ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN DAN ADVERSITY QUOTIENT

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 JEPARA

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

Perguruan Tinggi yang menekuni bidang kewirausahaan, sisanya 94 persen memilih untuk bekerja pada orang lain atau menjadi karyawan. Temuan ini diperku

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Raya Ngebel Semanding, Jenangan, Ponorogo.

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

JURNAL. Oleh FARAH NURIKASARI NPM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

PENGARUH PELAKSANAAN BUSINESS CENTRE TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 1 WONOSOBO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hampir 150 % untuk setiap item makanan apabila dikelola dengan

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

Kematangan Vokasional dan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dewi Ratnawati 1) Istiana Kuswardani 2) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KONTRIBUSI PRESTASI PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII BUSANA BUTIK SMK NEGERI 1 WONOSARI JURNAL

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN INFORMASI KERJA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SMK JURUSAN TEKNIK MESIN DI KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN


HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SURAKARTAA ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB II LANDASAN TEORI. A. Minat Wirausaha. untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 6-10 (2017)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variable penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

Transkripsi:

ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang m_shohib@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient dengan minat enterpreneurship. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif non eksperimen dengan mengambil responden 100 siswa-siswa SMA melalui metode accidental sampling. Instrument pengambilan data menggunakan kuesioner dalam bentuk skala likert. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara adversity quotient dengan minat entrepreneurship dengan nilai koefisien korelasi(r) sebesar 0,225 dan nilai signifikansi (p) 0,024. Hal ini berarti semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi pula minat entrepreneurship, begitu pula sebaliknya, dengan sumbangan efektif sebesar 5%. Kata kunci : Adversity Quotient, Minat Entrepreneurship This research aimed to know correlation between adversity quotient and enterpreneurship interest. This study is non-experimental quantitative research with 100 students from high school participated as respondents.the study used accidental sampling method. The data collection instrument were 2 Likert scale. Result showed positive correlation between adversity quotient and interest in entrepreneurship with a correlation coefficient (r) of 0.225 and p= 0.024. It means that the higher adversity quotient,the higher interest to enterpreneurship, and vice versa, with the effective contribution by 5%. Keyword : Adversity Quotient, Entrepreneurship Interest 32

Upaya pemerintah dengan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia dengan merekrut calon pegawai negeri sipil (PNS) tentu tidak cukup. Sehingga salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran adalah dengan berwirausaha. Menurut Sudradjad (1999) salah satu kiat mengentaskan pengangguran adalah dengan menciptakan lapangan kerja baru, yaitu dengan berwirausaha. Permasalahannya adalah kewirausahaan di Indonesia juga masih rendah. Umumnya masyarakat Indonesia lebih memilih menjadi pencari kerja (job secker) ketimbang pencipta lapangan kerja (job creator). Berdasarkan laporan yang dilansir Global Entrepreneurship Monitor, pada 2005 Indonesia hanya memiliki entrepreneur 0,18% dari jumlah penduduk, yang menunjukkan rendahnya kewirausahaan di Indonesia (Anonymous, 2009). Sehingga menjadi sangat wajar jika sampai saat ini dunia wirausaha belum menjadi sebuah lapangan pekerjaan yang diinginkan dan dinanti bagi para sarjana yang sedang putus asa mencari pekerjaan. Padahal kewirausahaan merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Menurut McClelland, suatu negara akan maju jika terdapat entrepreneur sedikitnya sebanyak 2% dari jumlah penduduk (Anonymous, 2009). Membangun jiwa wirausaha perlu dilakukan, khususnya bagi siswa-siswi yang mempunyai potensi untuk berwirausaha. Dan juga peran serta pengelolaan pendidikan sangat diharapkan terutama dalam memberikan motivasi sekaligus memberikan fasilitas yang dibutuhkan. Baik berupa materi kewirausahaan yang aplikatif maupun sarana prasarana yang diperlukan dalam melakukan praktek kewirausahaan (Kurniawan, 2007). Dari hasil penelitian yang berjudul dinamika psikologis mantan TKI yang berwirausaha yang dilakukan oleh Roriyah (2005) didapat bahwa mantan TKI yang suka berwirausaha memiliki kemampuan melihat peluang yang ada dan keberanian untuk menghadapi segala hambatan. Baik dari diri sendiri seperti rasa cemas, takut dan pesimis. Sehingga mereka mampu menjadi wirausaha yang sukses. Kecenderungan rendahnya kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan adalah suatu kesalahan yang dapat berubah menjadi kegagalan, sehingga besarnya rintangan dalam berwirausaha dengan resiko gagal akan berdampak pada keinginan seorang dalam berwirausaha. Tanpa adanya adversity quotient (AQ) yang tinggi maka dikhawatirkan seseorang akan mengalami frustasi dan kegamangan dalam menjalani proses banting tulangnya menjadi seorang wirausahawan kelak. Dari penjelasan tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (a) apakah ada hubungan antara AQ dengan minat entrepreneurship, (b) bagaimana gambaran tingkat AQ, dan (c) bagaimana gambaran tingkat minat entrepreneurship. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara AQ dan minat entrepreneurship. Minat Entrepreneurship Djaali (2000) mendefinisikan minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu aktifitas atau satu hal tertentu. Seiring dengan pendapat tersebut, Slameto (2003) memberikan pengertian minat sebagai pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lainnya. Sementara itu Kartono 33

