Detection of Acid Bacteria in the Process of Cocoa Production

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. MATERI DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. METODOLOGIPENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

II. METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

II. MATERI DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III BAHAN DAN METODE

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

Transkripsi:

SP-015-009 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 822-826 Deteksi Keberadaan Bakteri Asam pada Proses Pengolahan Kakao Detection of Acid Bacteria in the Process of Cocoa Production Indah Rakhmawati Afrida Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPIEK IKIP Budi Utomo Malang Corresponding author: rakhma_afrida@yahoo.com Abstract: Keywords: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inokulum Aspergillus niger dan lama hidrolisis terhadap kadar bioetanol bagasse. Proses produksi bioetanol salah satunya adalah hidrolisis menggunakan kapang Aspergillus nig Proses fermentasi merupakan tahap awal proses pengolahan kakao yang sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Proses fermentasi di PTPN XII Kebun Mumbul Jember berlangsung secara spontan. Proses ini melibatkan peranan mikroorganisme seperti khamir dan bakteri asam (bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan bakteri asam dan menguji kemampuan tumbuhnya pada medium ekstrak pulp. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode, meliputi: isolasi bakteri asam, karakterisasi morfologis, sifat biokimiawi secara parsial dan pengamatan pola pertumbuhan isolat bakteri asam pada medium ekstrak pulp. Hasil isolasi bakteri asam dari sampel biji kakao di PTPN XII Kebun Mumbul Jember menunjukkan pola pertumbuhan dengan kurva yang normal. Fase adaptasi terjadi pada inkubasi 0 jam sampai 4 jam sebesar 1,86x108 cfu/g dan 2,19x108 cfu/g; fase eksponensial terjadi pada inkubasi 8 jam sebesar 6,13x108 cfu/g. Pola pertumbuhan optimum terjadi pada inkubasi 12 jam yaitu sebesar 7,50x108 cfu/g; untuk fase stasionernya terjadi pada inkubasi 8-12 jam, sedangkan fase lag (fase kematian) terjadi pada inkubasi 16 jam sebesar 3,20x108 cfu/g dan inkubasi 20 jam sebesar 2,65x108 cfu/g. Selama pertumbuhan, isolat bakteri asam mampu memproduksi asam-asam organik (asam laktat dan asam asetat) yang menyebabkan ph dalam medium ekstrak pulp menurun. isolasi, bakteri asam, pola pertumbuhan, medium ekstrak pulp 1. PENDAHULUAN Tanaman kakao termasuk salah satu tanaman dari genus Theobroma yang berasal dari hulu sungai Amazon dan daerah-daerah tropika lain di Amerika Selatan serta Amerika Tengah. Genus ini terdiri lebih dari 22 spesies, tetapi hanya Theobroma cacao saja yang dibudidayakan secara intensif (Wood dan Lass, 1985: 1). Tanaman kakao telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951. Indonesia memiliki peluang yang besar untuk perkembangan kakao sebab persediaan hutan cukup luas, tenaga kerja banyak dan murah. Di samping itu, pangsa pasar kakao Indonesia masih relatif kecil kurang lebih 4,6% pada tahun 1990, sehingga masih berpeluang untuk ditingkatkan. Di masa depan Indonesia diharapkan dapat menjadi produsen kakao ketiga terbesar atau bahkan kedua di dunia (Susanto, 1994: 14). Produksi kakao Indonesia dihasilkan dari perkebunan besar negara dan swasta yang terdapat di daerah Sumatera Utara dan Jawa Timur, selain itu juga produksi yang berasal dari perkebunan rakyat yang tersebar di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Papua. Meningkatnya usaha di bidang pembudidayaan kakao ini telah dapat meningkatkan hasil devisa bagi negara melalui ekspor dan mendorong ekonomi daerah terutama daerah pedesaan (Heddy, 1990: 98-100). Dewasa ini perkembangan produksi cokelat yang dikelola oleh perkebunan rakyat memperlihatkan adanya peningkatan rata-rata sebesar 33,28%. Peningkatan produksi terjadi karena adanya program intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Intensifikasi yang dilaksanakan adalah berupa pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian tumbuhan pengganggu (gulma) (Siregar, dkk., 1998: 8-9). Kualitas biji kakao yang baik untuk diperdagangkan harus memenuhi kriteria-kriteria seperti kulit bijinya tidak keriput dan utuh, tidak berjamur dan berwarna coklat kemerahan, keping biji renyah dan lembaga biji tidak tumbuh, persentase biji ungu dibawah 25%, tidak berbau asap (smoky), tidak terdapat serangga hidup atau mati serta kadar airnya maksimal 7,5% (Anonim, 2000: 3-4). Pada umumnya pengelolaan kakao dilakukan dengan proses fermentasi yang berlangsung secara spontan, begitu juga halnya yang terjadi di PTPN XII Kebun Mumbul Jember. Beberapa mikroorganisme terdapat dalam proses fermentasi, salah satunya adalah bakteri asam. Bakteri asam diduga mempunyai 822 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 822-826 peranan yang berbeda dan mempengaruhi kualitas hasil akhir fermentasi (Nasution, dkk., 1975: 30). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri asam pada proses fermentasi serta mengamati pola pertumbuhannya pada medium ekstrak pulp. Kajian dari penelitian ini hanya sebatas menganalisis ada tidaknya bakteri asam pada proses fermentasi tanpa melakukan identifikasi apakah merupakan bakteri asam laktat ataukah bakteri asam asetat dan mengamati pola pertumbuhannya pada medium ekstrak pulp serta mempelajari peranannya dalam mempengaruhi kualitas kakao. 2. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di pabrik PTP Nusantara XII Kebun Mumbul Jember Jawa Timur untuk pengambilan sampel dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Jember untuk isolasi dan pengujian isolat. Pengambilan sampel dilakukan selama 4 (empat) hari dimulai dari tanggal 24-28 Agustus 2015, sedangkan isolasi dan pengujian isolat dilakukan selama 18 hari terhitung mulai tanggal 24 Agustus sampai dengan 11 September 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah labu Erlenmeyer, rak dan tabung reaksi, cawan Petri, tabung mikro, pipet volume, mikropipet, pipet tetes, autoklaf, vortex, laminar air flow, timbangan analitik, jarum ose, inkubator, blender, mikroskop, ph-meter, dan colony counter. Bahan yang digunakan adalah biji kakao segar, biji kakao dari masing-masing bak fermentasi, larutan garam fisiologis 0,085% steril, medium Glucose- Yeast Extract Peptone (GYP) cair, medium GYP Agar dengan CaCO 3 1%, akuades steril, larutan ungu kristal (cat A), larutan yodium (cat B), alkohol asam (cat C), dan larutan safranin (cat D). Prosedur Kerja Sebelum melakukan tahap isolasi bakteri asam, masing-masing bak fermentasi telah diukur suhunya, suhu dari bak ini untuk pengujian selanjutnya. Isolasi Bakteri Asam Secara aseptis, sampel (pulp dan biji) dari empat bak fermentasi ditimbang sebanyak 20 gram kemudian diencerkan dengan larutan garam fisiologis 0,085% steril sebanyak 180 ml dalam labu Erlenmeyer dan divortex sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Hasil pengenceran 10-1 diambil 1 ml dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan garam fisiologis kemudian divortex dan diperoleh pengenceran 10-2. Hasil pengenceran 10-2 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan garam fisiologis steril kemudian divortex dan diperoleh pengenceran 10-3. Pengenceran 10-4 dibuat menggunakan tabung mikro dengan cara yang sama yaitu hasil pengenceran 10-3 diambil 100 μl dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi 900 μl larutan garam fisiologis, demikian seterusnya sampai diperoleh pengenceran 10-5 dan 10-6. Setelah itu, dari pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 masing-masing diambil 20 μl dengan menggunakan mikropipet dan dituangkan ke dalam cawan Petri yang berisi GYP Agar + CaCO 3. Jumlah suspensi sampel yang diinokulasikan dalam medium GYP Agar + CaCO 3 dilakukan duplo. Cawan Petri yang berisi GYP Agar + CaCO 3 dan sampel diinkubasi dalam posisi terbalik sesuai dengan suhu bak fermentasi I yaitu 30 0 C, sedangkan bak fermentasi II. III, dan IV suhunya 37 0 C. Setelah diinkubasi, koloni bakteri yang membentuk zona bening dipindahkan ke medium GYP Agar + CaCO 3 tegak 3 ml sehingga diperoleh isolat murni. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0 C, isolat murni tersebut dipindahkan lagi pada medium GYP cair 10 ml (tanpa CaCO 3) sebanyak 1 ose kemudian diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 0 C untuk peremajaan dan pembuatan inokulum pada pengujian selanjutnya. Pewarnaan Gram Menurut Cullimore (2000: 256) mengatakan bahwa bakteri asam, baik asam laktat maupun asam asetat merupakan bakteri Gram positif, sehingga untuk menentukan apakah isolat yang diuji telah diperoleh maka dilakukan uji pewarnaan Gram. Uji pewarnaan Gram dilakukan mula-mula dengan membersihkan gelas benda dengan alkohol 70% kemudian di atasnya diletakkan 1 ose biakan murni dari GYP Agar + CaCO 3 yang berumur 24 jam dan dilakukan fiksasi. Hasil fiksasi tersebut ditetesi dengan cat A (larutan ungu kristal) selama 1 menit lalu dibilas dengan air mengalir. Setelah dibilas dengan air mengalir, dilanjutkan dengan menetesi larutan yodium (cat B) selama 1 menit lalu dibilas dengan air mengalir. Setelah itu, biakan tersebut ditetesi dengan alkohol asam (cat C), dibiarkan selama 0,5 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. Untuk yang terakhir kalinya menetesi biakan dengan larutan safranin (cat D) selama 2 menit dan dibilas dengan air mengalir. Setelah itu diamati di bawah mikroskop baik warna maupun bentuk morfologi selnya. Isolat bakteri asam menunjukkan warna ungu setelah dilakukan pewarnaan Gram, selanjutnya dilakukan pengamatan pola pertumbuhannya pada medium ekstrak pulp. Pengamatan Pola Pertumbuhan Bakteri Asam pada Medium Ekstrak Pulp Isolat murni yang telah ditumbuhkan pada medium GYP cair kemudian digunakan sebagai inokulum diuji dalam medium ekstrak pulp dengan pengenceran 50%. Medium ekstrak pulp tersebut dibuat dengan Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 823

Afrida. Deteksi Keberadaan Bakteri Asam pada Proses Pengolahan Kakao menambahkan 50 g pulp segar dalam 100 ml aquades kemudian diblender dan disaring sehingga mendapatkan 100 ml volume ekstrak pulp. Pada medium ekstrak pulp ini kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C dengan lama inkubasi berinterval 4 jam yaitu 0 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam dan 20 jam. Setiap masa inkubasi, ada dua perlakuan yaitu perhitungan jumlah sel bakteri dengan metode Total Plate Count (TPC) dan pengukuran ph. Perhitungan jumlah sel bakteri Mengambil 1 ml medium ekstrak pulp dengan mikropipet kemudian melakukan pengenceran dari 10-1 sampai 10-6 dalam tabung mikro. Kemudian dari pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 menumbuhkannya pada cawan Petri yang berisi GYP Agar + CaCO 3 yang dilakukan secara duplo, lalu menginkubasi pada suhu 37 0 C selama 24-48 jam. Setelah itu jumlah koloni bakteri yang tumbuh dan membentuk zona bening dihitung untu tiap-tiap pengenceran tersebut dengan menggunakan colony counter. Pengukuran ph Mengambil 3 ml medium ekstrak pulp dengan menggunakan mikropipet dan memasukkannya ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml, kemudian mengukur ph-nya. Pengukuran ph tersebut dengan cara memasukkan ujung katoda dari ph-meter ke dalam Erlenmeyer yang selanjutnya pada layar akan tampak angka yang menunjukkan ph dari sampel yang diukur. 24-48 jam bakteri dari sampel bak II lebih cepat tumbuh yang ditandai dengan terbentuknya zona bening karena bakteri tersebut mampu menggunakan glukosa sebagai sumber karbon utama. Menurut Holt et.al (1994: 204) bakteri asam mempunyai kisaran suhu optimum antara 28-40 0 C dimana bakteri asam bisa tumbuh dengan baik. Untuk bakteri asam laktat suhu optimumnya antara 30-40 0 C sedangkan bakteri asam asetat suhu optimumnya antara 28-30 0 C. Kemudian koloni yang membentuk zona bening tersebut ditumbuhkan lagi pada medium Agar tegak GYP + CaCO 3 sebagai isolat murni yang sebelumnya telah diuji dengan pewarnaan Gram pada saat biakan berumur 24 jam. Dari uji pewarnaan Gram diperoleh hasil bahwa biakan itu merupakan bakteri Gram positif yang ditandai dengan warna ungu dan selnya berbentuk batang. Biakan murni tersebut ditumbuhkan pada medium cair GYP tanpa CaCO 3 dengan waktu inkubasi 18 jam, kemudian ditumbuhkan kembali dalam medium ekstrak pulp pengenceran 50% yang lama inkubasinya dengan interval 4 jam dimulai pada jam ke-0 sampai jam ke-20. Pada perlakuan ini ada dua hal yang dilakukan yaitu pengukuran ph dan menghitung jumlah bakteri asam dengan metode TPC. Hasil pengukuran ph diperoleh data seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses fermentasi merupakan tahap awal proses pemgolahan kakao yang sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Proses yang terjadi adalah reaksi biokimiawi, sehingga diperlukan suatu kondisi yang sesuai agar prosesnya berjalan dengan baik. Pada proses fermentasi terjadi pembentukan cita rasa cokelat, pengurangan rasa pahit, rasa sepat, dan perbaikan kenampakan fisik biji kakao. Keberhasilan fermentasi biji kakao dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lama fermentasi, jumlah biji, pembalikan dan aerasi, kematangan buah dan cuaca (Yusianto, 1994: 24). Dalam proses fermentasi, mikroorganisme berperan aktif terutama selama proses pemecahan gula menjadi alkohol dan perubahan alkohol menjadi asam asetat. Hasil sampel yang diambil berasal dari empat bak fermentasi dengan lama fermentasi dan suhu yang berbeda. Pada bak I lama fermentasinya 12 jam dengan suhu 30 0 C, sedangkan bak II, III, dan IV lama fermentasinya sama yaitu 24 jam dengan suhu berturut-turut 37 0 C, 46 0 C, dan 51 0 C. Sampel tersebut dilakukan seri pengenceran dari 10-1 sampai 10-6 kemudian ditumbuhkan dalam medium cawan Agar GYP + CaCO 3 hanya untuk seri pengenceran 10-4 sampai 10-6 saja dengan suhu yang berbeda (untuk bak I suhunya 30 0 C sedangkan untuk bak II, III, dan IV suhunya 37 0 C). Ternyata setelah diinkubasi selama Gambar 1. Hubungan antara lama inkubasi dengan ph pertumbuhan isolat bakteri asam pada medium ekstrak pulp Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu inkubasinya maka ph semakin turun (bersifat asam). Menurut Nasution dkk (1975: 79), penurunan ph pulp terjadi karena adanya aktivitas bakteri asam yang mampu mengubah gula menjadi asam laktat (untuk bakteri asam laktat) dan mengubah alkohol (etanol) menjadi asam asetat (untuk bakteri asam asetat). Untuk mengetahui jumlah sel bakteri asam yang tumbuh pada medium ekstrak pulp diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. 824 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya

Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 822-826 Gambar 2. Kurva Pola Pertumbuhan Bakteri Asam pada Medium Ekstrak Pulp Pada Gambar 2 diperoleh data yang menunjukkan bahwa pada inkubasi 0 jam dan 4 jam bakteri asam tersebut dalam fase adaptasi dengan lingkungan hidupnya, dalam hal ini ekstrak pulp karena dalam pulp mengandung air (80-90%), sukrosa (0,4-1%), glukosa-fruktosa (0,7-8%), protein (0,5-0,7%), non volatil acid (0,2-0,4%), serta garam-garam anorganik (0,4-0,45%). Pertumbuhan bakteri dari inkubasi 8 jam terus meningkat karena bakteri tersebut mampu menggunakan nutrisi yang tersedia dalam medium untuk menunjang aktivitasnya dimana jumlah selnya mencapai 6,13x10 8 cfu/g. Pertumbuhan ini akan terus berlangsung hingga mencapai pertumbuhan optimal pada inkubasi 12 jam yaitu sebesar 7,5x10 8 cfu/g, hal ini disebabkan nutrisi yang tersedia dalam medium masih banyak sehingga aktivitas bakteri asam terus meningkat. Pada kurva pertumbuhan tersebut, untuk fase stasionernya berada pada interval waktu inkubasi 8 sampai 12 jam. Pada inkubasi jam ke-16 dan ke-20 jumlah sel bakteri beranjak menurun seiring dengan semakin menipisnya persediaan nutrisi yang mendukung bakteri asam dengan jumlah bakteri masing-masing sebesar 3,2x10 8 cfu/g dan 2,65x10 8 cfu/g yang pada akhirnya akan menuju ke fase kematian karena kehabisan nutrisi. Berdasarkan data hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa proses fermentasi tidak bisa lepas dari peran serta bakteri asam, terutama bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada Gambar 3. mengubah etanol (alkohol) menjadi asam asetat dalam keadaan aerob karena proses perombakannya membutuhkan oksigen (O 2). Bakteri asam asetat aktivitasnya dipengaruhi oleh keberadaan oksigen melalui aerasi atau pembalikan tumpukan biji kakao selama fermentasi. Hal ini disebabkan jumlah atau populasi bakteri asam asetat mempengaruhi produksi asam asetat yang selanjutnya berpengaruh pada proses-proses di dalam biji kakao selama fermentasi (Anonim, 1991). Dengan pertimbangan itu, PTP Nusantara XII Kebun Mumbul menggunakan bak fermentasi terbuat dari kayu yang banyak lubang kecilnya berfungsi untuk mempermudah aerasi supaya air yang terkandung dalam biji kakao bisa keluar dari bak sehingga fermentasinya bisa maksimal. Pembentukan asam asetat menurut Nasution dkk (1975) merupakan faktor yang sangat penting karena berpengaruh pada pembentukan aroma cokelat. Hal ini terjadi akibat pembentukan ester dan hidrolisis theobromin yang terikat oleh asam asetat tersebut. Di samping itu, untuk mempercepat proses fermentasi bak yang telah berisi biji kakao harus ditutup dengan karung goni atau plastik transparan yang telah diberi lubang-lubang kecil untuk mempermudah aerasi. 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa bakteri asam dapat ditemukan pada medium ekstrak pulp yang berperanan dalam proses fermentasi, terutama pada pembentukan cita rasa dan aroma cokelat. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan ph pulp akibat aktivitas bakteri asam. Pada inkubasi 0 jam ph-nya 4; inkubasi 4 jam ph-nya 3,83; inkubasi 8 jam ph-nya 3,43; inkubasi 12 jam ph-nya 3,39; inkubasi 16 jam ph-nya 3,31; dan pada inkubasi 20 jam ph-nya 3,26. Pola pertumbuhan bakteri asam pada medium ekstrak pulp menunjukkan kurva pertumbuhan normal yang ditandai dengan adanya fase adaptasi antara inkubasi 0 jam sebesar 1,86x10 8 cfu/g dan inkubasi 4 jam sebesar 2,19x10 8 cfu/g; fase eksponensial pada inkubasi 8 jam sebesar 6,13x10 8 cfu/g; untuk fase stasioner terjadi pada inkubasi antara 8-12 jam sedangkan pertumbuhan optimumnya pada inkubasi 12 jam sebesar 7,50x10 8 cfu/g; fase lag (fase kematian) terjadi pada inkubasi 16 jam sebesar 3,20x10 8 cfu/g dan inkubasi 20 jam sebesar 2,65x10 8 cfu/g. 5. SARAN Pada penelitian ini, interval inkubasinya terlalu lama (4 jam) yang menyebabkan hasil tidak masimal. Oleh karena itu, sebaiknya interval inkubasi diperpendek menjadi 1 jam. Gambar 3. Skema Perubahan Kimiawi dalam Pulp selama Proses Fermentasi Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa bakteri asam laktat mengubah gula menjadi asam laktat dalam keadaan anaerob, sedangkan bakteri asam asetat 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1991. Panduan Pengolahan Kakao. Jember: Pusat Penelitian Perkebunan Jember Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS 825

Afrida. Deteksi Keberadaan Bakteri Asam pada Proses Pengolahan Kakao Anonim. 2000. Pengolahan Biji Kakao di PTP Nusantara XII Surabaya. (tidak dipublikasikan) Cullimore, D. R. 2000. Practical Atlas for Bacterial Identification. New York: Lewis Publisher. Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Cokelat. Bandung: Penerbit Angkasa. Holt, G.H., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Stanley and S.T. Williams. 1994. Bergey s Manual of Determinative Bacteriology 9 th ed. USA: The Williams and Wilkins Co. Baltimore. Nasution, Z.B.S., Laksmi dan Wahyu C. 1975. Pengolahan Cokelat. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian Kopi dan Kakao. Siregar, T.H.S., Slamet Riyadi dan Laeli Nuraeni. 1998. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sunanto, H. 1992. Cokelat: Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Yogyakarta: Kanisius. Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta: Kanisius. Wood, G.A.R dan R.A. Lass. 1985. Cocoa 4 th ed. New York: Longman Scientific and Technical. Yusianto. 1994. Beberapa Metode Fermentasi Biji Kakao Skala Kecil. Dalam Warta Puslit Kopi dan Kakao. Bogor: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 826 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya