BAB I PENDAHULUAN. 86 desa sebagian besar berada pada kawasan rawan bencana baik. yang berasal dari Gunung Merapi, gempa bumi, banjir lahar maupun



dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI SELULER

Bab 3 Skenario Pembangunan Sanitasi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

NASKAH PUBLIKASI APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENYUSUNAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN SLEMAN

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR PENERIMA BOS TAHUN 2012 TRIWULAN III KABUPATEN SLEMAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB 13 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG

KEGIATAN PENANGANAN PROGRAM GIZI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN 2010

Kajian Struktur Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN dan BUPATI SLEMAN MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II.

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jangkauan Sistem peringatan dini / EWS Sektor Desa Luas Wilayah Desa (Km 2 )

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

DAFTAR PESERTA BIMTEK PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TANGGAL 26,27,28 APRIL 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

BAB III METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PANDUAN LOMBA PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

1. Kecamatan dan desa rawan Jumlah penduduk di 3 (tiga) kecamatan rawan dan desa rawan adalah sebagai berikut :

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB III LANDASAN TEORI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

Program : Pelayanan Administrasi Perkantoran

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah Kabupaten Sleman meliputi 17 kecamatan terdiri atas 86 desa sebagian besar berada pada kawasan rawan bencana baik yang berasal dari Gunung Merapi, gempa bumi, banjir lahar maupun oleh angin ribut. Kawasan rawan bencana Gunung Merapi meliputi 7 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi) maupun sekunder (banjir lahar dingin). Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang teraktif di dunia. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2 7 tahun. Aktivitas erupsi gunung Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk kaldera (kawah). Arah letusan Merapi selalu berubah-ubah. Sejak tahun 1961 arah letusan Merapi mengarah ke baratdaya menuju hulu Kali Batang dan Kali Senowo. Puncak letusan terjadi pada tanggal 8 Mei 1961 membuat bukaan kawah mengarah ke baratdaya dan memuntahkan material sebanyak 42,4 juta m 3. Letusan selanjutnya terjadi pada tahun 1967, 1968 dan 1969 arah letusan ke hulu Batang, Bebeng dan Krasak dengan jarak luncur 9-12 km. Selanjutnya letusan tahun 1984 terjadi tanggal 15 Juni 1984 yang disertai awan panas mengarah ke hulu Sungai Blongkeng, Putih, batang dan krasak. Material yang dimuntahkan sebesar 4,5 juta m3. Letusan terjadi kembali pada tahun 1986, 1992, 1994, 1997, 2001, dan 2005. Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 1

Letusan 1994 mengarah menuju ke hulu Kali Krasak, Bebeng dan Boyong dengan jarak luncur mencapai 5 km di hulu Kali Boyong. Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan panas menelan korban manusia sebanyak 63 orang di Dsn Turgo Desa Purwobinangun Pakem, memporakporandakan harta benda masyarakat, fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung dan beban psikologis masyarakat yang masih dirasakan sampai sekarang. Sementara itu sejak aktivitas erupsi Merapi tahun 2006 bukaan kawah berubah ke arah tenggara dan timur, sehingga arah aliran lahar panas dan awan panas menuju ke hulu Kali Gendol dan Opak di wilayah Sleman serta Kali Woro di wilayah Klaten. Setelah runtuhnya geger boyo pasca erupsi 14 Juni 2006 yang selama ini berfungsi menahan aliran lahar panas maka ancaman bahaya luncuran lahar panas yang disertai awan panas menuju hulu Kali Gendol dan Kali Opak semakin besar, apalagi alur sungai Kali Gendol pada radius 6 km dari puncak sebagian besar sudah terisi endapan lahar panas Peristiwa tersebut menjadi pelajaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat yang lebih baik dengan menyusun kebijakan dalam mitigasi bencana. Kesiagaan bencana Pemerintah Kabupaten terhadap adanya ancaman bahaya Erupsi Gunung Merapi menjadi salah satu kerangka dasar penanggulangan bencana. Kerangka dasar penanggulangan bencana dengan paradigma pengurangan resiko bencana menjadi salah satu dasar penyusunan dokumen perencanaan kontijensi yang dapat digunakan sebagai Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 2

pedoman pada saat darurat bencana bagi semua pelaku penanggulangan bencana. Dengan demikian pada saat tanggap darurat bencana semua sumber daya yang ada di Kabupaten Sleman dapat dimobilisasi untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana. B. PENGERTIAN RENCANA KONTIJENSI Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjens adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Rencana kontinjensi lahir dari proses perencanaan kontinjensi. Proses perencanaan tersebut melibatkan sekelompok orang atau organisasi yang bekerjasama secara berkelanjutan untuk merumuskan dan mensepakati tujuan-tujuan bersama, mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh masing-masing pihak. Rencana kontijensi disusun dalam tingkat yang dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi merupakan pra-syarat bagi tanggap darurat yang cepat dan efektif. Tanpa perencanaan kontinjensi sebelumnya, banyak waktu akan terbuang dalam beberapa hari pertama menanggapi keadaan darurat tersebut. Perencanaan kontinjensi akan Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 3

membangun kapasitas sebuah organisasi dan harus menjadi dasar bagi rencana operasi dan tanggap darurat. C. TUJUAN Dokumen rencana kontijensi ini disusun bertujuan sebagai pedoman penanganan bencana letusan G. Merapi pada saat tanggap darurat bencana yang cepat dan efektif serta sebagai dasar memobilisasi sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder) yang mengambil peran dalam penyusunan kontijensi plan. D. SIFAT RENCANA KONTIJENSI Dokumen rencana kontijensi letusan G Merapi bersifat : 1. Partisipatif, disusun oleh multi sektor dan multi pihak 2. Dinamis dan selalu terbarukan E. RUANG LINGKUP Ruang lingkup cakupan luasan ancaman Erupsi Gunung Merapi dalam rencana kontijensi ini dibatasi oleh batas administrasi di wilayah Kabupaten Sleman yang meliputi 3 kecamatan (Cangkringan, Pakem, Turi), 7 Desa dan 23 Dusun. F. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KONTIJENSI Kegiatan penyusunan rencana kontijensi ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana Merapi tentang pentingnya kontingensi plan. Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 4

