BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat

Pengantar Ekonomi Mikro

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PRODUKSI DAN ESTIMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dikerjakan oleh konsumen terdapat komoditi itu. Iswandono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. TEORI PERILAKU PRODUSEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

Kuliah IV-Analisis Perilaku Produsen: Konsep Produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III KERANGKA PEMIKIRAN

PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Pengantar Ekonomi Mikro

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Materi 4 Ekonomi Mikro

Perusahaan dan produksi

Soal kasus 5.1 Jawaban soal kasus 5.1 Soal kasus 5.2 Jawaban soal kasus 5.2 Soal kasus 5.3 Jawaban soal kasus 5.3

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

II. TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

EKONOMI MIKRO TEORI PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

Perusahaan merupakan organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan tenaga kerja, modal, tanah atau bahan mentah dengan tujuan memproduksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi.

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II.TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Efisiensi. Dalam memproduksi beras petani memerlukan faktor produksi, faktor

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

Bahan Kuliah7:Ek_Manajerial

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan (social science), ilmu yang mempelajari prilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok-kelompok petani. Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian maka analisis usahatani beserta pengolahan hasil-hasil pertanian, kebijakan pertanian, hukumhukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian. Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian dapat didefenisikan sebagai bagian dalam ekonomi umum yang mempelajari fenomenafenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun makro. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Disamping pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia yaitu banyaknya pulau-pulau dan topografinya yang bergunung-gunung.

Indonesia juga merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk Nasional yang berasal dari pertanian. Pentingnya sektor pertanian dapat pula dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup: (1) Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit (2) Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) (3) Kehutanan (4) Peternakan dan (5) Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Sedangkan menurut Moehar Daniel (1996) mengatakan bahwa: Ekonomi Pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberi arti sebagai berikut: Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian. Dari pengertian diatas bahwa ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian. Ilmu ini menjadi satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan pemacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Didalamnya tercakup analisis ekonomi dan proses (teknis) produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan antar faktor produksi, dan produksi itu sendiri. Analisis juga diterapkan sesudah proses produksi, antara lain mengkaji hubungan antara produksi dengan kebutuhan yang sangat erat kaitannya dengan harga dan pendapatan.

2.2. Pembangunan Pertanian. Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan devisa. Tujuan pembangunan akan tercapai apabila memperhatikan kaidah usaha dalam usaha tani dan dukungan pangan yang kuat bagi masyarakat. Kaidah usaha tani meliputi prinsip usaha yakni: keuntungan, sementara pangan yang kuat adalah jaminan bahwa seluruh warga terjaga keamanan pangannya. Model pengembangan pertanian yang digunakan oleh Depertemen Pertanian selama ini dapat dijadikan acuan. Dalam mengembangkan usaha tani kegiatan utama yang harus dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan pertanian. Kualitas dan kuantitas yang baik dari produk pertanian yang dihasilkan petani sangat mempengaruhi pendapatan petani. Pasar sangat menuntut kualitas produk sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tingkat pendapatan masyarakat.

Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentrralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Sangat relevan apabila visi, misi, tujuan dan strategi pembngunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional. 2.3. Syarat Syarat Pembangunan Pertanian. Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbedabeda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, social, budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia telah menganalisa syarat syarat pembangunan pertanian di banyak Negara dan menggolongkannya menjadi syarat syarat mutlak dan syarat syarat pelancar. Menurut Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu syarat saja tidak ada maka terhentilah pembanguanan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat syarat mutlak tersebut adalah:

1. Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani. 2. Tekhnologi yang senantiasa berkembang. 3. Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani. 5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu. Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas, menurut Mosher ada lima syarat lagi yang keberadaannya tidak harrus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat syarat atau sarana pelancar tersebut adalah: 1. Pendidikan dan pembangunan. 2. Kredit produksi. 3. Kegiatan gotong royong petani. 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian. Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat diatas berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, bahwa iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan Repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian. Disamping adanya repelita yang sifatnya merangsang itu pemerintah menciptakan kebijaksanaan kebijaksanaan khusus yang sifatnya merangsang pula. Misalnya kebijakan harga beras minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan perlombaan dengan hadiah yang menarik pada petani teladan dan lain lain. Pendidikan pembangunan

pada para petani di desa, baik mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan. Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang, misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan pada harga umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam ussaha untuk meningkatkan produuksi. (Mubyarto:1985:pengantar ekonomi pertanian). 2.4. Pengertian Produksi Usahatani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan berlangsung pendayangunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan. Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara sumbersumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya. Ditinjau dari pengertian teknis maka produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia dan hasilnya dimiliki akan

lebih besar dari pengorbanan yang diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang kualitas dan kuantitasnya baik, sehingga menjadi komoditi yang layak diperdagangkan. Agar lebih jelas tentang pengertian produksi maka kita dapat melihat spengertian produksi menurut Sofyan Assauri (1992:25) yang mengatakan: yang dimaksud dengan produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang dan jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah,modal,tenaga kerja, dan keterampilan. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi ialah suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari uraian diatas dapat pula diperoleh pengertian produksi pada usahatani padi secara khusus yaitu suatu proses produksi sehingga menghasilkan padi yang dapat disebut sebagai komoditi (output). 2.4.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut: input (kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber alam, Keahlian keusahawanan) atau Gambar 2.1. Proses Produksi Fungsi produksi (dengan teknologi tertentu) output (barang jasa)

Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dll. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input) misalnya adalah tenaga kerja. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dsb. 2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi Beberapa prinsip ekonomi dalam proses produksi sebagai kebijakan perusahaan, yaitu (Nasution, S. H., 2007; 76): 1. Maksimalisasi Output Kebijaksanaan perusahaan untuk maksimalisasi output dinyatakan berdasarkan kendala biaya, berarti perusahaan berupaya untuk mendapatkan output maksimum dengan mengeluarkan biaya tertentu.

2. Minimalisasi Biaya Kebijakan perusahaan yang berupaya untuk meminimalisasi biaya produksi untuk tingkat output tertentu. 3. Maksimalisasi Laba Pengusaha memiliki kebebasan dalam penggunaan input sebagai biaya produksi guna menciptakan produksi optimal dengan tujuan untuk mendaptkan laba maksimum. Besarnya laba maksimum perusahaan sebagai penjualan output adalah selisih diantara jumlah penerimaan (total revenue) dikurangi dengan jumlah biaya (total cost). 2.4.3 Konsep Produksi Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak, terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen antara lain permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna mendukung proses output. Demikian pula alternative penggunaan input dan bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya. Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan. Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu: 1. Produk Total (Total Product) Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input

yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input / faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP) Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana: TP = Total Product (produk total) 2. Produksi Rata-rata (Average Product) FP = Factor of Production (factor produksi) Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut: TP AP = FP Dimana: AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi) FP = jumlah faktor produksi yang digunakan 3. Produksi Marginal (Marginal Product) Produk marginal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = Q = Q a Q a - 1 Dimana: MP = produksi marginal (marginal product) Q a = total produksi setelah penambahan faktor produksi Q a - 1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi 2.4.4 Tahapan produksi TP Tahap I Tahap II Tahap III TPL APL 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPL L Gambar 2.2 Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP

sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negative. Tahap I penggunaan tenaga kerja relative kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi diatas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59). 2.4.5 Production Possibility Curve Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative, apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep production possibility curve atau disebut production frontier dapat mengungkapkan keterangan diatas. Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternative pengorbanan yang

diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 (Nasution, S. H., 2007; 55). P Production Possibility Curve Produk (A) Per Unit Q E R 0 T S Produk (B) Per Unit Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Output = f(input) 2.4.6 Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk persamaan, table atau grafik (Salvatore, 1994). Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975).

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain: a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Y = f (X 1, ) Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X 1,... lainnya juga dapat diketahui. a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel Fungsi produksi dengan satu input dapat ditunjukkan melalui grafik dua dimensi. Untuk penyederhanaannya dapat diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek (Suharti, T., 2003; 78). Apabila input tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi berarti pembahasan bertumpu pada

kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical productivity of labor/tpp L atau acapkali disingkat (TP), produksi margin (MP), rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Nasution, S. H., 2007; 57). b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquan dan isocost. a. Isoquant Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama (Suharti, T., 2003; 83). K K 1 T K 2 L 1 L 2 L Gambar 2.4. Kurva Isoquant

Isoquant mempunyai ciri-ciri yang sama dengan indifference curve dalam analisis perilaku konsumen, yaitu (Tati Suharti, 2003; 83): 1. Turun dari kiri atas kekanan bawah 2. Cembung ke arah titik origin 3. Tidak saling berpotongan 4. Kurva pada gambar 2.3 menunjukkan jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquan. Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) Adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input (kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tanaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama (Nasution, S. H., 2007; 65). Secara matematis dapat dituangkan sebagai berikut: MRTS = MP MP L K b. Isocost Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama (Suhartati, T., 2003; 87).

K K 1 K 2 L 1 L 2 L Gambar 2.5. Kurva Isocost Berdasarkan gambar 2.4 dapat dijelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen, dan sebaliknya, semakin jauh dari titik origin maka semakin besar pengeluaran produsen. 2.4.7. Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob, C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul A Tehory of Production (Suhartati, T, 2003:104). Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan: Q = AK α Keterangan: Q = output K = input modal L β

L = input tenaga kerja A = parameter efisiensi/koefisien teknologi a = elastisitas input modal b = elastisitas input tenaga kerja Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi: LnQ = LnA + αln + βlnl + ε Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut: Fungsi produksi Cobb Douglas: Q = AK α Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka: L β Q 2 = A (2K 1 ) α. (2L 1 ) β = A2 α K 1 α.2 β L 1 β = 2 α + β AK 1 α. L 1 β = 2 α+β Q 1

Jadi, bila α+β = 1, maka Q 2 = 2 Q 1, berlaku constan return to scale bila α+β > 1, maka Q 2 > 2 Q 1, berlaku increasing return to scale bila α+β < 1, maka Q 2 < 2 Q 1, berlaku decreasing return to scale Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale (Nicholson, 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula. Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquan linear. Yang dapat dilihat dengan jelas dari gambar 2.6. K L Gambar 2.6. Kurva Isoquan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Constant return to scale menunjukkan kasus bilamana perubahan semua input menyababkan peningkatan output dengan jumlah yang sama. Misalnya, jika tenaga kerja dan modal serta input lainnya

ditingkatkan dua kali lipat, maka output juga meningkat dua kali lipat. Decseasing return to scale timbul bilamana peningkatan semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan peningkatan total out put yang kurang proporsional. Increasing return to scale terjadi bilamana peningkatan semua input menyebabkan peningkatan output lebih besar. Y X Gambar 2.7. Kurva Constant Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003)

Y X Gambar 2.8. Kurva Increasing Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003) Y X Gambar 2.9. Kurva Decreasing Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003 )

2.5. Faktor produksi Dalam suatu kegiatan usahatani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Menurut Mosher (1965), produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut. 2.5.1. Lahan Luas lahan adalah merupakan luas lahan pertanian atau areal tanaman yang didalamnya terdapat bagian tanaman yang sedang mengeluarkan hasil, bagian tanaman yang sudah tua atau yang tidak menghasilkan lagi atau bagian tanaman yang belum berbuah atau yang baru ditanam. Luas lahan menghasilkan adalah merupakan luas lahan tanaman pertanian yang terdapat pokok-pokok yang mengeluarkan hasil. Luas lahan menghasilkan pada satu periode ( jangka waktu ) tertentu adalah tergantung kepada keputusan untuk menanam pada masa lalu ( Khera, 1976 ). Luas panen adalah luas tanah yang mampu menghasilkan hasil panen. Luas panen di sini adalah mencakup semua luas tanah atau lahan yang mampu menghasilkan hasil panen untuk tanaman bahan pangan. Proses produksi pertanian pada dasarnya berlangsung pada sebidang tanah atau lahan karena dalam tanah tersebut terjadi proses kimia, proses kehidupan

biologi dan fisika yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman atau budi daya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut tanah berfungsi sebagai: tunjangan mekanis sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsur hara dan air, dan lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologinya. Lahan termasuk dalam modal tetap dan merupakan salah-satu faktor produksi yang sangat berperan dalam setiap usaha yang dilakukan. Menurut Mubyart (1989) lahan merupakan salah-satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu dimana tempat produk itu berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar. Dalam hubungannya dengan faktor produksi, jumlah produksi ditentukan oleh keadaan lahan usahatani yang meliputi kualitas (kesuburan) dan kuantitas (luas lahan). Kualitas dan kuantitas lahan tersebut akan mempengaruhi produktivitas, lahan yang subur akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pada lahan-lahan yang tingkat kesuburannya sama namun luas lahan yang diusahakan berbeda maka produksi yang dihasilkan akan berbeda pula. Lahan mempunyai sifat yang khusus sehingga dikatakan sebagai faktor produksi. Sifat khusus tersebut diantaranya luasnya relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau dijualbelikan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka produksi yang dihasilkan secara kuantitas akan cenderung meningkat. Di samping itu, ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara langsung dipakai oleh pemiliknya sebagai modal untuk usahatani tetapi dipakai sebagai alat

