TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

dokumen-dokumen yang mirip
SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

NOVEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAPORAN BULANAN JANUARI 2014

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

LAPORAN BULANAN APRIL 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN MEI 2015

LAPORAN BULANAN MARET 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

LAPORAN BULANAN JANUARI 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN FEBRUARI 2015

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

TENTANG PENGUJIAN, PENILAIAN, PELEPASAN DAN PENARIKAN VARIETAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

LAPORAN BULANAN MEI 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

LAPORAN BULANAN JULI 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN AGUSTUS 2015

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

PAKET KEBIJAKAN KEDAULATAN PANGAN. Tim Nawa Cita Pangan

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Kemungkinan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Produk Rekayasa Genetik untuk Lahan Suboptimal

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

JUNI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERTANIAN.

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN BULANAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN

LAPORAN BULANAN JUNI 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN JULI 2016

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

Transkripsi:

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN Produk rekayasa genetik pada saat ini sudah tersebar luas di berbagai negara, khususnya negara-negara maju dan di Indonesia pun sudah ada beberapa produk yang masuk seperti kapas, kedelai dan jagung. Untuk dapat dimanfaatkan dengan aman diperlukan suatu kehati-hatian dari berbagai pihak. Untuk tanaman pangan PRG sudah lama terbentuk Tim Teknis Keamanan Pangan dengan Ketuanya Kepala Badan Pengawasan Obat dan Pangan (BPOM). Mengingat PRG juga sudah mulai digunakan untuk ternak maka pada November 2011 sudah dibentuk Tim Teknis Keamanan Pakan di mana Kepala bertindak sebagai Ketuanya. Sebelum Tim Teknis Keamanan Pakan terbentuk, evaluasi pakan PRG dilakukan oleh Tim Teknis Keamanan Pangan. Anggota Tim Teknis Keamanan Pakan ini berasal dari berbagai institusi yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, BB Biogen (Badan Litbang Pertanian); Fakultas Peternakan UGM; dan Pusat Bioteknologi LIPI. Mengingat sebagian besar masyarakat belum mengetahui mengenai tanaman rekayasa genetik maka diperlukan suatu penjelasan untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman di kemudian hari. Latar Belakang Tanaman produk rekayasa genetik (PRG) khususnya yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, herbisida, atau peningkatan kualitas produk dihasilkan melalui teknologi rekayasa genetik. Tanaman PRG sudah banyak dibudidayakan dan dipasarkan di berbagai negara. Tanaman PRG selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan juga untuk pakan ternak yang dikenal sebagai pakan PRG. Pengelolaan dan pemanfaatan bahan pakan dan pakan PRG pada prinsipnya dilakukan melalui pendekatan kehati-hatian (precautionary approach). Sehubungan dengan itu diperlukan adanya suatu sistem pengkajian resiko. Pada tahun 2005, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Dalam pelaksanaannya, PP No. 21 Tahun 2005 dilandasi dengan pendekatan kehati-hatian dalam rangka mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan dan pakan dengan mempertimbangkan kaidah agama, etika, sosial budaya dan estetika serta pelestarian. Pendekatan kehati-hatian ini sesuai dengan Protokol Cartagena mengenai Keamanan Hayati yang telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety. Agar pakan PRG yang beredar memenuhi persyaratan keamanan, harus dilakukan pengkajian sesuai dengan prosedur dan standar baku. Oleh karena itu telah dihasilkan pedoman yang mengatur jenis pakan PRG dan persyaratan, tata cara permohonan dan mekanisme pengkajian, tatacara pengkajian dan pemberian rekomendasi keamanan bahan pakan dan pakan PRG. Mengapa Pakan PRG Diperlukan Hasil sensus ternak tahun 2011 menunjukkan bahwa populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor (600 ribu ekor di antaranya adalah sapi perah) dan kerbau 1,3 juta ekor. Sebagian besar ternak-ternak tersebut berada di Pulau Jawa yang merupakan wilayah padat penduduk dengan keterbatasan lahan. Kendala yang dihadapi oleh peternak adalah kurangnya pasokan pakan. Dengan populasi seperti itu, kebutuhan hijauan pakan berkisar antara 240 sampai 244 juta ton hijauan segar per tahun atau sekitar 670 ribu ton hijauan segar per hari di mana sekitar 70 persen dikonsumsi oleh ternak di Pulau Jawa. Kebutuhan hijauan pakan non-rumput dan non-legume bukan hanya di Indonesia saja. Diperkirakan kebutuhan sereal pakan (jagung, gandum, padi dsb, untuk konsentrat) di negara berkembang pada tahun 2020 menjadi 445 juta ton sedangkan di negara maju sekitar 430 juta ton. Dengan demikian dapat dipahami bahwa diperlukan lahan yang sangat luas untuk memproduksi pakan tersebut. Teknologi yang sekarang sudah diterapkan seperti teknologi budidaya, pemuliaan tanaman dan konservasi pakan dalam waktu dekat sudah tidak akan memadai lagi. Tidak lama lagi