2. Pengumpulan data dan updating 3. Pengumpulan data dilakukan pada semua sektor penanganan bencana dan lintas administratif. 4. Verfikasi data 5. Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi kebutuhan penanganan bencana saat tanggap darurat. 6. Penyusunan rancangan awal kontinjensi plan. 7. Penyusunan naskah akademis, pembahasan dan perumusan dokumen kontingensi plan yang disepakati. 8. Publik hearing/konsultasi public hasil rumusan kontingensi plan. 9. Penyebaran/disemenasi dokumen kontigensi plan kepada semua pelaku penanggulangan bencana (multi stake holder). G. Aktivasi Rencana Kontijensi Aktivasi rencana kontijensi dilaksanakan setelah terdapat tandatanda peringatan dini akan datangnya ancaman G. Merapi dari hasil kajian lembaga teknis BPPTK Yogyakarta pada saat status aktivitas Merapi SIAGA. Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 5

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 107 15'03 sampai dengan 100 29'30 BT dan 7 34'51 LS. Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang, di sebelah timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta. Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 574,82 km 2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km 2. 414000 423000 432000 441000 450000 U 1 0 1 2 Km Skala 1 : 100.000 Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Grid Universal Transverse Mercator Zone : 49 South Equator 9162000 LEGENDA : %[ Ibukota Kabupaten %a Ibukota Kecamatan Batas Propinsi Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Arteri satu jalur, dua jalur atau lebih Jalan Kolektor dan tonggak kilometer Jalan Kereta Api Kemiringan lereng 0-2 % Kemiringan lereng 2-8 % Kemiringan lereng 8-15 % Kemiringan lereng 15-25 % Kemiringan lereng 25-40 % Kemiringan lereng > 40 % DESA WONOKERTO DESA GIRIKERTO DESA KEPUHARJO DESA UMBULHARJO 9162000 DESA MERDIKOREJO DESA HARGOBINANGUN 9153000 9144000 DESA GLAGAHARJO DESA PURWOBINANGUN DESA LUMBUNGREJO DESA BANGUNKERTO %a %a DESA DONOKERTO DESA WUKIRSARI KECAMATAN TEMPEL KECAMATAN TURI DESA PAKEMBINANGUN DESA MARGOREJO DESA PONDOKREJO DESA ARGOMULYO KECAMATAN PAKEM %a %a DESA MOROREJO KECAMATAN CANGKRINGAN DESA CANDIBINANGUN DESA SUMBERREJO KECAMATAN SLEMAN DESA UMBULMARTANI %a DESA TRIMULYO DESA HARJOBINANGUN DESA TAMBAKREJO DESA CATURHARJO DESA DONOHARJO DESA SINDUMARTANI DESA TRIHARJO KECAMATAN NGEMPLAK DESA BANYUREJO DESA PANDOWOHARJO %a DESA BIMOMARTANI DESA MARGOAGUNG KABUPATEN SLEMAN DESA SUKOHARJO DESA WIDODOMARTANI DESA SENDANGSARI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DESA MARGOKATON DESA SUMBERADI DESA SINDUHARJO %[ DESA MARGOMULYO DESA TRIDADI DESA SARDONOHARJO KECAMATAN MINGGIR %a KECAMATAN NGAGLIK %a %a KECAMATAN SEYEGAN DESA SENDANGREJO DESA SENDANGAGUNG DESA SARIHARJO DESA TLOGOADI DESA MINOMARTANI DESA SELOMARTANI %a DESA SENDANGADI DESA MARGODADI KECAMATAN MLATI DESA WEDOMARTANI DESA TAMANMARTANI DESA SENDANGARUM DESA TIRTOADI DESA SENDANGMULYO KODYA YOGYAKARTA 9153000 9144000 DESA MARGOLUWIH DESA CONDONGCATUR DESA SUMBERAGUNG DESA TRIHANGGO KECAMATAN GODEAN DESA SIDOMOYO DESA SUMBERARUM DESA SIDOREJO DESA SIDOAGUNG DESA SINDUADI %a DESA SIDOLUHUR %a DESA SIDOKARTO DESA NOGOTIRTO KECAMATAN DEPOK KECAMATAN MOYUDAN DESA SIDOARUM %a DESA CATURTUNGGAL DESA SIDOMULYO DESA BANYURADEN DESA SUMBERSARI KECAMATAN GAMPING %a DESA SUMBERRAHAYU DESA AMBARKETAWANG DESA BALECATUR DESA TITOMARTANI %a DESA PURWOMARTANI DESA BOKOHARJO %a KECAMATAN KALASAN DESA MAGUWOHARJO DESA SAMBIREJO DESA KALITIRTO DESA MADUREJO KECAMATAN BERBAH KECAMATAN PRAMBANAN %a DESA SUMBERHARJO DESA TEGALTIRTO DESA GAYAMHARJO 9135000 DESA SENDANGTIRTO DESA JOGOTIRTO DESA WUKIRHARJO 9135000 414000 423000 432000 441000 450000 Gambar 1. Wilayah Kabupaten Sleman Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 6