mencari kredit atau membayar hutang-hutang. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi ini dikatakan sewa tanah (rent). David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai salah seorang penulis terkemuka dalam soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah differensial, dimana ditunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa tanah. Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, dapat diketengahkan sebuah simpulan mengenai tanah sebagai komponen hidup dari lingkungan yang sangat penting terutama bagi hidupnya tumbuhan bahan pangan. Karena tanah merupakan salah satu usaha pada bidang pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting lainnya. Oleh sebab itu luas panen atau sering disebut luas tanah yang mampu memberikan hasil panen atau produktivitas pertanian sebagai suatu proses dalam produksi bidang pertanian. Dalam proses penanaman padi biasanya menggunakan lahan sawah. Dimana lahan sawah merupakan fasilitas utama dalam penanaman padi. Adapun lahan sawah tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu: 1. Lahan Sawah Yang dimaksud dengan lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak petak dan dibatasi oleh pematang (galangan, saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil

Bumi, Iyuran Pembanguna Daerah, Lahan Bengkok, Lahan Serbotan, Lahan Rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru (transmigrasi dan sebagainya) 2. Lahan Sawah Irigasi (Berpengairan) Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi) yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringanjaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU (Pekerjaan Umum) maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri dari : Lahan Sawah Irigasi Teknis Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis Lahan Sawah Irigasi Sederhana Lahan Sawah Irigasi Non PU 3. Lahan Sawah Non Irigasi (Tak Berpengairan) Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi) yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantuing pada air alam seperti : air hujan, pasang surutnya air sungai/laut, dan air rembesan. Lahan sawah non irigasi ini meliputi : Lahan Sawah Tadah Hujan Lahan Sawah Pasang Surut Lahan Sawah Lainnya (lebak, polder, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi dan lain lain) 4. Lahan Sawah Pasang Surut

Yang dimaksud dengan lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. 5. Lahan Sawah Lebak Yang dimaksud dengan lahan lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut). 6. Lahan Sawah Polder Yang dimaksud dengan lahan sawah polder adalah lahan sawah yang terdapat didelta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut. 7. Lahan Sawah Lainnya Yang dimaksud dengan lahan sawah lainnya adalah rembesan-rembesan yang biasanya ditanami padi. 2.5.2. Modal Modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi. Sedangkan modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan (Mubyarto,1989). Menurut hernanto (1991), modal menurut sifatnya dibedakan menjadi modal tetap (fixed cost) yaitu modal yang tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi, seperti tanah, bangunan dan alat pertanian. Sedangkan modal bergerak (variable cost) yaitu modal yang habis terpakai dalam satu kali proses

produksi seperti uang tunai yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Sumber modal petani bisa berasal dari petani itu sendiri maupun dari luar usahatani. a. Tenaga kerja Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan usaha pertanian. Jumlah kerja yang dicurahkan untuk tiap kegiatan berbeda-beda, dimana semakin banyak tenaga kerja yang tersedia dan dicurahkan dalam kegiatan usaha pertanian maka jumlah produk yang dihasilkan semakin besar yang akan berdampak pada pendapatan yang semakin besar pula.

b. Curahan Kerja Peningkatan jumlah produksi dalam suatu lahan, selain bibit, pupuk, dan pestisida diperlukan sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada bisa berasal dari dalam dan luar keuarga. Tanpa orang bekerja tidak dapat dicapai produksi yang baik. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialis pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha yang dilakukan, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan Hari Kerja Pria atau HKP. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi. c. Kualitas Tenaga Kerja Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Menurut Hernanto (1991), kerja manusia tersebut dipengaruhi oleh (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c)

pengalaman, (d) faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani, dan (e) keterampilan. 2.5.4. Keterampilan (skill) Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya, keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, menurut Soemitro Djoyohadikusumo pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan keterampilan agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas yang lebih tinggi. Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa keterampilan dan modal mempunyai peranan yang sejalan dalam pembangunan ekonomi. Dahulu, masa pertanian di mana keterampilan kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani tradisional, petani memproduksi hasil-hasil pertanian dengan mengkesampingkan aspek keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, keterampilan sangat penting dalam proses produksi, sebab di Indonesia sendiri keterampilan kurang ditekankan dan tenaga kerja sektor pertanian masih didominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun-temurun.