Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

dokumen-dokumen yang mirip
Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Eksistensi Penggunaan Ragam Bahasa Jawa Krama Pada Anak Usia 9-10 Tahun di Desa Tanjunganom Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

POLA PERILAKU RELIGIUS ALIRAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BRENGKELAN KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspek-aspek laku..., Lulus Listuhayu, FIB UI, Universitas Indonesia

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

AJARAN ETIKA JAWA DI PADEPOKAN PAYUNG AGUNG CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

UPAYA PELESTARIAN TRADISI BARITAN DALAM UPACARA ADAT SEDEKAH BUMI DI DESA KEDUNGWRINGIN KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

SIMBOL DAN MAKNA TRADISI PENANAMAN PADI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA YOSOMULYO. (Kajian Sosiologis Di Desa Yosomulyo, Kabupaten Banyuwangi)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB IV ANALISIS DATA

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum melangkah lebih jauh membahas mengenai Ritual Malem Minggu

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diungkapkan oleh Marcea Eliade, bahwa simbol-simbol maupun

PENGARUH DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN UPACARA SEDEKAH BUMI TERHADAP MASYARAKAT DESA BAGUNG SUMBERHADI KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

BAB III PROSESI UPACARA PENGASIHAN DI MAKAM PUTRI CAMPA. Pengasihan merupakan kepercayaan untuk melancarkan jodoh, pekerjaan

ASPEK NILAI-NILAI SOSIAL PADA TRADISI BERSIH DESA JULUNGAN. (Studi Kasus Pada Pelaksanaan Tradisi Bersih Desa Julungan di desa Kalisoro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

HASIL WAWANCARA. (Informan 1: Mbah kaum Dukuh Poloyo)

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

FOLKLOR RITUAL TRADISI NYEKAR PUNDHEN NYAI RANTAMSARI DUSUN KWADUNGAN DESA WONOTIRTO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI

BAB II KERANGKA TEORI. dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Salah satu unsur kebudayaan

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai estetika (keindahan). Karya sastra merupakan seni yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

Oleh: SANG AYU EZA KRISDAYANI

ANALISIS SEMANTIK NAMA ORANG JAWA DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

1. BAB III 2. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

BAB III METODE PENELITIAN

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN TEKNIK PETA KONSEP SISWA KELAS VIII A MTs AL-MU MIN SEMBIRKADIPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

PERUBAHAN BUDAYA DALAM TRADISI NYADRAN DI KELURAHAN NGANTRU KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK JAWA TIMUR

26 D. Data dan Sumber Data Data penelitian ini diperoleh dari hasil ovservasi pada proses belajar mengajar yang berlangsung pada tanggal 24 Mei 2016,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khadziq, 2009, Islam dan Budaya Lokal, Penerbit Teras, Yogyakarta, hal

Apakah 3 bulanan (Telonan), 7 bulanan (Mitoni dan Tingkepan) masa kehamilan, bagian dari Ajaran Islam?

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III METODE PENELITIAN. Modinan masih melestarikan tradisi Suran Mbah Demang.

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

MAKNA TRADISI ZIARAH MAKAM KYAI AGENG BALAK DALAM ERA MODERNISASI

Oleh: Halimah Wahyuningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BENTUK MAKNA SIMBOLIS DAN FUNGSI TRADISI NYADRAN DI DESA KEDUNGLO KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ABDI DALEM. (Studi Kasus di Astana Mangadeg Matesih Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

BAB V PENUTUP. terperinci simpulannya adalah sebagai berikut: 2. Asal mula mitos di Gunung Slamet di Dusun Bambangan yaitu mitosnya

Transkripsi:

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Oleh: Riana Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rianaanggraeni93@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) proses pelaksanaan ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran, (2) makna simbolik yang terkandung dalam ubarampe yang digunakan dalam ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran, (3) pola perilaku spiritual dalam kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Tempat penelitian dilakukan di Desa Kajoran kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen, waktu penelitian mulai bulan Januari 2014 sampai Juli 2014. Sumber data dibagi menjadi sumber data primer yaitu ketua dan anggota kelompok kebatinan Santri Garing, sumber data sekunder berwujud buku-buku, rekaman, foto-foto, data monografi, serta referensi yang relevan dengan penelitian ini Data dibagi menjadi data primer berupa hasil wawancara dengan narasumber, data sekunder berupa keterangan-keterangan dari buku-buku, rekaman, foto-foto, data monografi, serta referensi yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara tak terstruktur, dan teknik dokumentasi. Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri dan dibantu dengan Handphone untuk menyimpan data berupa foto-foto dan rekaman hasil wawancara dengan narasumber. Hasil dari penelitian ini adalah, (1) proses ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing ada 3 yaitu, (a) ritual kenduren, (b) ritual mandi di kalitempur dan (c) ritual mandi di tujuh sumur, (2) makna simbolik sesaji yang digunakan dalam ritual yang dilakukan kelompok kebatinan Santri Garing meliputi makna simbolik sesaji (a) jenang abang dan jenang putih, (b) kemenyan, (c) kembang telon, (d) tumpeng rasul, (e) ingkung, (f) ayam liringgalih, (g) ayam putih, (h) pisang raja, (i) pisang ambon, (j) pisang mas, (k) wedang jembawuk, (l) wedang kopi, putih dan teh, (m) wedang arang-arang kambang, (n) pala pendhem dan pala kesimpar, (o) rakan atau jajanan pasar, (p) sisir dan cermin, dan (q) banyu tawa, (3) perilaku-perilaku spiritual yang dianut oleh anggota kelompok kebatinan Santri Garing adalah (a) pesucen, (b) semedi, (c) wetonan, (d) unggah-unggahan, dan (e) megeng. Kata kunci: pola perilaku spiritual, kebatinan, santri garing Pendahuluan Masyarakat Jawa selain memiliki tradisi yang unik dan beragam, juga memiliki keunikan dalam religinya. Masyarakat Jawa pada umumnya memeluk agama Islam, akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar masyarakatnya tidak melaksanakan rukun Islam seperti yang diwajibkan bagi umat Islam. Sebagian besar masyarakatnya cenderung mengabaikan apa yang diwajibkan dan juga tidak menjauhi apa yang diharamkan dalam agama Islam. Masyarakat Jawa bukan berarti tidak memperdulikan agama, keberadaan Tuhan tetap diyakini oleh masyarakat Jawa. Selain mempercayai keberadaan Tuhan, masyarakat Jawa juga Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 57

percaya dengan hal-hal mistik seperti percaya dengan adanya roh-roh halus atau makhluk gaib dan melaksanakan ritual-ritual yang tidak diajarkan dalam agama Islam. Masyarakat Jawa yang seperti itu digolongkan sebagai kaum yang memiliki agama sendiri yaitu agama Jawa (kejawen). Agama Jawa (kejawen) ini oleh masyarakat Jawa kemudian lebih dikenal dengan nama kebatinan Jawa. Mulder (dalam Endraswara, 2003: 39) mengemukakan bahwa kebatinan Jawa merupakan intisari kehidupan masyarakat Jawa. Kebatinan Jawa dianggap sebagai gaya hidup yang melingkupi melingkupi masyarakat Jawa. Salah satu ciri khas dari penganut kebatinan yang menjadi pembeda dengan masyarakat pada umumnya dapat terlihat dari perilakunya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Retnoningsih, 2009: 374) perilaku dapat diartikan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku dari masyarakat penganut kebatinan dapat diamati dalam aktivitas kesehariannya. Inilah yang menjadi alasan penting peneliti mengambil judul Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada perilaku spiritual dari masyarakat penganut kebatinan. Pengertian spiritual menurut Retnoningsih (2009: 499) adalah suatu ajaran, kepercayaan dan pemujaan kepada roh orang yang telah meninggal dapat berhubungan dengan manusia yang masih hidup. Masyarakat yang menganut kebatinan dalam berhubungan dengan Tuhan melibatkan unsur ritual di dalamnya. Soehardi (dalam Endraswara, 2013: 98) menyatakan bahwa ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa bertujuan untuk menciptakan kedamaian di dunia. Berkaitan dengan kehidupan penganut kebatinan Jawa juga dilaksanakan ritual untuk mengadakan kontak dengan alam gaib, seperti melakukan kontak dengan makhlukmakhlus halus maupun roh para leluhur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pola perilaku spiritual, proses ritual serta makna simbolik sesaji yang digunakan dalam ritual. Adapun tinjauan pustaka atau penelitian yang relevan dengan yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Citra Anggrainingrum dengan skripsinya yang berjudul Perilaku Mistik Masyarakat Jawa Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 58

Penganut Aliran Kebatinan Nyawiji di Dusun Paduroso Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini sendiri dilakukan di desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dan dibantu dengan alat berupa kertas dan alatalat tulis, handphone, dan kamera. Menurut Sugiyono (2010: 306) human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan data dan menyimpulkan data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis secara interaktif. Menurut Endraswara (2006: 215) analisis data dalam penelitian budaya yaitu berupa proses pengkajian hasil wawancara dan dokumen yang telah terkumpul. Hasil Penelitian 1. Proses ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa proses ritual yang dilaksanakan oleh kelompok kebatinan Santri Garing meliputi: a. Ritual kenduren Proses ritual kenduren yang dilaksanakan dalam kelompok kebatinan Santri Garing dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu 1) pra prosesi, 2) prosesi atau jalannya ritual kenduren dan yang terakhir 3) prosesi akhir. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 59

b. Ritual mandi di kalitempur Ritual mandi di kalitempur dilakukan bagi anggota kebatinan Santri Garing yang ingin mempelajari ilmu pengiwa yaitu Jaya Sampurna. Ritual mandi ini dilakukan pada tengah malam (pukul 24.00 WIB) c. Ritual mandi di tujuh sumur Ritual mandi di tujuh sumur dilakukan oleh anggota kebatinan Santri Garing yang berkeinginan mempelajari ilmu pengiwa yaitu Pulo Cangkir. Ritual mandi di tujuh sumur ini dilakukan pada malam hari dan harus diselesaikan dalam waktu satu malam. 2. Makna simbolik ubarampe yang digunakan dalam ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing Makna simbolik dalam ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing terdapat pada ubarampe yang digunakan. Makna simbolik dari ubarampe tersebut adalah sebagai berikut: a. jenang abang dan jenang putih melambangkan manusia tercipta dari air kehidupan orang tuanya, b. kemenyan sebagai media antara manusia dengan roh leluhur, c. kembang telon sebagai wujud mengagungkan nama Tuhan dan penghormatan arwah leluhur, d. tumpeng rasul melambangkan permohonan kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala godaan, e. ingkung melambangkan permohonan maaf, f. ayam liringgalih melambangkan keberanian, g. ayam putih melambangkan kesucian, h. pisang raja bermakna dapat mencontoh sifat raja, i. pisang ambon sebagai persembahan kepada leluhur yang bertempat di rumah, j. pisang mas sebagai penghormatan kepada roh halus yang menguasai pekarangan, k. wedang jembawuk sebagai persembahan dan penghormatan kepada danyang, l. wedang kopi, teh dan putih yang berarti membuat persaudaraan, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 60

m. wedang arang-arang kambang sebagai wujud kakang kawah adi ari-ari, n. pala pendhem dan pala kesimpar sebagai penghormatan kepada penguasa tanah, o. rakan atau jajanan pasar sebagai simbol agar manusia tercukupi kebutuhannya, p. sisir dan cermin untuk danyang perempuan, q. banyu tawa (air rendaman godhong dhadhap) melambangkan pikiran yang jernih. 3. Pola perilaku spiritual dalam kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Perilaku adalah aktivitas atau kegiatan yang dapat diamati. Berkaitan dengan anggota kebatinan Santri Garing, kehidupan anggotanya sarat dengan perilaku spiritual. Perilaku ini terlihat pada kesehariannya dan menjadi pembeda dengan masyarakat pada umumnya. Perilaku ini wajib untuk dijalankan bagi anggota kebatinan Santri Garing. Adapun perilaku-perilaku spiritual yang dianut oleh anggota kebatinan Santri Garing meliputi: a. Pesucen, yaitu menyempurnakan pangan (makanan) dan sandang (pakaian) dengan doa khusus. b. Semedi, berdoa di makam Mbah Agung setiap malam Jum at Kliwon. c. Wetonan, peringatan hari kelahiran dengan membuat sesaji jenang abang dan jenang putih. d. Unggah-unggahan, tilik leluhur atau ziarah ke makam para leluhur yang sudah sumareh (meninggal dunia). e. Megeng, puasa yang dilakukan dengan cara tidak boleh tidur di dalam rumah selama kurun waktu tertentu. Simpulan Berdasarkan penyajian dan pembahasan mengenai pola perilaku spiritual dalam kelompok kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan karanggayam Kabupaten Kebumen, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: (1) proses ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing ada 3 yaitu, (a) ritual kenduren, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 61

(b) ritual mandi di kalitempur dan (c) ritual mandi di tujuh sumur, (2) Makna simbolik dalam ritual yang dilakukan oleh kelompok kebatinan Santri Garing terdapat pada ubarampe yang digunakan. Makna simbolik dari ubarampe tersebut adalah sebagai berikut: jenang abang dan jenang putih, melambangkan manusia tercipta dari air kehidupan orang tuanya, kemenyan sebagai media antara manusia dengan roh leluhur, kembang telon sebagai wujud mengagungkan nama Tuhan dan penghormatan arwah leluhur, tumpeng rasul melambangkan permohonan kepada Tuhan agar dijauhkan dari segala godaan, ingkung melambangkan permohonan maaf, ayam liringgalih melambangkan keberanian, ayam putih melambangkan kesucian, pisang raja bermakna dapat mencontoh sifat raja, pisang ambon sebagai persembahan kepada leluhur yang bertempat di rumah, pisang mas sebagai penghormatan kepada roh halus yang menguasai pekarangan, wedang jembawuk sebagai persembahan dan penghormatan kepada danyang, wedang kopi, putih dan the yang berarti membuat persaudaraan, wedang arang-arang kambang sebagai wujud kakang kawah adi ari-ari, pala pendhem dan pala kesimpar sebagai penghormatan kepada penguasa tanah, rakan atau jajanan pasar, simbol agar manusia tercukupi kebutuhannya, sisir dan cermin untuk danyang perempuan dan banyu tawa, melambangkan pikiran yang jernih (3) perilaku-perilaku spiritual yang dianut oleh anggota kelompok kebatinan Santri Garing adalah (a) pesucen, (b) semedi, (c) wetonan, (d) unggah-unggahan, dan (e) megeng. Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. 2003. Mistik Kejawen, Sinkretisme, Simbolisme Dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi.. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.. 2013. Memayu Hayuning Bawana. Yogyakarta: Narasi. Retnoningsih, Ana dan Suharso. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya. Sugiyono. 2010. Metode Pendekatan Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 62