Topografi Kabupaten Sleman keadaan tanahnya di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara dan sebagian bagian barat daya. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara terdapat Gunung Merapi dengan lereng relatif terjal. Ketinggian Kabupaten Sleman berkisar antara ±100 meter sampai dengan ±2.500 meter di atas permukaan laut Wilayah Sleman terdiri atas 17 kecamatan, 86 desa. Sebanyak 4 kecamatan masuk kawasan rawan bencana Erupsi Gunung Merapi, yaitu Pakem, Cangkringan, Turi, dan Tempel, dan untuk kawasan rawan bencana banjir lahar dingin selain 4 kecamatan tersebut ditambah kec.ngaglik, Ngemplak, dan Kalasan. Gambar 2. Luncuran Awan Panas di kawasan Kalidem ( radius 7 km dari puncak), Dinas P3BA, 2006 Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 7

Arah erupsi Gunung Merapi tahun 2006 sebagian besar menuju ke selatan dan tenggara dikawasan Kabupaten Sleman, sebagian mengarah ke barat daya kawasan Magelang, arah timur di kawasan Klaten dan arah utara di kawasan Boyolali. Erupsi Merapi tahun 2006 puncaknya terjadi pada tanggal 14 Juni 2006 dengan jarak luncur 7 km kearah alur kali Gendol dan kali Opak dan memimbulkan korban jiwa 2 orang,. Aliran lahar panas (piroklastik) hasil erupsi Merapi memiliki perilaku yang unik, yaitu tidak selalu mengikuti alur sungai sebagaimana aliran biasa, tetapi pergerakan material lahar panas erupsi Merapi yang menuju ke arah Kali Gendol keluar dari alur sungai. Sebenarnya palung kali Gendol masih mampu menampung material aliran lahar panas meskipun demikian akibat fenomena aliran material, kawasan Wisata Kaliadem dan Bunker Kaliadem yang selama ini dianggap aman, ternyata tertimbun material lahar panas yang cukup besar diperkirakan mencapai volume 240.000 m 3. Manajemen erupsi Gunung Merapi dipandang sebagai sistem paling baku dibanding manajemen bencana yang lain karena karakteristik letusannya sebagian besar dapat diprediksi oleh kerapatan jaringan alat pengukur, program-program pra bencana yang sudah berjalan, sarana prasarana penanggulangan bencana yang memadai. Pertimbangan tersebut membuat erupsi gunung merapi dapat dibuat rencana kontijensi. Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 8

Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 9

Gambar 3. Kawasan Wisata Kaliadem sebelum erupsi Gunung Merapi 2006 Gambar 4. Kawasan Wisata Kaliadem setelah erupsi Gunung merapi 2006 B. Kawasan Rawan Bencana (KRB) Kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Merapi berdasarkan Sistim Informasi Penanggulangan Bencana (SIPBA) Kabupaten Sleman yang telah disusun oleh Dinas P3BA bersama Pusat Studi Bencana UGM pada tahun Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 10

2004 dikelompokkan menjadi KRB III, KRB II dan KRB I, sebagaimana digambarkan Gambar 5. B.1. Kawasan Rawan Bencana (KRB) - III Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava pijar (guguran/lontaran material pijar), gas beracun, meliputi tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem dan Kecamatan Turi. Desa dan dusun wilayah Kecamatan Cangkringan yang termasuk KRB III yaitu Desa Glagaharjo meliputi dusun Kali Tengah Lor dan Kali Tengah Kidul, Desa Kepuharjo meliputi Dusun Kaliadem sedangkan Desa Umbulharjo meliputi Dusun Pelemsari/Kinahrejo, dan Pangukrejo. Sedangkan Kecamatan Pakem meliputi Desa Purwobinangun yaitu Dusun Turgo dan Desa Hargobinangun meliputi satu dusun yaitu Kaliurang Barat. Kecamatan Turi meliputi Desa Girikerto tepatnya di dusun Tritis/Ngandong dan Desa Wonokerto di dusun Tunggularum. B.2. Kawasan Rawan Bencana (KRB)- II Kawasan rawan bencana II yang berpotensi terlanda aliran awan panas, gas racun, guguran batu (pijar) dan aliran lahar, terdiri atas 7 wilayah desa di 3 kecamatan. KRB II di Kecamatan Cangkringan meliputi Desa Glagaharjo (Dusun Srunen, Singlar,Ngancar, Besalen), Desa Kepuharjo (Dusun Jambu, Petung, Kopeng, Batur, Pagerjurang, Kepuh, Manggong), Desa Umbulharjo (Dusun Gondang, Gambretan, Balong, Plosorejo, Karanggeneng, Plosokerep,Pentingsari) Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 11

