BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, hal ini desebabkan beberapa bank yang beroperasi di Timor-Leste baik

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dan aktivitas bisnis Timor Leste yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap Negara, Bank berfungsi sebagai penghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi antara lain bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan ekonomi Daerah Provinsi Sumatera Utara, juga bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam jangka panjang. Salah satu cara meningkatkan PDRB adalah dengan melakukan restrukturisasi sektor keuangan khususnya dibidang perbankan. Restrukturisasi sektor keuangan dalam Memorandum of Economic and Financial Policies tahun 1997 terdiri dalam empat program. Pertama, mengisolasi bank-bank yang tidak sanggup memenuhi kewajibannya, tetapi untuk bank-bank yang masih dapat aktif dilaksanakan program rehabilitasi. Kedua, menentukan prosedur yang tepat dan pelaksanaan program rehabilitasi dengan tepat waktu. Ketiga, program pemecahan masalah khusus dari bank-bank pemerintah dan pembangunan daerah. Keempat, program perbaikan aspek kelembagaan, pengaturan kembali sistem operasi bank dan efisiensi sistem keuangan.

Tiga dari empat program di atas sudah berhasil dilaksanakan oleh pemerintah, akan tetapi program keempat, yaitu program perbaikan aspek kelembagaan, pengaturan kembali sistem operasi bank dan efisiensi sistem keuangan, akan secara kontinu berjalan sesuai dengan aktifitas bank. Salah satu aktifitas bank yang paling penting adalah perantara keuangan, yaitu agen pembangunan yang mengkhususkan aktifitas transaksi beli aktiva dan jual hutang pada waktu yang sama dari kontrak keuangan dan sekuritas. Lembaga keuangan bank sebagai agen pembangunan menghadapai masalah dalam perantara keuangan. Agen pembangunan yang mengkhususkan aktifitas perantara keuangan bank menghadapi tiga kendala utama, yaitu biaya transaksi, skala disekonomis dan diversifikasi disekonomis. Secara umum perantara keuangan bank menghadapi kendala biaya transaksi yang besar dalam monitoring dan audit. Perantara keuangan bank juga menghadapi kendala skala disekonomis, yaitu peningkatan biaya transaksi per unit akibat peningkatan jumlah transaksi. Perantara keuangan bank juga menghadapi kendala diversifikasi disekonomis, yaitu peningkatan biaya transaksi per unit akibat peningkatan diversifikasi produk atau jasa yang dihasilkan. Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut optimalisasi peranan perbankan. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan perlu dicermati kembali sejalan dengan perkembangan ekonomi sektor riil. Perbankan merupakan salah satu sendi utama dalam perekonomian, namun masih banyak hambatan yang terjadi sehingga perbankan tidak mampu melaksanakan fungsinya

terutama sebagai lembaga penyalur kredit bagi dunia usaha yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Lembaga keuangan bank di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari tiga kendala biaya transaksi, skala disekonomis dan diversivikasi disekonomis. Biaya transaksi tinggi dari lembaga keuangan bank ditunjukkan oleh selisih tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito masih tinggi, skala disekonomis ditunjukkan oleh semakin tingginya biaya transaksi bank, dan diversifikasi disekonomis ditunjukkan oleh peningkatan produk atau jasa bank diikuti oleh semakin tingginya biaya transaksi bank. Adapun perkembangan suku bunga kredit dan deposito perbankan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010 Suku Bunga Suku Bunga Biaya Tahun Kredit Deposito Transaksi % % % 2000 16,02 10,90 5,12 2001 15,89 14,26 1,63 2002 16,51 11,03 5,48 2003 14,39 5,59 8,80

2004 12,74 6,03 6,71 2005 14,71 10,63 4,08 2006 14,26 8,56 5,70 2007 11,83 6,91 4,92 2008 13,43 9,93 3,50 2009 12,60 6,65 5,95 2010 11,62 6,29 5,33 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan, 2000-2010. Pada tabel di atas, pada tahun 2002 suku bunga kredit perbankan di Sumatera Utara paling tinggi sebesar 16,51% dibandingkan tahun-tahun lainnya, sedangkan suku bunga kredit perbankan terendah sebesar 11,62% terjadi pada tahun 2010. Untuk suku bunga deposito, pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2001 dimana suku bunga deposito perbankan di Sumatera Utara mencapai 14,26%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2003 yang hanya sebesar 5,59%. Kemudian biaya transaksi yang merupakan selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito, mencapai kisaran tertinggi pada tahun 2003 dengan biaya transaksi sebesar 8,80%, sedangkan kisaran terendah pada tahun 2001 dengan biaya transaksi sebesar 1,63%. Adapun trend perkembangan dari suku bunga kredit dan deposito serta biaya transaksi dari data di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 1.1. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasannya suku bunga perbankan relatif mengalami penurunan pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2000, dimana fluktuasi suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit. Untuk suku bunga kredit penurunannya menunjukkan trend yang cukup stabil, walaupun pada tahun 2002, 2005 dan 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun hal ini tidak memberikan dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit secara umum. Sedangkan untuk suku bunga deposito dengan tingkat fluktuasi yang cukup tinggi ditandai peningkatan yang tinggi pada tahun 2001, 2005