(1979) menyatakan sebagai kecenderungan yang menetap pada suatu obyek situasi tertentu. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mahmud (1982) yang memberikan definisi minat sebagai kekuatan yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi dan ikut pada suatu obyek tertentu. Wiratmo (1996) mengartikan entrepreneurship sebagai sebuah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan variabel usaha dan waktu. Entrepreneurship juga dapat berarti kemampuan dan kemauan seseorang untuk beresiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu dan uang untuk memulai suatu usaha. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryana (2003) yang menyatakan bahwa entrepreneurship itu merupakan kemampuan kreatif dan inovatif untuk menciptakan nilai tambah bagi barang dan jasa. Dengan demikian minat entrepreneurship adalah rasa ketertarikan pada suatu hal yang memerlukan kemampuan kreatif dan inovatif untuk menciptakan nilai tambah bagi barang dan jasa atau suatu hasrat yang kuat dari seseorang terhadap aktifitas kewirausahaan. Adversity Quotient Menurut Stoltz (2005) Adversity Quotient adalah suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan mencapai tujuan. Adversity Quotient merupakan hasil riset penting dari tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi (ilmu kesehatan baru) dan neurofisiologi (ilmu otak) (Stoltz, 2005). Kecerdasan menghadapi rintangan meliputi dua komponen penting dari setiap konsep praktis yaitu teori ilmiah dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Konsep tersebut telah diujikan kepada ribuan orang dari perusahaan diseluruh dunia. Kecerdasan menghadapi rintangan dapat menentukan siapa yang akan berhasil melampaui harapan atas kinerja dan potensi yang ada. Stoltz (2005) membagi pengertian AQ ke dalam tiga bagian yaitu : pertama, AQ adalah suatu kerangka baru dalam memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, AQ suatu ukuran untuk mengetahui respon individu terhadap kesulitan. Ketiga, AQ merupakan serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon individu terhadap kesulitan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa AQ merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk merespon, menghadapi dan mengatasi serta mengubah tantangan atau hambatan yang dihadapi menjadi sebuah peluang keberhasilan mencapai tujuan melalui kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwa peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan. Adversity Quotient dan Minat Entrepreneurship Kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan mencapai tujuan (AQ) yang dimiliki seseorang akan dapat membantu mengarahkan perilakunya kepada entrepreneurship. Hal ini dapat dijelaskan melalui karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dengan AQ yang tinggi. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik, Mengakui kesalahan dan mau bertanggungjawab, memiliki persepsi bahwa kesulitan tersebut tidak berpengaruh apa-apa dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengatasi masalah dapat mengantarkan seseorang memiliki jiwa entrepreneurship. Namun demikian tidak selamanya karakteristik tersebut mendorong seseorang untuk memilih 34