Gambar 5. Peta rawan bahaya Erupsi Gunung Merapi Wilayah desa dan dusun KRB II di Kecamatan Pakem meliputi Desa Hargobinangun (Dusun Kaliurang Barat & Timur, Ngipiksari, Boyong), Desa Purwobinangun (Dusun Ngepring, Kemiri, Jamblangan, Glondong). Desa dan dusun pada KRB II di Kecamatan Turi meliputi Desa Girikerto (Dusun Nganggring, Keloposawit, Kemirikebo, Sokorejo), Desa Wonokerto (Dusun Gondoarum, Sempu, Ledoklempong, Manggungsari). B.3. Kawasan Rawan Bencana (KRB) I Kawasan rawan bencana I adalah kawasan yang rawan terhadap lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas, meliputi : Sepanjang aliran sungai Gendol dan Opak, sungai Boyong disebelah hilir disebut sungai Code, sungai Krasak dan Sungai Kuning. C. MITIGASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM Sistem penanggulangan bencana alam di Sleman memadukan mitigasi (penjinakan) fisik dan mitigasi non fisik. Mitigasi fisik adalah pengurangan Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 12

resiko bencana dengan struktur bangunan tertentu yang dapat melindungi masyarakat dari ancaman bahaya alam. Pada umumnya mitigasi fisik berupa struktur pelindung kawasan pemukiman, struktur penahan di alur sungai, maupun perangkat early warning sistem. Mitigasi non fisik adalah upaya peningkatan kapasitas lembaga dan masyarakat agar memiliki sumber daya lebih sehingga selalu siap siaga dan waspada terhadap kejadian bencana alam. Pada umumnya mitigasi non fisik dilakukan dalam bentuk pelatihan-pelatihan, pembuatan dokumen kebencanaan. C.1. Mitigasi Fisik Penanggulangan bencana alam, diupayakan dengan mitigasi fisik berupa bangunan teknis, dengan harapan dapat menurunkan resiko kerugian akibat kejadian bencana. Sarana prasarana penanggulangan bencana alam yang dikelola oleh Dinas P3BA Sleman disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Mitigasi fisik penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman No Sarana/Prasarana Jumlah Satuan Lokasi 1 Bunker 2 Buah Tunggularum, Kaliurang 2 Barak Pengungsian 17 Buah 3 Jalan Evakuasi 117,3 Km Kec. Tempel, Ngaglik,Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak Kec. Cangkringan, Pakem, Turi, Ngemplak,Kalasan, Tempel 4 EWS Awan panas 3 5 EWS bajir lahar dingin Sumber: Dinas P3BA, 2008 Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 13 7 Unit sirine Unit sirine 1 Master control (pakem), Wara-Gumuk Bol, Kinahrejo 1 Master control (Pakem), Kaliadem, Manggong, Bronggang, Jambon, Turgo, Kalireso, Kemiri

C.2. Mitigasi Non fisik Upaya penanggulangan bencana yang sudah dilakukan melalui mitigasi fisik, tidak akan berhasil baik tanpa diimbangi oleh mitigasi non fisik. Dinas P3BA membuat program mitigasi non fisik untuk penanganan bencana alam seperti tersebut pada Tabel 2. Tabel 2. Mitigasi non fisik penanggulangan bencana di Kabupaten Sleman Program no mitigasi non fisik 1 Sosialisasi 20 pertemuan /tahun 2 Gladi Lapang 1 gladi /tahun 3 Pelatihan SAR 1 latihan /tahun 4 Dokumen Perencanaan Penanganan Bencana 5 Pelatihan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana alam Sumber : Dinas P3BA, 2008 Volume Lokasi Hasil 1 dokumen /tahun kecamatan kawasan rawan bencana kecamatan kawasan rawan bencana kecamatan kawasan rawan bencana Dinas P3BA 2 kelas/tahun Dinas P3BA Pengetahuan masy. Tentang bencana semakin terbuka Meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan Meningkatkan kemampuan assessor, evakuator dalam menolong masy. Rawan bencana Hazard Map, Protap, Renop Pengetahuan masy. tentang bencana semakin komprehensif dan dapat mentransfer ilmu kepada orang lain. Rencana kontijensi Kab Sleman 2009 14

BAB III SIMULASI 1. SKENARIO KEJADIAN Kabupaten Sleman menetapkan beberapa kawasan rawan bencana yaitu KRB III, KRB II, dan KRB I, tetapi pada rencana kontijensi ini kawasan yang akan dijadikan simulasi adalah kawasan yang terancam awan panas dengan skenario luncuran awan panas sejauh 12 km di alur sungai Gendol, dan 7 8 km untuk alur sungai Kuning, Boyong, Bedog, dan Krasak. Kawasan yang diskenariokan pada simulasi rencana kontijensi pada dokumen ini meliputi 3 Kecamatan, 7 desa dan 23 dusun, adapun perinciannya disajikan pada Tabel 3 berikut dibawah ini. Tabel 3. Kawasan terancam awan panas berdasarkan skenario 1 2 3 Radius Kecamatan Desa Dusun Kalitengah Lor Glagaharjo Kalitengah Kidul Singlar Srunen 12 km Kaliadem Petung di alur Sungai Cangkringan Manggong Kepuharjo Kopeng Gendol Jambu Batur Kepuh Umbulharjo Pelemsari Pangukrejo Kaliurang Barat 7-8 km Sungai Boyong Hargobinangun Kaliurang Timur Boyong dan Ngipiksari Pakem Turgo Kuning Purwobinangun Kemiri Ngepring 7-8 km Sungai Wonokerto Tunggularum Turi Ngandong/Tritis Girikerto Bedog Kemirikebo 1

Pada skenario kejadian ini disimulasikan kemungkinan bencana erupsi Gunung Merapi berdasarkan letusan tahun 1961. Masa pengungsian yang dimulai oleh status siaga sampai dengan puncak erupsi dan kembali pada status waspada terjadi selama 4 bulan. Sebagai dampak dari bencana Erupsi Gunung Merapi kerusakan yang ditimbulkan adalah timbulnya pengungsian penduduk kawasan rawan bencana yang diskenariokan adalah 12.660 orang selama 4 bulan. Skenario kejadian tersebut juga didasari analisa resiko letusan oleh BPPTK-Vulkanologi yang memperkirakan kejadian awan panas jika bukaan kawah mengarah ke selatan, seperti peta di bawah ini. Gambar 6. Peta Prakiraan arah letusan G. Merapi (BPPTK, 2006) 1

2. SIMULASI KEJADIAN Skenario yang ditetapkan menjadi awal gambaran untuk membuat simulasi kejadian. Pada dasarnya simulasi dapat ditentukan mulai dari tingkat minimal, medium, sampai dengan tingkat maksimal. Pemkab Sleman membuat rencana kontijensi ini dengan kerangka kebijakan maksimal. Berdasarkan skenario yang ditetapkan, kerusakan dan kerugian yang diperkirakan terjadi akan berdampak pada: a. Penduduk Dari hasil skenario diatas diperkirakan gambaran kondisi penduduk saat terjadi erupsi Gunung merapi terjadi gelombang pengungsian yang fluktuatif setiap harinya selama 4 bulan. Berdasarkan pengalaman tahun 2006 bahwa kisaran pengungsi yang berada di barak adalah 30% yang kebanyakan terdiri dari lansia, ibu-ibu, anak-anak dan difabel. Kebanyakan laki-laki dewasa tetap melakukan aktifitas mencari nafkah dan melakukan pengamanan di kampungnya, tetapi pada tabel perkiraan dampak, disepakati bahwa penduduk di 23 dusun (tabel 3) 100% menjadi pengungsi. Gambaran data penduduk pada kawasan terancam awan panas dan perkiraan dampak letusan Gunung Merapi pada penduduk tersaji pada tabel di bawah ini. 1

Tabel 4. Data penduduk di kawasan rawan awan panas letusan Gunung Merapi NO KEC DESA DUSUN 1 2 3 CANGKRINGAN GLAGAHARJO KEPUHARJO UMBULHARJO JIWA KELOMPOK RENTAN KK PRIA WANITA JML BUMIL BAYI BALITA ANAK-ANAK LANSIA DIFABEL DEWASA KERENTANANJUMLAH POTENSI USIA 13-16 TH/SMP L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML KALITENGAH LOR 158 266 229 495 0 1 3 4 13 22 35 26 30 56 26 20 46 0 2 2 143 194 147 341 6 5 11 352 KALITENGAH KIDUL 96 156 163 319 7 5 4 9 8 6 14 16 18 34 7 11 18 5 1 6 81 110 120 230 5 3 8 238 SINGLAR 101 158 140 298 1 3 0 3 9 8 17 17 14 31 29 33 62 1 2 3 117 85 70 155 14 12 26 181 SRUNEN 105 154 149 303 0 0 1 1 7 8 15 29 10 39 16 21 37 2 1 3 95 90 96 186 10 12 22 208 JUMLAH 460 734 681 1415 8 9 8 17 37 44 81 88 72 160 78 85 163 8 6 14 436 479 433 912 35 32 67 979 KALIADEM 133 220 226 446 0 5 2 7 22 14 36 30 29 59 22 36 58 2 1 3 163 129 136 265 10 8 18 283 PETUNG 105 160 176 336 0 5 0 5 17 6 23 20 25 45 26 38 64 1 2 3 140 82 97 179 9 8 17 196 MANGGONG 80 123 137 260 0 6 6 12 10 4 14 17 15 32 8 14 22 3 2 5 85 75 90 165 4 6 10 175 KOPENG 123 191 208 399 4 2 6 8 12 10 22 22 22 44 16 30 46 2 1 3 127 131 125 256 6 10 16 272 JAMBU 103 163 159 322 0 0 1 1 11 11 22 21 19 40 17 21 38 0 1 1 102 107 98 205 7 8 15 220 BATUR 130 245 259 504 5 9 1 10 23 15 38 23 25 48 22 30 52 1 1 2 155 139 159 298 28 23 51 349 KEPUH 122 272 306 578 0 1 4 5 9 11 20 16 11 27 38 52 90 2 3 5 147 197 211 408 9 14 23 431 JUMLAH 796 1154 1245 2399 9 23 18 41 82 57 139 119 11 236 12 18 312 9 10 19 756 731 780 1511 63 69 132 1643 7 7 5 PELEMSARI 80 108 125 233 0 2 1 3 11 9 20 16 17 33 19 35 54 1 0 1 111 55 60 115 4 3 7 122 PANGUKREJO 166 304 275 579 0 9 6 15 19 16 35 25 43 68 22 37 59 1 2 3 180 215 164 379 13 7 20 399 JUMLAH 246 412 400 812 0 11 7 18 30 25 55 41 60 101 41 72 113 2 2 4 291 270 224 494 17 10 27 521 JUMLAH (CANGKRINGAN) 1502 2300 2326 4626 17 43 33 76 149 12 275 248 24 497 24 34 588 19 18 37 1483 1480 1437 2917 11 11 226 3143 6 9 6 2 5 1 KALIURANG BARAT 305 545 567 1112 2 4 2 6 42 45 87 59 73 132 60 62 122 6 1 7 356 353 360 713 21 22 43 756 4 PAKEM TURI HARGOBINANGUN PURWOBINANGUN GIRIKERTO TOWONOKER BOYONG 248 439 428 867 5 6 3 9 23 34 57 61 41 102 45 28 73 8 2 10 256 279 301 580 17 14 31 611 KALIURANG TIMUR 299 532 551 1083 2 3 2 5 40 41 81 59 73 132 55 59 114 6 1 7 341 348 351 699 21 22 43 742 NGIPIKSARI 285 396 454 850 7 11 14 25 17 20 37 77 78 155 57 40 97 3 4 7 328 144 201 345 87 90 177 522 JUMLAH 1137 1912 2000 3912 16 24 21 45 122 14 262 256 26 521 21 18 406 23 8 31 1281 1124 1213 2337 14 14 294 2631 0 5 7 9 6 8 TURGO 242 346 384 730 0 2 4 6 28 26 54 38 32 70 15 57 72 4 0 4 206 245 255 500 14 10 24 524 5 KEMIRI 175 286 300 586 3 4 6 10 15 21 36 41 44 85 25 35 60 4 6 10 204 193 174 367 4 11 15 382 NGEPRING 254 439 455 894 0 4 5 9 35 41 76 47 32 79 72 91 163 5 3 8 335 266 271 537 10 12 22 559 JUMLAH (PAKEM) JUMLAH 671 1071 1139 2210 3 10 15 25 78 88 166 126 10 234 11 18 295 13 9 22 745 704 700 1404 28 33 61 1465 8 2 3 1808 2983 3139 6122 19 34 36 70 200 22 428 382 37 755 32 37 701 36 17 53 2026 1828 1913 3741 17 18 355 4096 8 3 9 2 4 1 NGANDONG/Tritis 184 457 367 824 3 8 11 19 22 17 39 47 60 107 34 41 75 4 5 9 252 331 222 553 11 8 19 572 6 KEMIRIKEBO 177 281 264 545 0 10 5 15 25 20 45 46 42 88 12 17 29 0 0 0 177 179 166 345 9 14 23 368 JUMLAH 361 738 631 1369 3 18 16 34 47 37 84 93 10 195 46 58 104 4 5 9 429 510 388 898 20 22 42 940 2 TUNGGULARUM 161 265 278 543 4 6 4 10 20 18 38 39 46 85 44 24 68 1 0 1 206 139 170 309 16 12 28 337 7 JUMLAH 161 265 278 543 4 6 4 10 20 18 38 39 46 85 44 24 68 1 0 1 206 139 170 309 16 12 28 337 JUMLAH (TURI) 522 1003 909 1912 7 24 20 44 67 55 122 132 14 280 90 82 172 5 5 10 635 649 558 1207 36 34 70 1277 8 JUMLAH PENDUDUK terancam awan panas 3832 6286 6374 1266 43 101 89 190 416 40 825 762 77 1532 66 79 1461 60 40 100 4144 3957 3908 7865 32 32 651 8516 9 0 5 6 5 6 JUMLAH POTENSI 1