diperkirakan teknologi transgenik sudah akan menular dari tanaman pangan dan perkebunan ke tanaman pakan ternak. Dengan demikian diperlukan suatu pengkajian yang obyektif dan kehati-hatian agar aspek negatif dari teknologi transgenik yang dialami tanaman pangan dan perkebunan tidak terjadi pada tanaman pakan ternak. Di Indonesia sendiri penelitian transgenik pada tanaman pakan ternak mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat karena berbagai keterbatasan seperti keahlian (SDM), modal dan peralatan, namun produk hasil transgenik tersebut akan dengan mudah masuk ke Indonesia, seperti halnya yang sudah terjadi pada produk-produk pangan (kedelai, jagung, tebu, buah-buahan dan juga obat-obatan). Persoalan muncul apabila produk rekayasa genetik dari negara maju tersebut masuk ke Indonesia dan ternyata tidak aman bagi ternak dan manusia yang mengkonsumsi produk ternak. Tujuan transgenik pada tanaman pakan selain untuk meningkatkan produksi juga untuk meningkatkan kualitas pakan melalui peningkatan kandungan protein, mengurangi kandungan antinutrisi dan racun. Selain itu juga untuk memperoleh tanaman pakan yang tahan serangan hama, tahan kekeringan, tahan salinitas dan tahan cekaman lainnya seperti yang sudah terjadi pada tanaman pangan. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa teknologi transgenik pada tanaman pakan ternak dapat memberikan berbagai keuntungan, namun di samping berbagai keuntungan yang akan diperoleh, penggunaan teknologi transgenik pada tanaman pakan ternak juga dapat menimbulkan kerugian dan masalah, misalnya: a) Produk pakan yang berasal dari tanaman transgenik dari negara maju yang masuk ke Indonesia tidak terkontrol sehingga dampak negatifnya juga tidak diketahui; b) Ada kemungkinan beberapa produk tanaman transgenik pangan dapat menimbulkan alergi, bukan tidak mungkin pada tanaman pakan juga akan terjadi hal yang sama; c) Ada beberapa produk tanaman transgenik yang tidak ramah lingkungan, untuk tanaman pakan yang banyak dari keluarga gramineae kemungkinan menjadi gulma sangat besar;

Jagung dan kedelai, bahan pakan yang sudah masuk ke Indonesia Sumber: Program for Biosafety

d) Tanaman pakan transgenik yang sudah tersebar luas, khususnya rumput, yang ternyata merugikan, semakin lama akan semakin sulit dikendalikan. Selain itu, saat ini terdapat tanaman pangan transgenik (jagung, kedelai, tebu) dengan biomas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan pakan. Mengingat hal-hal tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kerugian: a) Diperlukan kewaspadaan pada saat mengimpor pakan/benih tanaman pakan dari negara lain, khususnya negara maju, jangan sampai dimasukkan pakan atau benih tanaman pakan transgenik yang merugikan; b) Perlu mengantisipasi kemungkinan dampak negatif dari tanaman pangan dan tanaman pakan transgenik, baik terhadap ternak maupun secara tidak langsung terhadap manusia, sehingga diperlukan penelitian atau pengkajian yang komprehensif. Bambang Risdiono Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor