Oleh : Fery Lusviana Widiany

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

PEMBERIAN DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

KONTRIBUSI PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

PEMBERIAN FORMULA NASI KACANG MERAH EFEKTIF MENINGKATKAN DAYA TERIMA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

PENGARUH ASUPAN MAKANAN TERHADAP KEJADIAN MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

METODE PENELITIAN. n =

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : asma,

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 6. PEMBAHASAN. Penelitian adalah penelitian case control yang melibatkan 52 penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

Transkripsi:

PENGARUH DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh : Fery Lusviana Widiany 01/12/2014 1

Latar Belakang RS SARMILLA 2,89% pasien menurun status gizinya selama dirawat berdasarkan SGA (Kusumayanti dkk, 2004) 40% pasien berstatus gizi kurang saat masuk rumah sakit dan kehilangan berat badan 5,4% saat keluar rumah sakit. (McWhirter et al., 1994) MALNUTRISI 45% pasien malnutrisi saat masuk rumah sakit dan meningkat menjadi 51% saat keluar rumah sakit (Naber et al., 1997) 54% pasien malnutrisi saat masuk rumah sakit dan 31% menurun status gizinya (Braunschweig et al., 2000)

Malnutrisi perlu diperhitungkan dalam pembedahan Widayanti dkk (2006) Penelitian di IRNA I Cendana 1 (A 2 ) dan Cendana 2 (B 2 ) RSUP Dr. Sardjito, perubahan pascabedah terdapat 45,6% pasien mengalami penurunan status gizi. Susetyowati (2010) cyt. Livianna (2005) Penelitian di RSCM 37% pasien bedah mayor membutuhkan dukungan gizi dan 28,5% pasca bedah mayor mengalami gizi kurang, penurunan berat badan, dan kadar albumin pascabedah. Dziban (2007) Komplikasi pascabedah lebih banyak dialami pasien malnutrisi (23,6%) daripada yang berstatus gizi baik (2,8%). Risiko komplikasi operasi lebih besar pada pasien yang tidak mendapat dukungan nutrisi (34,7%) daripada yang mendapat dukungan nutrisi (16,3%). 3

Zat gizi dalam proses penyembuhan luka Protein, arginin dan asam amino rantai cabang (BCAA) terkandung pada tempe diubah menjadi puding tepung tempe dan diberikan sebagai dukungan gizi pada pasien bedah. Vitamin A Vitamin C Vitamin E Zinc 01/12/2014 4

Rumusan Masalah Apakah pemberian dukungan gizi puding tepung tempe berpengaruh terhadap penyembuhan luka pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? 01/12/2014 5

Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh pemberian dukungan gizi puding tepung tempe terhadap penyembuhan luka pasien bedah di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 01/12/2014 6

Kerangka Teori Modifikasi dari Hill (2000), Dziban (2007), Watters et al. (2002) dan Susetyowati et al. (2010)

Kerangka Konsep

METODE PENELITIAN 01/12/2014 9

METODE PENELITIAN Jenis penelitian kuasi eksperimental. 01/12/2014 10

Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian : Bangsal Cendana RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Waktu : 13 Mei 10 Oktober 2013 Sampel pasien bedah di Bangsal Cendana RSUP Dr. Sardjito yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi teknik purposive sampling 76 orang per kelompok. 01/12/2014 11

Kriteria Inklusi Sampel 1. Pasien bedah elektif yang bersedia mengikuti penelitian. 2. Usia > 18 tahun. 3. Memiliki kesadaran baik dan kooperatif. 4. Pasien yang diukur kadar albumin prabedah. 01/12/2014 12

Kriteria Eksklusi Sampel 1. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri. 2. Pasien dengan indikasi tidak diberikan makan per oral. 3. Pasien dengan gangguan metabolisme protein, diabetes mellitus. 01/12/2014 13

Variabel Penelitian Variabel bebas : dukungan gizi. Variabel terikat : penyembuhan luka Variabel-variabel yang diduga sebagai variabel pengganggu : diet rumah sakit, konsumsi makanan minuman dari luar rumah sakit, status gizi prabedah, serum albumin prabedah, status ASA, usia, jenis kelamin, jenis bedah dan kelas perawatan 01/12/2014 14