dan 2008 dibandingkan tahun sebelumnya yang juga disertai penurunan yang cukup signifikan pada tahun sesudahnya. Walaupun suku bunga mengalami trend penurunan, tidak serta merta menyebabkan penurunan dalam biaya transaksi. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa biaya transaksi secara umum mengalami kecenderungan peningkatan. Hal ini disebabkan selisih antara suku bunga kredit dengan deposito masih cukup besar, walaupun kedua suku bunga tersebut menunjukkan trend penurunan. Sebagaimana diuraikan di atas, kendala fungsi intermediasi kemungkinan muncul karena 3 (tiga) hal, yaitu: kendala biaya transaksi, kendala skala disekonomis dan kendala diversifikasi disekonomis. Biaya transaksi terdiri dari biaya monitoring dan biaya audit dana perbankan. Biaya monitoring dan biaya audit ditunjukkan oleh peningkatan biaya untuk menekan kredit macet atau nonperforming loans (NPLs) sesuai dengan regulasi Bank Indonesia, yaitu maksimal 5 persen. Regulasi ini memaksa lembaga keuangan bank untuk melakukan monitoring dan audit secara intensif sehingga biaya transaksi meningkat sejalan dengan peningkatan LDR. Akibatnya tingkat bunga pinjaman naik sejalan dengan peningkatan biaya transaksi. Kendala skala disekonomis juga menghasilkan peningkatan biaya transaksi sehingga tingkat bunga pinjaman bank naik. Demikian juga halnya diversifikasi disekonomis ikut mendorong peningkatan tingkat bunga pinjaman bank. Lembaga keuangan bank akan lebih efisien jika secara simultan melayani pembukaan rekening deposito dan kredit atau pinjaman atau economies of scope. Jika lembaga keuangan bank meragukan debitur atau peminjam, sebaliknya deposan

meragukan nilai proyek lembaga keuangan bank maka masalah informasi asimetris muncul. Hal ini akan mengakibatkan adverse selection dan moral hazard. Masalah adverse selection muncul sebelum transaksi kredit atau deposito terjadi, yaitu peningkatan permintaan kredit dari debitur dan peningkatan permintaan deposito dari lembaga keuangan akibat proyek investasi berisiko tinggi. Proyek berisiko tinggi mempunyai peluang gagal yang tinggi sehingga pengembalian kredit dari debitur atau pengembalian deposito dari lembaga keuangan bank gagal, atau masalah moral hazard muncul. Kedua masalah informasi asimetris ini mengakibatkan NPLs semakin tinggi. Adapun perkembangan total kredit, NPL s dan giro wajib minimun perbankan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2. Perkembangan Total Kredit, NPL s dan Giro Wajib Minimum Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010

Tahun Total Kredit NPL's GWM Triliun Rp. % % 2000 8,55 7,24 19,43 2001 12,43 4,16 11,66 2002 17,97 3,83 7,57 2003 19,78 4,73 6,77 2004 26,25 5,30 4,54 2005 33,65 4,48 7,42 2006 39,82 8,11 6,03 2007 54,20 8,02 4,02 2008 66,72 5,55 3,22 2009 73,58 4,83 3,58 2010 88,55 4,95 3,13 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan, 2000-2010. Pada tabel di atas, pada tahun 2010 total kredit yang berhasil disalurkan perbankan di Sumatera Utara sebesar Rp. 88,55 triliun dimana merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya, sedangkan total kredit perbankan terendah terjadi pada tahun 2000 yang hanya mampu menyalurkan kredit sebesar Rp. 8,55 triliun. Untuk NPL s, pada tahun 2006 merupakan tingkat tertinggi NPL s perbankan di Sumatera Utara yang mencapai 8,02%, sedangkan NPL s terendah terjadi pada tahun 2002 yang hanya sebesar 3,83%. Kemudian untuk giro wajib

