BAB I PENDAHULUAN. Pasal 4 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang menguasai pengetahuan (knowladge), keterampilan (skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,akhlak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan. Kemampuan (Ability) merupakan kecakapan atau potensi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

PENDAHULUAN. membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Oleh: Sukarman SMA Negeri 6 Cirebon, Jawa Barat

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis 1. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pelajaran yang wajib

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang penting dan. efektif dalam membina sumber daya manusia yang berkualitas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH. Observasi diadakan di kelas VIIA MTsN Bangkalan tahun pelajaran. 2009/2010 pada bulan Nopember Desember 2009.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab II Pasal 4 menjelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional. Sebagai agen pembelajaran, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yaitu pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna bagi pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik (siswa). Tugas seorang guru salah satunya yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan karena mutu hasil pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Pada pelaksanaan pembelajaran guru pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan 1

kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul. Untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang unggul, salah satunya dengan mengantarkan siswa untuk melakukan proses belajar secara aktif. Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar, menekankan pada proses belajar siswa, bukan pada proses pembelajaran itu sendiri. Misalnya terdapat seorang guru yang menginginkan agar siswanya memahami suatu konsep. Hal yang harus dilakukan oleh guru bukan dengan mengajarkan konsep tersebut, akan tetapi mendorong keaktifan siswa untuk belajar melalui suatu kegiatan tertentu sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep tersebut. Ketika siswa sudah dapat menemukan sendiri konsep yang diajarkan oleh gurunya, maka siswa dapat dengan mudah mengikuti pembelajaran, dan hal demikian tentu dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Di sekolah dasar terdapat berbagai macam mata pelajaran di antaranya adalah matematika, bahasa indonesia, IPA, IPS, agama, PKn, dan muatan lokal (bahasa inggris, bahasa Jawa, dan budaya Banyumasan). Dari berbagai mata pelajaran yang ada, terdapat salah satu mata pelajaran yang mempunyai nilai strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia unggul yang di dalamnya terdapat materi yang dapat mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, peradaban dunia, menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia, mengurangi kemiskinan, kebodohan dan 2

perusakan lingkungan. Mata pelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut yakni Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada prakteknya di dalam proses pembelajaran, terkadang hal tersebut belum bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan karena adanya hambatan yang ada. Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran ketika peneliti melakukan observasi terlihat bahwa guru masih mendesain siswa untuk mengingat dan menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah guru adalah sumber utama pengetahuan atau biasa disebut dengan teacher center dimana pembelajaran berpusat pada guru saja. Teknik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar karena pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang monoton dan pasif tersebut dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa. Seperti halnya pada SD Negeri 4 Tiparkidul, dari pengalaman peneliti pada saat melakukan observasi ditemukan bahwa sebagian guru terlihat belum menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode yang menarik, menantang, menyenangkan dan sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa pada saat pembelajaran dan peneliti juga menemukan bahwa hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran 3

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 65. Pada observasi tersebut dapat dilihat bahwa 39% (15 siswa) tuntas dan 61% (23 siswa) belum tuntas dengan nilai rata-rata 53 serta nilai tertingginya yaitu 73 dan nilai terendah yaitu 32. Hasil belajar tersebut akan lebih dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Hasil Belajar Siswa No. Interval Nilai Jumlah Siswa 1. 76 100-2. 51 75 15 3. 26 50 23 4. 25 - Selain itu data juga diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa kelas 5 yang mengatakan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu hanya seperti itu-itu saja atau kurang menyenangkan karena setiap pelajaran siswa hanya memperhatikan guru dalam menyampaikan materi saja tanpa disuruh melakukan tindakan sehingga siswa sering merasa bosan. Dari permasalahan di atas diperkuat oleh pernyataan Sigit Dwi Kusrahmadi (2006: 3) yang menyebutkan bahwa penyajian pendidikan IPS juga dikerjakan oleh guru yang kurang kreatif, yang sekedar mengajar tidak menggunakan seluruh teori pembelajaran seperti dalam Microteaching, konsep ADP (Apreatif Development Praktice), penggunaan multi media, portofolio dan penggunaan strategi belajar mengajar yang baku, tetapi mengajar hanya asal memenuhi kewajiban sebagai guru IPS saja. 4

Problem di atas menuntut guru untuk dapat menyajikan mata pelajaran IPS dengan kreatif serta dapat mengolah pembelajaran menjadi lebih menarik, menantang dan menyenangkan sehingga dapat menghilangkan kebosanan siswa dan menambah minat, perhatian, dan keaktifan siswa yang pada hakekatnya memang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang kita ketahui rendahnya kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar lebih dominan disebabkan karena kurang terpantaunya model pembelajaran di dalam kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat yang pada akhirnya dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Selain memilih model pembelajaran yang tepat, guru juga harus mempertimbangkan berbagai faktor yang berasal dari siswa karena di dalam proses pembelajaran siswa bertindak sebagai subjek pembelajaran. Di dalam suatu kelas kita mengenal adanya perbedaan individu. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu dengan lainnya. Apa yang dapat dipelajari seorang siswa dengan cepat, belum tentu dapat dipelajari oleh siswa lain dengan cara yang sama. Dari perbedaan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda dari masingmasing siswa. Dalam proses pembelajaran pada umumnya perbedaan individu kurang begitu diperhatikan oleh sebagian besar guru. Semua siswa dalam satu kelas dianggap memiliki kebutuhan yang sama sehingga guru pun memperlakukan mereka dengan cara yang sama pula. Sudah seharusnya 5

perbedaan individu perlu mendapat perhatian yang cukup. Adanya pemberian perhatian tersebut, bukan berarti pembelajaran hanya memperhatikan pada kepentingan individu semata melainkan diperlukan adanya alternatif pembelajaran yang memungkinkan tercapainya kebutuhan individu siswa. Salah satu cara yang efektif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Hal yang juga dapat menjadi dasar penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah berdasarkan pernyataan U. Nugroho, dkk dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia yang menjelaskan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan STAD berorientasi keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan klasikal, skor rata-rata post tes dan aktivitas. Disarankan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses dijadikan model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa. Beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yaitu: 1) siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; 2) siswa aktif membantu dan memotivasi semangat demi keberhasilan bersama; 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; dan 4) interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial 6

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun Ajaran 2011/2012. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi pelajaran yang dianggap membosankan bagi peserta didik. 2. Rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih berada di bawah KKM. 4. Dalam proses pembelajaran, guru belum menyampaikan materi dengan menggunakan metode yang menarik, menantang, menyenangkan, dan kurang melibatkan keaktifan siswa, sehingga pembelajaran terlihat membosankan. 5. Dalam proses pembelajaran, sebagian besar guru pada umumnya kurang memperhatikan adanya perbedaan individu (siswa). C. Pembatasan Masalah Berdasarkan sejumlah masalah yang ada tersebut, tidak semua diteliti karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada peningkatan hasil 7

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil belajar mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris. Namun pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan hasil belajar hanya pada ranah kognitif dan afektif saja. Hal ini dikarenakan bahwa dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan ranah afektif tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diteliti. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun 2011/2012? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun 2011/2012? 8

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun 2011/2012. 2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Tiparkidul Ajibarang Banyumas Tahun 2011/2012. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Siswa Melatih siswa untuk bekerjasama, mengungkapkan pendapat, menghargai kekurangan, dan kelebihan orang lain. b. Bagi Guru 1) Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai inovasi serta penyempurnaan proses pembelajaran. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. 9

c. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengalaman menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan target pembelajaran. 2) Mendapatkan pengalaman melaksanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). G. Definisi Istilah Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif dan afektif saja yang berupa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan sikap siswa ketika sedang mengikuti pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Materi IPS yang diteliti yaitu mengenai perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Indonesia dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan kelompok belajar yang memperhatikan perbedaan individual. Dalam pembelajaran tersebut, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Dalam 10

penelitian ini, pembagian kelompok dilakukan dengan cara masing-masing kelompok terdapat variasi antara siswa laki-laki dan perempuan serta campuran dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. 11