INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT PENGARUH PENGHALANG DI DEPAN DAN DI BELAKANGNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TIPE JENDELA TERHADAP POLA ALIRAN UDARA DALAM RUANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Simulasi Kondisi sirkulasi udara di dalam suatu ruangan ibadah

STUDI ALIRAN UDARA DENGAN METODE GAS DALAM JARINGAN (LATTICE GAS METHOD)

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

MENGEVALUASI PENGHAWAAN ALAMI SEBUAH RUMAH TROPIS DUA LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI NUMERIK

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

Gambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 2, September 2015

ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara obyektif. Penelitian dengan cara. dan alat untuk menyelesaikan permasalahan.

Model Perahu Trimaran pada Aliran Laminar. Abstrak

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI SIMULASI NATURAL VENTILATION PADA BANGUNAN RUMAH TIPE 36 DENGAN MENGGUNAKAN CFD

Simulasi Kincir Angin Savonius dengan Variasi Pengarah

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Keberangkatan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP PROFIL KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL

STUDI CFD DAN IN-SITU TERHADAP GERAKAN UDARA INTERIOR DARI EFFEK PILIHAN MODEL JENDELA JUNGKIT

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

ANALISIS LOSSES PIPA LURUS BERDIAMETER 40 cm PADA TEROWONGAN ANGIN LAPAN

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN

PENGARUH VENTILATION SHAFT TERHADAP ALIRAN UDARA DI DALAM BANGUNAN APARTEMEN DI SURABAYA

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

Daya Angkat dan Tarik Kapal Barang Menggunakan Turbosail Dengan Model Simulasi K-Omega Two Scale

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

Studi Numerik Karakteristik Aliran Melalui Backward Facing Inclined Step dengan Penambahan Paparan Panas Deri Gedung pada Sisi Upstream

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang Kuliah

STUDI PEMODELAN PERFORMA PENDINGINAN EVAPORASI PADA GEDUNG AUDITORIUM UMS DENGAN COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS (CFD)

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA

Kaji Numerik Pengkondisian Udara di Workshop Teknik Mesin Universitas Majalengka Menggunakan Autodesk Simulation CFD 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

STUDI EFEK SEMPROTAN SERANGKAIAN NOSEL PADA CEROBONG TERHADAP PROFIL KECEPATAN DAN TEMPERATUR DENGAN METODE CFD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ruang pemanas, ventilasi dan sistem air-conditioner

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

Transkripsi:

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT PENGARUH PENGHALANG DI DEPAN DAN DI BELAKANGNYA Jefrey I. Kindangen Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado E-mail: jkindangen@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini menerangkan hasil dari pola aliran udara melewati bangunan bertingkat dengan simulasi numerik 2 dimensi (2D) menggunakan Komputasi Dinamika Fluida (CFD). Penghalang yang ditempatkan di muka dan belakang bangunan studi dengan jarak tertentu telah disimulasikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pola aliran udara. Studi ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap pola aliran udara dari suatu bangunan bertingkat. Dicatat bahwa penghalang yang diletakkan di depan bangunan akan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara dalam ruang (C v ) dibandingkan dengan penghalang yang diletakkan di belakangnya. Kata kunci: pengaruh bangunan sekitar, pola aliran udara, bangunan bertingkat, 2D, Komputasi Dinamika Fluida. ABSTRACT This article describes the results of a 2D numerical simulation by Computational Fluid Dynamics (CFD) of airflow distribution over all of building s storeys. Obstruction of a tall building with certain distances from the windward or the leeward side of a building storey was simulated in order to investigate its effects on air motion distribution. This investigation demonstrates significant different effects of airflow distribution for each level of a building storey. It was noted that an obstruction placed at front of building has decreased C v comparing with that placed at behind of building. Keywords: effects of surrounding buildings, wind-induced air motion, building storey, 2D, Computational Fluid Dynamics. PENDAHULUAN Beberapa studi mengenai kenyamanan termik membuktikan bahwa pada kondisi panas dan lembab dimana tingkat kelembaban udara tinggi lebih dari 60%, aliran udara dapat menjadi salah satu metode yang paling murah untuk memperoleh kenyamanan termik. Dengan demikian prediksi kinerja ventilasi alamiah pada suatu bangunan, yang mengestimasikan aliran udara yang diinduksi oleh angin di dalam ruangan diperlukan. Pada lingkungan perkotaan, dimana bangunan-bangunan memiliki tinggi yang berbeda-beda dan berkelompok dekat satu dengan lainnya, distribusi aliran udara ini akan sangat dipengaruhi oleh struktur di sekitarnya. Tambahan lagi, pengaruh dari lingkungan terbangun sekitarnya dapat membuatnya lebih sulit untuk memprediksinya dan dapat mempengaruhi pola aliran udara secara berbeda-beda pada setiap bangunan bertingkat. Artikel ini menerangkan hasil-hasil dari distribusi aliran udara melewati semua tingkat bangunan dengan simulasi numerik 2 dimensi (2D) menggunakan Komputasi Dinamuika Fluida (CFD) Sebuah bangunan pendek sebagai penghalang dengan jarak tertentu yang diletakkan di muka atau di belakang sisi bangunan bertingkat telah disimulasikan untuk maksud menginvestigasi pengaruhnya terhadap pola aliran udara. Untuk bangunan-bangunan dengan bukaan kecil seperti halnya lobang retakan, beralasan untuk mengasumsikan bahwa ketika angin mencapai bangunan, energi kinetiknya seluruhnya dikonversikan kedalam tekanan statik. Sebagai lawannya, bangunan yang seluruhnya terbuka dengan porositas dinding mencapai 100%, hanya menghasilkan pengaruh minor dari angin yang datang, dan tidak menghasilkan bidang tekanan statik secara berarti. Pada kasus ini, kecepatan udara dalam ruang tidak seluruhnya merupakan suatu hasil dari momentum (energi kinetik angin). Untuk ukuran jendela di antara 2 hal yang ekstrim ini, bangunan memperlambat angin yang datang dan menghasilkan bidang tekanan positif dari arah datangnya tanpa menghentikannya secara penuh. Sebagai hasilnya, aliran udara dalam ruang dihasilkan oleh suatu kombinasi dari tekanan statik rata-rata dan momentum. Daya momentum adalah lebih efektif untuk menginduksi aliran udara interior daripada suatu tekanan statik dari harga yang sama ketika bukaan mengkonversikan tekanan statik kembali ke kecepatan [1, 2 dan 3]. Ini beralasan untuk mempertimbangkan bahwa semua variabel desain dari bangunan dan lingkungan 172

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT (Jefrey I. Kendangen) sekitarnya adalah saling bergantungan satu dengan lainnya dan memiliki suatu pengaruh terhadap aliran udara interior. Dengan demikian bermanfaat juga untuk mengamati pengaruh sekitar bangunan, Jadi, dalam studi ini untuk menganalisa pengaruh sekitar bangunan untuk posisi dan konfigurasi yang berbedabeda, sangatlah penting untuk mengasumsikan bahwa semua parameter lainnya adalah konstan. METODA Penentuan medan kecepatan secara penuh dalam bangunan membutuhkan studi eksperimental maupun penggunaan simulasi numerik (kode CFD). Dalam studi ini, kami menggunakan suatu paket analisis aliran FLUENT [4]. Model turbulen k-ε RNG (Renormalization Group) diimplementasikan untuk memperhitungkan aliran turbulen. Profil vertikal dari angin diturunkan dari suatu hukum pangkat. Karakteristik turbulen dan profil kecepatan angin vertikal dipengaruhi oleh keadaan atmosferik dan tipe dari lahan (suatu fungsi dari kekasaran muka tanah). Profil vertikal kecepatan angin diberikan menurut hukum pangkat sebagai berikut: V y / V r = (y / y r ) α (1) Dimana V y adalah kecepatan angin rerata pada ketinggian y (ms -1 ), V r adalah kecepatan angin rerata pada tinggi patokan/acuan y r (ms -1 ), y adalah tinggi di atas muka tanah (m), y r adalah tinggi acuan (m) dan α adalah harga karakteristik kekasaran muka tanah. Kami telah memilih suatu harga α = 0,16 yang mewakili karakteristik muka tanah yang datar [5]. Kondisi batas aliran ditetapkan isotermik. Kecepatan angin acuan ditetapkan 3.1 ms-1 pada tinggi acuan 4,25 m sebagai suatu rerata kecepatan aliran udara luar ruang dengan intensitas turbulen acuan sebesar 22%. Untuk menghitung kecepatan udara dalam ruangan, pada studi ini, digunakan suatu parameter non-dimensional. Ini didefinisikan sebagai perbandingan antara rerata kecepatan aliran udara pada zone studi dengan kecepatan aliran udara pada titik acuan di luar muka bangunan dari arah datangnya angin. n V 1 i C = V (2) n i= 1 Vr Dimana, C v adalah koefisien kecepatan udara dalam ruang, V i adalah rerata kecepatan udara dalam ruangan pada lokasi i (m s -1 ), V r adalah rerata kecepatan udara bebas acuan pada ketinggian acuan (m s -1 ), dan n adalah jumlah titik pengukuran. Dalam studi ini, simulasi telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) konfigurasi dalam dua dimensi (2D). Ukuran jendela pada inlet dan outlet ditetapkan sama besar, dengan tingginya 1,50 meter. Ukuran jendela ini dijaga tetap sama untuk semua konfigurasi yang disimulasikan. Untuk tujuan ini, bangunan bertingkat yang menjadi objek studi memiliki dimensi yang sama yakni tinggi dari lantai ke lantai setinggi 2,90 m dan 7,00 meter lebarnya (seperti ditunjukkan pada gbr. 1). (c) (d) (e) (f) 173

(g) Gambar 1. Simulasi tujuh konfigurasi Konfigurasi pertama diambil sebagai konfigurasi acuan, sebuah bangunan bertingkat tanpa penghalang di depan maupun di belakangnya, ini memungkinkan kita untuk membandingkannya dengan konfigurasi yang lain yang memiliki penghalang. Pada konfigurasi 2, 3 dan 4, sebuah penghalang berupa bangunan rendah diletakkan di depannya, sedangkan pada konfigurasi 5, 6 dan 7, penghalangnya diletakkan di belakang bangunan bertingkat tersebut. Konfigurasi 2 memiliki penghalang dengan ketinggian 2,90 m dan lebar 7,00 m dengan jarak h (atau 5*2,9 m = 14,50 m) yang diletakkan di depan bangunan bertingkat. Jarak yang sama dilakukan juga pada konfigurasi 3 dengan tinggi penghalang 2 kali lipat atau setinggi 5,80 m. Sebuah penghalang setinggi 2,90 m diletakkan dengan jarak 2h (atau 29,00 m) di muka bangunan bertingkat untuk konfigurasi 4. Cara yang sama diberlakukan juga untuk masing-masing konfigurasi 5, 6 dan 7 dengan penghalang yang diletakkan di belakang bangunan bertingkat. Untuk menghitung hasil kecepatan udara kami menggunakan harga-harga yang diperoleh pada ketinggian 1,35 m di atas lantai untuk setiap tingkat bangunan. HASIL DAN DISKUSI Dicatat bahwa untuk setiap kenaikan satu tingkat, nilai koefisien kecepatan udara dalam ruangan (C v ) meningkat juga sebesar rerata 0,125 atau sebesar 39%. Jika membandingkan hasil C v pada tingkat pertama untuk semua konfigurasi, dicatat bahwa pengaruh penghalang pada konfigurasi 2, 3 dan 4 tidak terlalu berarti dibandingkan dengan apa yang terjadi pada konfigurasi 5, 6 dan 7. Pada tingkat pertama koefisien C v konfigurasi 6 memiliki nilai yang tertinggi, ini menerangkan bahwa sebuah penghalang diletakkan jauh di belakang bangunan tidaklah mempengaruhi kecepatan aliran udara yang masuk pada tingkat pertama bangunan bertingkat. Demikian halnya pada konfigurasi 5 dan 7 terjadi hal yang sama dengan sedikit pengurangan nilai C v yang terjadi, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Pada tingkat kedua, dapat dicatat bahwa efek penghambat (blocking effect) terjadi pada konfigurasi 2, 3 dan 4 jika dibandingkan dengan konfigurasi acuan; pengurangan rerata kecepatan udara interior yang terjadi berturut-turut 0,29, 0,19 dan 0,33. Sebaliknya pada tingkat kedua dari konfigurasi 5, 6 dan 7 terjadi efek jet dimana percepatan aliran udara terjadi. 5 4 3 2 1 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 Koefisien kecepatan udara dalam ruang (Cv) Confi 1 Confi 2 Confi 3 Confi 4 Confi 5 Confi 6 Confi 7 Gambar 2. C v dari tujuh konfigurasi untuk setiap tingkat bangunan Pada tingkat ketiga, pola yang sama pada tingkat kedua terjadi juga pada tingkat ini. Menarik untuk diamati bahwa pada tingkat keempat, efek percepatan aliran udara yang melewati ruangan lantai empat terjadi pada konfigurasi 2 jika dibandingkan dengan konfigurasi acuan, tetapi pada konfigurasi 3 dan 4 efek penghambat terjadi padanya. Efek ini berasal dari penghalang yang mempercepat kecepatan aliran udara ketika menubruk atau melewati sisi depan bagian atas penghalang dan menyebabkan percepatan aliran udara ketika melewati tingkat keempat pada konfigurasi 2 seperti ditunjukkan pada gbr 3a. Pengaruh percepatan aliran udara setelah melewati penghalang menginduksi suatu aliran udara yang lebih besar pada tingkat keempat konfigurasi 2. Gambar 3a. Hasil simulasi konfigurasi 2 174

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT (Jefrey I. Kendangen) Gambar 3b. Hasil simulasi konfigurasi 3 Akan tetapi pada konfigurasi 3 dan 4, penghalang yang tinggi menjauhkan arah aliran udara yang dipercepat melewati atas atap bangunan bertingkat seperti dalam gbr 3b. Ini juga terjadi pada konfigurasi 3 pada tingkat kelima dimana cenderung secara ekstrim mengurangi nilai C v yang disebabkan adanya efek penghambat. Cv 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 1,40 1 2 3 4 5 Confi 1 Confi 2 Confi 3 Confi 4 Dari keseluruhan hasil yang diperoleh menerangkan bahwa sebuah penghalang di depan bangunan memiliki kecenderungan menurunkan secara tipis nilai C v terutama jika dibandingkan dengan konfigurasi acuan, seperti ditunjukkan pada gbr 4.a. Ini terjadi pengecualian pada konfigurasi 2 pada tingkat keempat seperti diterangkan di atas. Fenomena ini menerangkan bahwa kemungkinan zone turbulen terjadi ketika aliran udara melewati penghalang merubah dan pola aliran udara dan mempercepatnya ke dalam tingkat keempat pada konfigurasi 2 dengan kekuatan momentum. Penghalang memperlambat secara berarti aliran udara dalam ruang terjadi pada konfigurasi 3; dicatat bahwa C v dari lantai pertama sampai kelima relatif konstan pada 0,20. Pada sisi lain, dalam perbandingan dengan konfigurasi acuan, konfigurasi dimana sebuah penghalang diletakkan di belakang bangunan memiliki kecenderungan sebaliknya yang meningkatkan secara signifikan nilai C v untuk lantai pertama sampai keempat dan menurunkan secara tipis pada lantai kelima. Dicatat juga bahwa terjadi penurunan secara simultan dan proporsional ketika terjadi kenaikan tingkat untuk konfigurasi 5, 6 dan 7 seperti dalam gbr 4b. Seperti diduga, tekanan pada sisi datangnya angin ketika sisi tersebut lebih besar bidangnya akan lebih besar dibandingkan dengan luasan bidang yang lebih kecil. Konsekuensinya, kita dapat mengasumsikan bahwa konfigurasi yang memiliki bidang proyeksi terhadap angin lebih besar akan memiliki tekanan positif yang lebih besar dan lebih besar juga harga C v. Ini terjadi pada kasus konfigurasi 5, 6 dan 7, terkecuali pada lantai kelima. Gambar 5a menunjukkan pola aliran udara ketika melewati bangunan bertingkat, yang merupakan konfigurasi acuan, sedangkan gbr 5 b d menunjukkan hasil simulasi berupa kontur kecepatan udara untuk konfigurasi 5, 6 dan 7. Cv 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 1 2 3 4 5 Confi 1 Confi 5 Confi 6 Confi 7 Gambar 4. C v dari bangunan dengan penghalang di depan dan penghalang di belakang disbandingkan dengan konfigurasi acuan 175

Investigasi ini menunjukkan bahwa pengaruh yang berbeda secara signifikan dari pola aliran udara pada setiap tingkat. Jadi studi ini memperhatikan pengaruh yang bermanfaat untuk meningkatkan kecepatan udara dalam ruang akibat lingkungan sekitarnya Peningkatan koefisien kecepatan udara dalam ruang yang disebabkan oleh bangunan sekitar sebagai suatu struktur penghalang terjadi ketika aliran udara dipercepat setelah melewati penghalang mengarah kedalam bangunan dan pada konfigurasi tersebut memiliki nilai tekanan postif rata-rata lebih tinggi pada sisi datangnya angin. Pengaruh struktur penghalang apakah bangunan atau tanaman tidak selalu akan memperlambat aliran udara yang masuk dalam bangunan pertingkat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih sebesarbesarnya kepada Centre de Thermique de Lyon (CETHIL) de l Institut National des Sciences Appliquées de Lyon France untuk dukungan teknis dalam merealisasikan pekerjaan ini. DAFTAR PUSTAKA (c) Ernest, D.R., Bauman, F.S. and Arens, E.A., The Effects of External Wind Pressure Distribution on Wind-Induced Air Motion Inside Buildings, Journal of Wind Engineering and Industrial Aerodynamics 41-44, 1992, 2539-2550. Kindangen, J.I., Krauss, G. and Depecker, P., Effects of Roof Shapes on Wind-Induced Air Motion Inside Buildings, Building and Environment, vol.32,no., 1997,1-11. (d) Gambar 5.a-d. Hasil simulasi kontur kecepatan aliran udara dari konfigurasi acuan dan konfigurasi dengan penghalang di belakang KESIMPULAN Simulasi dengan menggunakan CFD untuk menghitung koefisien kecepatan udara dalam ruang telah dilakukan pada sejumlah konfigurasi dengan sebuah penghalang di sekitar bangunan. Hasil utama dari studi ini adalah sebagai berikut: Kindangen, J.I., and Krauss, G., Investigation of Natural Ventilation with Computational Fluid Dynamics. A Comparison Study with Wind Tunnel Results, Architectural Science Review, vol. 39, no. 2, 1996, 113-120. FLUENT version 4.3.1, Fluent User s Manual, New Hampshire: Fluent Inc., 1995. Gouin G. Contribution Aérodynamique à l Etude de la Ventilation Naturelle de l Habitat en Climat Tropical Humide, PhD Thesis University of Nantes, 1984. Versteeg, H.K. and Malalasekera, An Introduction to Computational Fluid Dynamics. The Finite Volume Method, Essex:Longman Scientific & Technical, 1995. 176