minimum (GWM), mencapai kisaran tertinggi pada tahun 2000 sebesar 19,43%, sedangkan kisaran terendah pada tahun 2010 dengan tingkat GWM sebesar 3,13%. Adapun trend perkembangan dari total kredit, NPL s dan giro wajib minimum dari data di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini : Gambar 1.2. Perkembangan Total kredit, NPL s dan Giro Wajib Minimum Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasannya total kredit yang berhasil disalurkan perbankan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, dimana total kredit perbankan tidak pernah mengalami penurunan selama periode 2000-2010. Untuk tingkat Non Performing Loans (NPL s) relatif cukup stabil dengan trend yang sedikit menunjukkan penurunan, dimana pada tahun 2000, 2007 dan 2008 merupakan tahun dengan tingkat NPL s tertinggi yang disebabkan adanya

dampak dari krisis ekonomi dan moneter sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah kredit macet di perbankan. Sedangkan giro wajib minimum (GWM) perbankan menunjukkan trend penurunan walaupun pada tahun 2005 sedikit mengalami peningkatan. Tingginya GWM perbankan pada tahun 2000 dan 2005 merupakan sebuah antisipasi Bank Indonesia melalui mekanisme kebijakan moneter untuk dapat meredam tingkat inflasi yang disebabkan adanya berbagai krisis ekonomi dan moneter. Menurut Bank Indonesia Medan (2006), lembaga keuangan bank Provinsi Sumatera Utara menghasilkan rata-rata loan to deposit ratio (LDR) sebesar 68.27 persen. Jika giro wajib minimum (GWM) sebesar 2 persen, hal ini berarti lembaga keuangan bank hanya mampu menyalurkan kredit sebesar 68.27 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK), sedangkan sisanya sekitar 29.73 persen merupakan dana investasi pada aktiva bebas risiko. Besaran LDR ini mengindikasikan bahwa lembaga keuangan bank Provinsi Sumatera Utara masih menghadapi kendala dalam fungsi intermediasi atau transformasi aktiva. Menurut Thakor dan Boot (2008), bentuk lain dari informasi asimetris adalah skala ekonomis. Pengumpulan informasi sebelum pembukaan rekening deposito dan kredit akan menekan biaya transaksi dan NPLs. Gorton and Pennacchi (1999) menekankan kualitas transfromasi aktiva dari bank, pembiayaan investasi berisiko dengan deposito kurang berisiko akan menekan masalah adverse selection. Penurunan masalah adverse selection ini akan menghasilkan biaya transaksi dan NPLs yang lebih rendah. Oleh sebab itu lembaga keuangan bank dalam aktifitas

monitoring terdiri dari 3 (tiga) kegiatan (Hellwig, 1999), yaitu: menyaring proyek untuk mencegah adverse selection, mencegah perilaku opportunistik selama realisasi proyek, dan menghukum debitur yang gagal memenuhi kewajiban. Ketiga aktifitas monitoring ini akan dapat menekan biaya transaksi dan NPLs. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam tesis yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Secara umum perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu : 1. Bagaimana pengaruh suku bunga deposito, BI Rate, Giro Wajib Minimum, dan Non Performing Loan s terhadap biaya transaksi kredit perbankan umum di Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh biaya transaksi kredit, Non Performing Loan s, suku bunga deposito dan suku bunga kredit periode sebelumnya terhadap suku bunga kredit perbankan umum di Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh suku bunga deposito, suku bunga kredit, BI rate dan penyaluran kredit periode sebelumnya terhadap penyaluran kredit perbankan umum di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito, BI Rate, Giro Wajib Minimum, dan Non Performing Loan s terhadap biaya transaksi kredit perbankan umum di Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis pengaruh biaya transaksi kredit, Non Performing Loan s, suku bunga deposito dan suku bunga kredit periode sebelumnya terhadap suku bunga kredit perbankan umum di Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito, suku bunga kredit, BI rate dan penyaluran kredit periode sebelumnya terhadap penyaluran kredit perbankan umum di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan terhadap kajian penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti : Sebagai media untuk memperdalam pengetahuan khususnya di bidang intermediasi kredit perbankan 2. Bagi Perbankan di Sumatera Utara : Sebagai informasi dalam membuat keputusan dalam meningkatkan fungsi intermediasi perbankan di Propinsi Sumatera Utara.

3. Bagi Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara : Sebagai masukan di dalam meningkatkan dan pengembangan aktivitas ekonomi dan keuangan di wilayahnya. 4. Bagi Peneliti lainnya : Sebagai bahan masukan/referensi dalam melakukan penelitian khususnya mengenai intermediasi perbankan di Sumatera Utara.