobe, 2008. QuickBird Imagery Products- Product Guide Group, No. 3, IOCCG, Dartmouth, Canada. Joyce, K.E. Phinn, S.R. 2001. Optimal spatial resolution for coral reef mapping. Geoscience and Remote Sensing Symposium, vol 2, hal: 619-621 Klaar, W. dan F. Amhar. 2001. Konsep Proses Tata Ruang dan Teknologi Pemetaan Tata Ruang. Bakosurtanal, Cibinong. 96 hal. Letham, L. 1999. GPS made easy: using global positioning systems in the outdoors. The Mountaineers. Hal:5-72 Manley, P. 2008. Practical navigation for the modern boat owner. John Wiley & Sons, West Sussex, England. Hal 2-15 Townshend, J.R.G, C.O.Justice, C. Gurney dan J. McManus. 1992. The Impact of Misregistration on Change Detection. IEEE Transactions on Geoscience dan Remote Sensing, vol 30, 5:1054-1060. 28 Muhammad Banda Selamat