II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

TINJAUAN PUSTAKA. areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

Kualitas dan Nilai Kecernaan In Vitro Silase Batang Pisang (Musa paradisiaca) dengan Penambahan Beberapa Akselerator

I. TINJAUAN PUSTAKA Potensi Nanas dan Limbahnya sebagai Pakan. Nanas merupakan anggota dari family Bromeliaceae yang terdiri dari 45

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. panen atau diambil hasil utamanya. Limbah pertanian umumnya mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L. adalah salah

II.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Nenas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

TINJAUAN PUSTAKA Mahkota Nanas sebagai Bahan Pakan Ruminansia spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaitu Ananas comosus (Merr.

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): , November 2015

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguat, dan pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid, 2005). Selama ini limbah sayuran pasar menjadi sumber masalah bagi upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori lingkungan, limbah sayuran pasar dengan sifatnya yang mudah membusuk, mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak sedap. Limbah pasar sayur berpotensi sebagai pengawet maupun sebagai starter fermentasi karena memiliki kandungan asam tinggi dan mikrobia yang menguntungkan. Asam pada limbah pasar sayur diduga berupa asam laktat sebagai hasil metabolisme bakteri asam laktat. Pemanfaatan ekstrak limbah pasar sayur hasil fermentasi yaitu berupa asam organik, dapat digunakan sebagai pengawetan secara biologi maupun sebagai starter untuk fermentasi pakan. Limbah sayuran juga memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan, antara lain memunyai kadar air tinggi yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun. Oleh karena itu, limbah sayur yang tidak bisa diberikan langsung kepada ternak perlu diolah terlebih dahulu untuk mempertahankan kualitasnya, salah satunya dengan cara fermentasi. Pemanfaatan

8 limbah sayuran menjadi bahan baku pakan ruminansia melalui teknologi fermentasi ransum komplit. Salah satu solusi untuk menanggulangi efek negatif dari limbah sayuran dan sekaligus solusi terhadap kekurangan pakan daalah teknologi pengolahan pakan melalui silase. B. Deskripsi Silase Silase merupakan bahan pakan dari hijauan pakan ternak maupun limbah pertanian yang diawetkan melalui proses fermentasi anaerob dengan kandungan air 60 70%. Ensilase adalah proses fermentasi anaerobik dari bahan hijauan pakan dengan hasil berupa silase (Ohshima dkk.,1997). Proses terbentuknya silase (ensilase) terjadi karena peristiwa konversi karbohidrat mudah larut oleh bakteri, menjadi asam laktat, sehingga ph lambat laun menjadi menurun menjadi sekitar 4,2. Pada kondisi tersebut pertumbuhan mikroba patogen menjadi terhambat. Pada proses ensilase, bakteri asam laktat dapat menghasilkan asam laktat, hidrogen peroksida dan bakteriosin yang akan bekerja secara antagonistic terhadap mikroba pathogen dan mikroba pembusuk (Van Dervoorde dkk., 1994). Menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999), bahwa karakteristik silase yang baik adalah : 1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman. 2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis, bau amonia dan bau H 2 S. 3. tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas., tidak menggumpal, tidak lembek dan tidak berlendir.

9 4. keasaman, kualitas silase yang baik memunyai ph 4,5 atau lebih rendah dan bebas jamur. Kualitas silase juga dapat dilihat dari ph yang dimiliki, menurut Sandi dkk. (2010) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan menjadi empat kategori, yaitu sangat baik (ph 3,2-4,2), baik (ph 4,2-4,5), sedang (ph 4,5-4,8) dan buruk (ph>4,8). Menurut Elferink dkk. (2000), karbohidrat terlarut air dan BAL yang rendah serta kadar serat yang tinggi menghasilkan silase berkualitas rendah. Agar mendapatkan silase yang baik, kadar air hijauan perlu diturunkan 60% 70%, meningkatkan kandungan karbohidrat terlarut air sehingga BAL dapat tumbuh dengan baik, menghindari pertumbuhan jamur dan mikroba yang merugikan, menurunkan kehilangan bahan kering (BK), dan protein kasar (PK) selama ensilasi (Nishino dkk., 2003). C. Kandungan nutrisi limbah sayuran pasar Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa limbah sayur pasar tradisional memiliki kandungan protein kasar 12,64 23,50% dan kandungan serat kasar 20,76 29,18% (Muktiani dkk., 2007). Nilai kandungan PK dan SK dari limbah sayuran ini setara dengan beberapa hijauan pakan seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan PK 13,69% dan SK 35,89% (Purbowati dkk., 2003), atau rumput setaria (Setaria sphacelata) dengan PK 14,30% dan SK 25,50%. (Hartadi dkk., 1993).