bidang entrepreneur meski antara AQ dan karakteristik entrepreneurship memiliki kesamaan karena banyak faktor yang ikut mempengaruhi dan salah satunya adalah minat. Minat merupakan kekuatan motivasi yang mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga dengan adanya minat dalam diri seseorang kecenderungan untuk berperilaku terhadap obyek minat tersebut akan semakin kuat. Seseorang yang memiliki AQ yang tinggi diduga akan memiliki minat entreprenuership yang tinggi pula dan begitu sebaliknya. Subyek Penelitian METODE PENELITIAN Subyek yang digunakan sebagai populasi adalah siswa-siswi sekolah menengah atas atau yang sederajat (SMU/SMK/MA). Adapun teknik yang gunakan untuk pengambilan sampelnya adalah acidental sampling yaitu responden yang menjadi anggota penelitian adalah mereka yang secara kebetulan mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 100 orang. Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala, yaitu skala adversity quotient dan skala minat entrepreneurship. Skala AQ digunakan untuk mengukur adversity quotient yang dibuat berdasarkan teori Stoltz (2005) yang terdiri dari 4 (empat) aspek yaitu kendali (8 item), asal-usul dan pengakuan (12 item), jangkauan (8 item) serta daya tahan (8 item) dengan total item sebanyak 36 item, sedangkan skala minat entrepreneurship dibuat berdasarkan teori Skala yang dikemukakan oleh Suryana (2003) yang terdiri dari 6 aspek yaitu senang dan optimis terhadap dunia usaha (7 item), suka berorientasi pada tugas dan hasil (6 item), berani mengambil resiko (5 item), ketertarikan terhadap kepemimpinan (7 item), perhatian dan berorientasi masa depan (5 item) serta berfikir kreatif dan inovatif (6 item) dengan total item sebanyak 36 item. Skala-skala tersebut dirancang dengan menggunakan metode Likert dengan empat kategori pilihan. Kategori pilihan jawaban yang tersedia adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Dalam hal ini tidak disediakan jawaban ragu-ragu atau tengah untuk menghindari jawaban yang meragukan. Uji korelasi untuk mendapatkan validitas konstrak untuk variabel AQ diperoleh r = 0.722-0.768 dan variabel minat entrepreneurship diperoleh r = 0.796-0.816. Sedangkan analisis uji konsistensi internal (reliabilitas) variabel AQ diperoleh r = 0.743 dan variabel minat entrepreneurship r = 0.809. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Metode analisa ini digunakan dengan beberapa pertimbangan yaitu: mencari korelasi antara dua variabel (bebas dan terikat) yang berjenis interval atau rasio, 35

menginformasikan taraf dan arah hubungan antar variabel dan menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak HASIL PENELITIAN Dari hasil analisa data dapat diketahui gambaran tingkat adversity quotient dan minat entrepreneurship responden penelitian sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Nilai t-score adversity quotient Kategori Interval Frekuensi % Tinggi T 50 18 18 % Rendah T 50 82 82 % Total 100 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat adversity quotient responden secara umum berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 82 orang (82%), sedangkan yang memiliki kategori tinggi sebanyak 18 orang (18%). Tabel 2. Nilai t-score minat entrepeneurship Kategori Interval Frekuensi % Tinggi T 50 24 24 % Rendah T 50 76 76 % Total 100 100 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat minat entrepreneurship responden secara umum berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 76 orang (76%), sedangkan yang memiliki kategori tinggi sebanyak 24 orang (24%). Hasil analisa data menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,225 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,024. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan minat entrepreneurship pada nilai signifikansi 5%. Ini berarti semakin tinggi tingkat adversity quotient semakin tinggi pula tingkat minat entrepreneurship begitu pula sebaliknya. Adapun sumbangan variabel adversity quotient terhadap minat entrepreneurship sebesar 5% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r 2 = 0,051). DISKUSI Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara Adversity quotient dengan minat entrepreneruship pada siswa-siswi SMA (R = 0,225; p= 0, 024 < 0, 050) ini berarti jika seorang siswa memiiki Adversity quotient yang tinggi, maka minat untuk berwirausaha juga akan menjadi tinggi dan sebaliknya jika aversity quotient yang dimiliki siswa-siswi rendah maka minat untuk berwirausaha juga akan menjadi rendah pula. Adversity quotient merupakan kemampuan untuk menghadapi hambatan atau rintangan dan mengubah hambatan atau 36

rintangan tersebut menjadi sebuah peluang. Apabila seseorang mampu menghadapi hambatan yang ada dalam hidupnya dan mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah peluang berarti orang tersebut mempunyai adversity quotient yang tinggi. Dimana dinamika adversity quotient yang tinggi diantaranya orang tersebut dia dapat mengontrol suatu permasalahan sehingga cenderung tidak mudah menyerah dan menganggap suatu kesulitan atau hambatan sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi (Stoltz, 2005). Adversity quotient yang dimiliki memungkinkan seseorang itu untuk memiliki minat berwirausaha. Hal ini dikarenakan minat berwirausaha adalah rasa ketertarikan yang ada dalam diri individu untuk meraih keseuksesan, yang melebihi keberhasilan yang diperoleh orang lain. Dengan adversity quotient yang tinggi seseorang dapat menjadi lebih kreatif, mandiri, optimis, berani mengambil resiko, bertanggung jawab dan dapat bekerja keras. Dimana hal-hal tersebut merupakan karakteristik seorang wirausaha yang sukses. Banyaknya permasalahan, tanggung jawab, dan potensi kelemahan dalam berwirausaha dapat melemahkan minat seseorang untuk berwirausaha. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008) hal-hal yg termasuk hambatan dalam berwirausaha atau disebut dengan potensi kelemahan dalam berwirausaha seperti ketidakpastian pendapatan, resiko kehilangan seluruh investasi, kerja lama dan kerja keras, kualitas hidup yang rendah sampai bisnis mapan, tingkat stress yang tinggi, tanggung jawab penuh dan keputusasaan merupakan hal-hal yang akan menjadi pertimbangan dalam keputusan mereka untuk berwirausaha yang mungkin saja dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak percaya diri, pesimis, dan tidak berani mengambil resiko sehingga melemahkan intensi orang tersebut untuk berwirausaha. Hal ini dapat terlihat dari sumbangan efektif variabel adversity quotient terhadap minat entrepreneurship yang hanya 5% (r 2 = 0,051). Hal ini menunjukkan bahwa minat berwirausaha sangat banyak dipengaruhi oleh faktor lain baik secara internal (dalam diri individu) maupun secara eksternal (lingkungan sosial dan kondisi ekonomi). Siswasiswi SMA di wilayah Lombok Barat Nusa Tenggara Barat mempunyai nilai atau norma dan budaya yang kurang mendukung munculnya minat berwirausaha, khususnya persepsi bahwa masa remaja belum waktunya untuk memikirkan atau memulai sebuah usaha yang mandiri, ketergantungan terhadap orang tua yang relatif tinggi dan keinginan untuk langsung memperoleh penghidupan yang layak dengan modal kerja keras yang relatif rendah. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara Adversity quotient dengan minat entrepreneruship pada siswa-siswi SMA. Ini berarti jika seorang siswa memiiki Adversity quotient yang tinggi, maka minat untuk berwirausaha juga akan menjadi tinggi dan sebaliknya jika Adversity quotient yang dimiliki siswa-siswi rendah maka minat untuk berwirausaha juga akan menjadi rendah pula. Adapun sumbangan efektif variabel adversity quotient terhadap minat entrepreneurship sebesar 5% (r 2 = 0,051). Hal ini berarti masih ada 95% variabel minat entrepreneurship dipengaruhi oleh faktor lain. Disamping itu secara umum 37

responden yang memiliki adversity quotient rendah 82 orang (82%) dan yang memiliki minat entrepreneurship rendah sebanyak 76 orang (76%). Pihak sekolah hendaknya memberikan perhatian terhadap terbentukya minat entrepreneurship dalam diri para siswa melalui kegiatan yang terstruktur (intrakurikuler) maupun ekstrakurikuler serta mengupayakan fasilitas yang mendorong terlaksananya kegiatan-kegiatan wirausaha di sekolah, dan bagi siswa hendaknya mulai memikirkan masa depannya dengan mengembangkan kemandirian secara ekonomi mulai awal (sejak di bangku sekolah), mengurangi ketergantungan terhadap orang tua dan mengikuti berbagai aktifitas yang mampu mengembangkan kemampuan berwirausaha (seminar, pelatihan atau diskusi-diskusi). Untuk peneliti berikutnya hendaknya mengembangkan penelitian dengan mengambil responden dengan teknik sampling yang berbeda, populasi yang berbeda pula (misalnya siswa-siswi) dan menyempurnkan instrumen yang akan digunakan. REFERENSI Anonymous. (2009). Mengharmonisasikan tenaga kerja dan pendidikan di Indonesia (Online). Diakses dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=comcont - comcontent&task=view&id=4241&itemid=29, diakses tanggal 20 Januari 2009. Anonymous. (2009). Pendidikan entrepreneurship (Online) From http://pasca.ugm.ac.id/id/ news. php?news_id=1, diakses tanggal 10 Juni 2009. Anonymous. (2009). Program siswa-siswi wirausaha bagi kopertis dan perguruan tinggi swasta (Online) From http://kelembagaan.dikti.go.id/ index.php/pedoman/89-program-siswa-siswi-wirausaha-bagi-kopertis-danperguruan-tinggi-swasta, diakses tanggal 4 September 2009. Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Crow & Crow. (1984). Psikologi pendidikan. Surabaya: PT Bina Ilmu. Djaali. (2000). Psikologi pendidikan. Jakarta: PPs UNJ. Drajat, AH. (2005). Motivasi perilaku kewirausahaan siswa-siswi. Skripsi Fakultas Psikologi UMM. Malang. Kartono, K. (1979). Teori kepribadian. Bandung: Percetakan Offset Alumni. Roriyah, S. (2005). Dinamika psikologi mantan tenaga kerja Indonesia yang sukses berwirausaha. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. 38

Stoltz, Paul. (2005). Adversity Quotient: mengubah hambatan menjadi peluang. Jakarta: PT. Gramedia. Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman praktis, kiat dan proses menuju sukses. Jakarta: Salemba empat. Winarsunu, Tulus. (2006). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Edisi revisi. Malang: UMM Press. Wiratmo, M. (1996). Pengantar kewirausahaan. Yogyakarta. BPFE. 39