HASIL PENELITIAN 01/12/2014 15

Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Dukungan gizi Variabel Kategori Ya Tidak Total p-value*) n (%) n (%) Status Baik 37 (48.7%) 35 (46.1%) 72 (47.4%) 0.745 gizi Tidak baik 39 (51.3%) 41 (53.9%) 80 (52.6%) prabedah Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Kadar Normal 59 (77.6%) 54 (71.1%) 113 (74.3%) 0.353 albumin Hipoalbumin 17 (22.4%) 22 (28.9%) 39 (25.7%) prabedah Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Status 1 36 (47.4%) 18 (23.7%) 54 (35.5%) 0.002 ASA 2 40 (52.6%) 58 (76.3%) 98 (64.5%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Usia Dewasa 55 (72.4%) 52 (68.4%) 107 (70.4%) 0.594 Usia lanjut 21 (27.6%) 24 (31.6%) 45 (29.6%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Jenis Laki-laki 48 (63.2%) 44 (57.9%) 92 (60.5%) 0.507 kelamin Perempuan 28 (36.8%) 32 (42.1%) 60 (39.5%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Jenis Sedang 64 (84.2%) 63 (82.9%) 127 (83.6%) 0.827 bedah Besar 12 (15.8%) 13 (17.1%) 25 (16.4%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Kelas I dan II 51 (67.1%) 38 (50.0%) 89 (58.6%) 0.032 perawatan III 25 (32.9%) 38 (50.0%) 63 (41.4%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Keterangan : *) bermakna apabila p-value < 0,05

Analisis univariat Dukungan gizi asupan pasien dari puding tepung tempe ternyata hanya terpenuhi sekitar 46% namun asupan dari diet rumah sakit sebagian besar pasien juga rendah bukan karena daya terima pasien terhadap puding yang rendah, melainkan karena nafsu makan pasien yang memang rendah. 01/12/2014 17

Penyembuhan luka Hasil penelitian 84 orang (55,26% sampel) sembuh sempurna dan 68 orang (44,74% sampel) mengalami luka tidak bersih. 01/12/2014 18

Asupan dari diet rumah sakit (DRS) dan luar rumah sakit (LRS) Tabel 2. Distribusi asupan berdasarkan sumber asupan makan pasien Dukungan gizi Variabel Kategori Ya Tidak Total p-value*) n (%) n (%) DRS-E Baik 21 (27.6%) 29 (38.2%) 50 (32.9%) 0.167 Tidak baik 55 (72.4%) 47 (61.8%) 102 (67.1%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) DRS-P Baik 21 (27.6%) 25 (32.9%) 46 (30.3%) 0.480 Tidak baik 55 (72.4%) 51 (67.1%) 106 (69.7%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) DRS-L Baik 26 (34.2%) 21 (27.6%) 47 (30.9%) 0.380 Tidak baik 50 (65.8%) 55 (72.4%) 105 (69.1%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) DRS-KH Baik 24 (31.6%) 26 (34.2%) 50 (32.9%) 0.730 Tidak baik 52 (68.4%) 50 (65.8%) 102 (67.1%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) LRS Tidak 64 (84.2%) 64 (84.2%) 128 (84.2%) 1.000 Ya 12 (15.8%) 12 (15.8%) 24 (15.8%) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) Keterangan : *) : bermakna apabila p-value < 0,05 DRS : Konsumsi makan pasien yang berasal dari diet rumah sakit LRS : Konsumsi makan pasien yang berasal dari luar rumah sakit

Analisis Bivariat Tabel 3. Hasil analisis bivariat pengaruh dukungan gizi terhadap penyembuhan luka Variabel Kategori Dukungan gizi Ya Tidak Total p-value RR (95% CI) Penyembuhan Bersih 49 (64.5%) 35 (46.1%) 84 (55.3%) 0.022 1.469 luka Tidak bersih 27 (35.5%) 41 (53.9%) 68 (44.7%) (1.041-2.073) Total 76 (100%) 76 (100%) 152 (100%) 01/12/2014 20

Analisis Multivariat Tabel 4. Hasil analisis multivariat untuk variabel terikat penyembuhan luka Penyembuhan luka RR Variabel Kategori Bersih Tidak bersih Total B SE p-value*) (95% CI) n (%) n (%) Dukungan Ya 49 (64.5%) 27 (35.5%) 76 (100%) 1.518 0.358 0.244 1.4 gizi Tidak 35 (46.1%) 41 (53.9%) 76 (100%) (1.042-1.880) Status 1 38 (70.4%) 16 (29.6%) 54 (100%) 2.659 0.385 0.011 1.499 ASA 2 46 (46.9%) 52 (53.1%) 98 (100%) (1.142-1.969) Kelas I dan II 57 (64.0%) 32 (36.0%) 89 (100%) 2.446 0.359 0.013 1.494 perawatan III 27 (42.9%) 36 (57.1%) 63 (100%) (1.080-2.068) 01/12/2014 21 Keterangan : *) bermakna apabila p-value < 0,05

PEMBAHASAN 01/12/2014 22

Zat gizi dalam proses penyembuhan luka (Greyling, 2010) Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A Vitamin C Vitamin D Vitamin E Zinc Tembaga (copper) Zat besi (iron) 01/12/2014 23

Dukungan gizi bahan baku tepung tempe yang mengandung asam amino arginin dan BCAA. Kandungan gizi puding tepung tempe : energi 390,8 kcal, protein 8,55 g, lemak 8 g, karbohidrat 69,67 g. Sumber energi utama penyembuhan luka karbohidrat dan lemak 01/12/2014 24

GLUKOSA Menghasilkan ATP selular untuk angiogenesis dan pembentukan jaringan baru (Shepherd, 2003). Mencegah terjadinya pembongkaran cadangan protein dan asam amino dalam tubuh (Arnold dan Barbul, 2006). 01/12/2014 25

PROTEIN Sintesis meningkat selama proses penyembuhan luka (Watters et al., 2002). Defisiensi menghambat pembentukan kapiler, proliferasi fibroblas, sintesis proteoglikan, sintesis kolagen dan penutupan luka, mempengaruhi sistem kekebalan tubuh (Guo dan DiPietro, 2010 cyt. Gogia, 1995). 01/12/2014 26

ARGININ Mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, penyembuhan luka, sekresi hormon, sirkulasi pembuluh darah dan fungsi endotel, sebagai prekursor prolin (Guo dan DiPietro, 2010). Daly et al. (1992) infeksi dan komplikasi luka yang terjadi dapat berkurang secara signifikan pada kelompok yang memperoleh suplementasi arginin, RNA dan asam lemak omega-3 dibandingkan kelompok kontrol. 01/12/2014 27

Puding tepung tempe juga mengandung serat yang berasal dari agar-agar. Rayes et al. (2002) pemberian nutrisi enteral yang lebih dini menggunakan formula yang mengandung serat dapat menurunkan kejadian infeksi pascabedah dibandingkan nutrisi parenteral dan formula enteral yang tidak mengandung serat. 01/12/2014 28

Analisis multivariat dukungan gizi justru menjadi tidak bermakna pengaruhnya terhadap penyembuhan luka. Disebabkan oleh rendahnya nafsu makan sebagian besar pasien rendahnya asupan pasien yang berasal dari dukungan gizi puding tepung tempe. 01/12/2014 29

Analisis multivariat faktor yang berpengaruh paling kuat terhadap penyembuhan luka adalah status ASA RR = 1,499. Penentuan status ASA berguna untuk menentukan risiko yang berhubungan dengan tindakan anestesi dan operasi (Benny, 2012 cyt. Fischer et al., 2010). Wilmore et al. (2001) Perkembangan teknik anestesi terkini memungkinkan dokter bedah dapat melakukan pembedahan dengan perbaikan fungsi organ vital yang lebih cepat pasca pembedahan 01/12/2014 30

Angka morbiditas pascabedah pada pasien dengan klasifikasi ASA 2 meningkat 1,5 kali bila dibandingkan dengan ASA 1. Penelitian mengenai mortalitas yang terkait anestesi (1954 2006) status fisik ASA 2 atau lebih merupakan faktor risiko terjadinya kematian terkait anestesi (Pujiono, 2012 cyt. Braz et al., 2009). 01/12/2014 31

Kelas perawatan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Pada kelompok pasien yang dirawat di kelas I dan II persentase jumlah pasien yang sembuh sempurna lebih banyak daripada pasien dengan luka tidak bersih, sebaliknya pada pasien kelas III. 01/12/2014 32

Tienjen et al. (2004) dalam Suwardiman (2007) ruangan dengan pasien dan pengunjung yang berjubel akan meningkatkan jumlah mikroorganisme infeksi nasokomial. 01/12/2014 33

SIMPULAN 1. Pemberian dukungan gizi puding tepung tempe berpengaruh signifikan terhadap penyembuhan luka pasien bedah. Pasien yang mendapat dukungan gizi puding tepung tempe memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna 1,5 kali lebih besar dibandingkan pasien yang tidak mendapat dukungan gizi. 2. Status ASA berpengaruh paling kuat terhadap penyembuhan luka bedah, apabila dibandingkan dengan faktor-faktor lain termasuk dukungan gizi. 34

SARAN Sebaiknya diberikan dukungan gizi puding tepung tempe kepada pasien pascabedah dengan disertai pemberian informasi kepada pasien mengenai dukungan gizi yang diberikan agar daya terimanya dapat meningkat. Sebaiknya dilakukan koordinasi lebih lanjut antartenaga medis di rumah sakit khususnya yang menangani pasien bedah.

Membuat peraturan yang lebih ketat mengenai sistem kunjungan terhadap pasien. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dukungan gizi dengan mengendalikan faktor-faktor tertentu. 01/12/2014 36

12/1/2014 37