10 Limbah pasar memiliki kandungan nutrisi yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Kandungan nutrien limbah kubis yaitu 15,74% bahan kering (BK), 12,49% abu, 23,87% protein kasar (PK), 22,62% serat kasar (SK), 1,75% lemak kasar (LK) dan 39,27% BETN (Muktiani dkk., 2006 b ). Komposisi limbah organik pasar biasanya berupa sisa sayuran, sisa buahbuahan dan sisa makanan. Muktiani dkk. (2005) menyatakan bahwa limbah sayuran pasar memiliki kandungan PK 23,87 %,SK 22,62 %, LK 1,75 %, Abu 12,50 %. Kandungan protein kasar (PK) limbah pasar berupa sayuran tersebut lebih tinggi dan SK yang lebih rendah dibanding rumput lapangan yaitu 8,67 % dan 24,63 %. Demikian juga, jika dibandingkan dengan hijauan pakan lain, limbah pasar berupa sayur memiliki kandungan nutrisi relatif baik (Tabel 1). Oleh karena itu secara kualitas limbah pasar memiliki kandungan nutrisi yang baik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak Tabel 1. Kandungan Nutrisi Limbah Sayuran dan Hijauan Pakan Hijauan Limbah Sayuran Pasar* Rumput Lapangan** Rumput Gajah** Rumput Benggala** Sumber : Nutrien PK LK SK ABU BETN %(BK) 23,87 22,62 1,79 12,45 39,27 8,20 31,70 1,44 14,46 44,20 8,69 32,30 2,71 12,60 43,70 10,90 32,90 2,43 12,47 41,30 * = Muktiani dkk.(2005) ** = Sutardi (1980)

11 Kadar air yang tinggi menyebabkan proporsi BK rendah (18%) dan kapasitas buffer (Kb) tinggi. Menurut Miron dkk. (2006), ensilasi hijauan dengan BK rendah tidak akan menghasilkan fermentasi yang baik dan menyebabkan kehilangan nutrient tinggi. Selain itu kapasitas buffer tinggi akan menyebabkan tingginya proteolisis protein (Hassanat dkk., 2007). Bahan kering yang rendah dan kapasitas buffer yang tinggi akan menyebabkan koefisien fermentasi yang menggambarkan kualitas silase menjadi rendah (Weissbach dan Honig, 1996). Kadar BK kurang dari 20% menyebabkan resiko pembusukan dan ehilangan BK selama ensilase menjadi tinggi. Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan silase limbah sayuran yang digunakan Hasil Analisis (%) Nama Bahan Kadar Air Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Abu BETN Kadar Air DM Segar DM Segar DM Segar DM Segar DM Segar DM Klobot 55,83 44,16 1,89 4,31 0,96 2,19 12,97 29,49 2,9 6,59 25,34 57,39 Buncis 90,96 9,03 2,26 25,13 0,22 2,53 2,34 26,08 0,59 6,63 3,56 39,61 Kol 83,61 16,36 3,03 18,68 0,48 2,95 3,75 22,92 1,76 10,79 7,3 44,64 Sawi 93,82 6,17 1,42 23 0,15 2,55 1,03 16,74 1,3 21.10 Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015) 2,25 36,59 Proses pembuatan silase (ensilage) akan berjalan optimal apabila pada saat proses ensilase diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Komar, 1984).

12 D. Jenis dan Kandungan Nutrisi Akselerator Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai akselerator antara lain dedak padi, tepung gaplek dan molasses. Molases adalah hasil ikutan dari limbah perkebunan tebu yang berwarna hitam kecoklatan kandungan gizi yang cukup baik didalamnya sangat baik digunakan sebagai bahan tambahan pakan ternak, selain itu molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Molases memiliki kelemahan yakni kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak (Yudith, 2010). Tabel 3. Kandungan nutrisi akselerator yang digunakan Hasil Analisis (%) Nama Bahan Kadar Air Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Abu BETN Kadar Air DM Segar DM Segar DM Segar DM Segar DM Segar DM Dedak Padi 11,53 88,47 10,2 11,5 14,72 16,6 8,21 9,3 8,77 9,9 46,61 52,69 Tepung Gaplek 6,2 93,8 1,29 1,37 4,31 4,59 3,37 3,6 0,59 0,6 84,25 89,82 Molasses 41,44 58,56 2,44 4,17 5,3 9,06 0,28 0,5 5,64 9,6 44,88 76,64 Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015) Penambahan akselerator tepung gaplek dan molases menghasilkan silase yang baik dari segi bau yaitu asam seperti khas tape, hal ini dikarenakan tepung gaplek mengandung pati. Safarina (2009) menyatakan selama proses ensilase pati yang terkandung di dalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses sakarisasi sebelum proses fermentasi, sedangkan molases mengandung karbohidrat (sukrosa) yang merupakan golongan disakarida sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia selama proses fermentasi berlangsung untuk

13 memproduksi asam laktat dan menyebabkan penurunan ph yang menghasilkan silase berbau asam. Penambahan dedak padi sebagai sumber karbohidrat diharapkan dapat mudah larut dan dapat dengan cepat dimanfaatkan oleh BAL sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya (Hartadi dkk., 1993). Silase batang pisang yang ditambah dedak padi menghasilkan bau silase yang tidak berbau. Hal ini dikarenakan karbohidrat yang terdapat pada dedak padi (pati dan selulosa), serta SK 11,6% dan BETN 48,3% yang menyebabkan penguraian karbohidrat oleh bakteri asam laktat (BAL) untuk memproduksi asam laktat tercapainya lambat sehingga ph yang dihasilkan diatas empat (McDonald, 1981). E. Pengaruh penambahan karbohidrat terhadap nutrisi silase Fungsi bahan tambahan yang mengandung karbohidrat fermentable adalah sebagai bahan bagi terbentuknya asam laktat, sehingga dapat mempercepat terbentuknya suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Oksigen yang tersisa dalam awal proses ensilase dapat memengaruhi proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap berlangsung selama masih tersedia oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dan kestabilan silase. Produksi asam laktat oleh BAL menurunkan ph (menurunkan keasaman) silase dan menjadi kunci stablitas dan pengawetan silase (Surono dkk. 2006) Penambahan sumber karbohidrat dilakukan untuk menjaga kestabilan kandungan nutrisi silase dengan menjadi substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat yang dominan dalam fermentasi silase. Menurut Fendiarto dkk. (1984) dalam

14 Fathul dkk (1997) menyatakan bahwa protein bentukan baru pada pengawetan hijauan pakan ternak secara fermentasi tersusun dari penggabungan antara N bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa asam lemak volatile (campuran asam asetat, propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion O, N dan H. Terbebasnya O, N dan H tersebut disebabkan oleh peningkatan suhu selama proses fermentasi. Masuda dkk., (2000) menyatakan bahwa penambahan bahan yang kaya akan karbohidrat fermentable dapat mempercepat penurunan ph, karena karbohidrat fermentable merupakan energi bagi pertumbuhan bakteri pembentuk asam laktat dan asam laktat yang dihasilkan bereaksi dengan NH3. Selain itu bakteri juga dapat memfiksasi NH3 sebagai sumber N untuk perkembangbiakannya, sehingga mengurangi jumlah amonia (NH3) yang terlepas ke atmosfer. Unsur N yang terdapat pada amonia (NH3) akan digunakan oleh mikroba untuk melakukan sintetis protein sehingga penggunaan NH3 yang optimal dapat meningkatkan kandungan nutrien (protein kasar). Prihatini (2007) menyatakan bahwa degradasi bahan organik dengan teknologi fermentasi dalam pembentukan NH3 akan banyak digunakan dalam sintesis protein mikroba rumen. Hubungan produksi NH3 dengan sintesis protein mikroba adalah berbanding terbalik dimana penurunan konsentrasi NH3 diiringi dengan meningkatnya aktivitas sintesis protein mikroba. Keberadaan serat kasar dalam tanaman diakibatkan oleh adanya kandungan lignin yang melingkupi selulosa dan hemiselulosa pada dinding sel tanaman. Pada fermentasi pakan hijauan harus mempertimbangkan perubahan kandungan serat kasar dalam pakan agar kebutuhan ternak tetap tercukupi. Selulosa dan

15 hemiselulosa merupakan suatu karbohidrat, pada waktu hijauan pakan ternak difermentasi, bakteri berkembang biak dengan cepat dan memfermentasi karbohidrat menjadi asam organik terutama asam laktat (Darmono, 1993). Fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan bahan aditif, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan lignin dari selulosa dan hemiselulosa yang ada dalam hijauan juga semakin cepat dan dapat memengaruhi kadar serat kasar pada akhir proses ensilase. Peningkatan aktivitas bakteri akan terjadi selama fermentasi. Aktivitas bakteri pada proses fermentasi dengan sendirinya akan meningkatkan kandungan lemak karna hasil fermentasi umunya memiliki kandungan asam lemak yang cukup tinggi (Suparmo,1989). Adanya pemanfaatan bahan organik oleh bakteri untuk membentuk selnya selama proses fermentasi dapat meningkatan kadar protein pada pembuatan silase (Jenie dkk., 1995) Penurunan kadar BETN dan serat kasar pada proses fermentasi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Tilman dkk. (1998) penurunan kadar serat kasar dapat diakibatkan komponen serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa dan lignoselulosa yang mengalami degradasi enzimatik oleh bakteri menjadi gula-gula sederhana. Kondisi ini pula yang menyebabkan adanya peningkatan kadar BETN pada silase (McDonald, 1981).