TABEL PERKIRAAN DAMPAK LETUSAN GUNUNG MERAPI TERHADAP PENDUDUK JIWA KK PRIA WANITA JML BUMIL KELOMPOK RENTAN BAYI BALITA ANAK-ANAK LANSIA DIFABEL JUMLAH KELP RENTAN DEWASA POTENSI USIA 13-16 TH/SMP L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML JUMLAH POTENSI JUMLAH PENDUDUK TERANCAM AWAN 1808 2983 3139 6122 19 34 36 70 200 228 428 382 373 755 329 372 701 36 17 53 2026 1828 1913 3741 174 181 355 4096 PANAS PAKEM JUMLAH PENDUDUK TERANCAM AWAN 1502 2300 2326 4626 17 43 33 76 149 126 275 248 249 497 246 342 588 19 18 37 1483 1480 1437 2917 115 111 226 3143 PANAS CANGKRINGAN JUMLAH PENDUDUK TERANCAM AWAN 522 1003 909 1912 7 24 20 44 67 55 122 132 148 280 90 82 172 5 5 10 635 649 558 1207 36 34 70 1277 PANAS TURI JUMLAH PENDUDUK terancam awan panas 3832 6286 6374 12660 43 101 89 190 416 409 825 762 770 1532 665 796 1461 60 40 100 4144 3957 3908 7865 325 326 651 8516 % MENINGGAL 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 JUMLAH PENDUDUK MENINGGAL PAKEM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH PENDUDUK MENINGGAL 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 CANGKRINGAN JUMLAH PENDUDUK MENINGGAL - TURI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH PENDUDUK MENINGGAL 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 % SAKIT (ISPA, DIARE, SAKIT MATA) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 JUMLAH PENDUDUK SAKIT PAKEM 181 298 314 612 2 3 4 7 20 23 43 38 37 76 33 37 70 4 2 5 203 183 191 374 17 18 36 410 JUMLAH PENDUDUK SAKIT 150 230 233 463 2 4 3 8 15 13 28 25 25 50 25 34 59 2 2 4 148 148 144 292 12 11 23 314 CANGKRINGAN JUMLAH PENDUDUK SAKIT TURI 52 100 91 191 1 2 2 4 7 6 12 13 15 28 9 8 17 1 1 1 64 65 56 121 4 3 7 128 JUMLAH PENDUDUK SAKIT 383 629 637 1266 4 10 9 19 42 41 83 76 77 153 67 80 146 6 4 10 414 396 391 787 33 33 65 852 %MENGUNGSI 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 JUMLAH PENDUDUK MENGUNGSI 1808 2983 3139 6122 19 34 36 70 200 228 428 382 373 755 329 372 701 36 17 53 2026 1828 1913 3741 174 181 355 4096 PAKEM JUMLAH PENDUDUK MENGUNGSI 1502 2300 2326 4626 17 43 33 76 149 126 275 248 249 497 246 342 588 19 18 37 1483 1480 1437 2917 115 111 226 3143 CANGKRINGAN JUMLAH PENDUDUK MENGUNGSI TURI 522 1003 909 1912 7 24 20 44 67 55 122 132 148 280 90 82 172 5 5 10 635 649 558 1207 36 34 70 1277 JUMLAH PENDUDUK MENGUNGSI 3832 6286 6374 12660 43 101 89 190 416 409 825 762 770 1532 665 796 1461 60 40 100 4144 3957 3908 7865 325 326 651 8516 1

1

b. Sarana dan Prasarana Bencana Erupsi Gunung Merapi diperkirakan juga akan mengancan fasilitas atau prasarana serta aset yang berada di wilayah kawasan rawan bahaya c. Ekonomi Dari sektor ekonomi diperkirakan bencana erupsi Gunung merapi yang terjadi selama 2 bulan akan mempunyai dampak berupa : KERUSAKAN KEGIATAN EKONOMI KELUMPUHAN Kecamatan pakem 2 Kegiatan perekonomian 2 bulan (Tlogoputri &Kaliurang) Kecamatan turi 1 kegiatan ekonomi masy. 2bulan (desa wisata) Kecamatan Cangkringan 1 Kegiatan ekonomi masy. ( lava tour Kaliadem) 2 bulan d. Pemerintahan Dampak bencana yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pemerintahan, terutama terganggunya fungsi administrasi karena sebagian besar aparat pemerintah menyelenggarakan tanggap darurat dan lokasi kantor untuk pengungsian. 1

e. Lingkungan Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa Hutan, kebun, peternakan dan Pertanian. Berikut skenario yang ditimbulkan: 1

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI Dalam rencana kontijensi bencana Erupsi Gunung merapi Pemerintah Kabupaten Sleman mengambil beberapa kebijakan yang merupakan penetapan landasan kegiatan untuk mencapai penanggulanagan bencana yang efektif dan strategi untuk dikoordinasikan ke segenap jajaran yang terkait, dengan perincian sebagai berikut : a. Kebijakan 1. Minimalisasi korban meninggal ( road to zero victim) 2. Penanganan bencana alam berbasiskan komunitas masyarakat. 3. Titik berat kegiatan penanganan bencana banyak dilakukan pada fase pra bencana (pengurangan resiko bencana) 4. Memadukan mitigasi fisik dan mitigasi non fisik. 5. Memberikan perlindungan perhatian khususnya kelompok rentan, serta memenuhi kebutuhan dasar secara realistis. 6. Memberikan penyelamatan dan perlindungan kepada masyarakat sesuai skala prioritas tanpa diskriminasi 7. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego sektor 2

8. Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan anatar negara dalam menggalang bantuan, dengan tetap memperhatikan etika kebangsaan b. Strategi 1. Membentuk Posko Utama di Pakem sebagai fungsi manajemen dan koordinasi penanganan bencana. 2. Memenuhi pelayanan logistik dengan mendirikan posko-posko, tenda pengungsian dilengkapi dapur umum dengan tetap memperhatikan kelompok rentan. 3. Memenuhi pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan posko kesehatan di setiap barak pengungsian dan balai kesehatan lain. 4. Memenuhi pelayanan sarana-prasarana kehidupan (transport, tempat tinggal sementara, sanitasi) di barak/tenda pengungsian (MCK, air bersih), dengan tetap memperhatikan kelompok rentan. 5. Mengidentifkasi jenis-jenis bantuan, menghimpun bantuan serta mendistribuikannya 6. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan 7. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikan dalam penanganan bencana 8. Evakuasi korban, meninggal dunia dan yang masih hidup melalui relawan, tim SAR, LSM, dll 2

9. Penanganan Pengungsi (tenda, logistik, sarana dan prasarana lainnya), lembaga terkait 10. Mengidentifikasi negara-negara yang memungkinkan memberikan bantuan secara sukarela 11. Menyebarluaskan informasi tentang bencana yang terjadi melalui, media cetak, elektronik dan telematika 2

BAB V PERENCANAAN SEKTORAL Perencanaan sektoral ditujukan untuk mencapai penanganan bencana alam yang dapat melindungi segenap masyarakat. Perencanaan sektoral dilakukan sebagai fungsi manajemen penanganan bencana yang telah melakukan evaluasi terhadap tingkatan ancaman yang terjadi, prinsip evakuasi pengungsian untuk perlindungan masyarakat sementara, dan akan menata kembali kehidupan setelah pasca bencana. Perencanaan sektoral terdiri atas: 1. Sektor manajemen dan koordinasi 2. Sektor kesehatan 3. Sektor sarana prasarana 4. Sektor logistik 1. Sektor Manajemen dan Koordinasi a. Situasi Bencana erupsi Gunung Merapi, diperkirakan akan membuat keadaan dan situasi daerah tidak terkendali sehingga memerlukan penanganana bencana alam yang efisien dan terpadu. Dalam simulasi dampak diperkirakan terjadi gelombang pengungsian sebanyak 12660 orang yang terdiri atas 4144 kelompok rentan dan 8516 kelompok usia produktif. Beberapa mekanisme penanggulangan harus diperhitungkan, karena adanya sistem yang tidak berfungsi akibat bencana. Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengendalikan, mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan penanggulangan. 22

Sektor manajemen selaku wadah koordinasi pelaksana penanggulangan bencana di Kabupaten dan sistim POSKO yang dilakukan dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kelurahan. Sektor manajemen dan koordinasi melakukan tindakan berdasarkan Prosedur Tetap Erupsi Gunung Merapi yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati Sleman No.83/kep.KDH/A/2006 tentang Mekanisme Penanganan Bencana Gunungapi Merapi a. Sasaran Mengadakan koordinasi dengan seluruh instansi terkait Terkendalinya penanganan bencana Terkendalinya pelaksanaan evakuasi mandiri secara efektif dan efisien sehingga dicapai: a. Terselamatkannya dan terevakuasinya korban bencana sejumlah 12660 orang. b. Terevakuasinya serta teridentifikasinya korban yang meninggal dunia. c. Terkoordinasikannya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang hilang. Terkendalinya sistim keamanan lingkungan kawasan rawan bencana Terkendalinya logistik pengungsi Terkendalinya upaya penanganan kesehatan pengungsi Terkoordinirnya upaya penanggulangan bencana dan bantuan yang mengalir Terdatanya kerugian dan korban akibat bencana 23

c. Kegiatan NO KEGIATAN PELAKU WAKTU 1 2 Mendirikan Posko Aktivasi manajemen dan koordinasi DINAS P3BA DINAS P3BA, TNI,POLRI,POL PP,Kesehatan, Telematika, Kimpraswil,Nakersos Setelah adanya tanda-tanda bencana Jika terjadi tandatanda bencana 3 Mengkoordinasikan kegiatan sektoral untuk 4 Membuat laporan menyeluruh 5 Memberikan arah kelaksanaan DINAS P3BA, TNI,POLRI,POL PP,Kesehatan, Telematika, Kimpraswil,Nakersos DINAS P3BA, TNI,POLRI,POL PP,Kesehatan, Telematika, Kimpraswil,Nakersos BUPATI, SEKDA, ASISTEN, DINAS P3BA, TNI,POLRI,POL PP,Kesehatan, Telematika, Kimpraswil,Nakersos Setiap hari Setiap hari Setiap hari 6 Menerima dan menyampaikan DINAS P3BA, TNI,POLRI,POL PP,Kesehatan, Telematika, Kimpraswil,Nakersos Setiap saat informasi terbaru 24

d. Proyeksi Kebutuhan JUMLAH KETERANGAN NO JENIS SATUAN YANG PERSEDIAAN LOKASI KEKURANGAN/ DIBUTUHKA KECUKUPAN KEBUTUHAN N FUNGSI 100 KODIM 0732 78 PMI Sleman 573 POLRES 125 Pol PP dan Tibmas 70 SAR kaliurang 90 Dinas P3BA 351 Linmas/Pamong Pakem Cangkringan 105 Linmas/Pamong 180 Linmas/Pamong Turi 34 Kec. Cangkringan 34 kec. Pakem Manajemen, 1 Personil/relawan orang 34 Kec. Turi Asesor, 1266 terlatih =1:10 48 Tagana cukup evakuator, 88 pengamanan, Pasag Merapi 150 Komunitas Lereng Merapi 0 Kappala 30 Dinas kimpraswilhub 20 Dinas nakersos KB 20 Cakra 10 ORARI Pakem 70 SKSB 85 Pramuka 1050 Aktivis Pramuka 15 Telematika 3360 Jumlah 5 Dinas P3BA 5 Dinas Pol PP dan Tibmas 3 kec. Rawan bencana 14 kec. lain 1 Bappeda 3 Sekretariat Transportasi 2 Mobil unit 100 2 BPKKD 54 manajemen/ 5 Dinkes Sleman relawan 2 Dinas Kimpraswilhub 3 KODIM 0732 1 SAR kaliurang 2 telematika 46 jumlah 23 Polres Sleman 20 Dinas P3BA 3 Sepeda Motor unit 133 10 Dinas Pol PP Transportasi 50 KODIM 0732 cukup manajemen/ 5 Telematika relawan 10 Kelurahan rawan bencana 50 milik pribadi 168 jumlah 4 Repeater unit 1 Telematika CUKUP komunikasi 1 Dinas P3BA 25

5 Rig HT unit 6 HT unit RASIO 1 REPETAER 80 HT 1 Rakom Kec. 1 Dinas Pol PP 1 SKSB/Jambu 5 jumlah 2 Posko Pakem 2 Posko bayu 17 Kecamatan 21 Jumlah 20 Dinas P3BA 8 DinasPol PP dan Tibmas 19 Dinas Kimpraswilhub 4 Dinas Nakersos 18 Kec. Cangkringan 17 Kec. Pakem 15 Kec. Turi 10 Kec. Tempel 11 Kec. Prambanan 15 Telematika 8 PMI Sleman 43 kec. Lain 20 KODIM 0732 15 Polres 4 Dinkes Sleman 24 Puskesmas 1 kwarcab Sleman 1 RS Panti Nugroho 30 KLM 19 SKSB 31 Milik Masy Turi - KRB III,II 46 Milik Masy Pakem - KRB III,II 23 Milik Masy Cangkringan- KRB III,II CUKUP Cukup; dengan catatan bahwa harus ada pembagian saluran frekuensi komunikasi komunikasi 31 SAR kaliurang 433 jumlah 7 megaphone unit 5 5 Dinas P3BA Cukup komunikasi 8 Computer unit 8 Cukup manajemen 8 Dinas P3BA 9 Senter Besar unit 4 4 Dinas P3BA Cukup sarpras 10 internet unit 1 1 Dinas P3BA Cukup sarpras 11 Papan data unit 1 1 Dinas P3BA Cukup sarpras 12 Peta unit 5 5 Dinas P3BA Cukup sarpras 13 Filing Cabinet unit 2 2 Dinas P3BA Cukup sarpras 14 Kamera unit 2 2 Dinas P3BA Cukup sarpras 15 line 9 kantor bupati komunikasi Telepon -fax (PABX dan PSTN) 4 Muspida 10 Sekretariat Daerah 28 Bagian sekretariat 5 Sekretariat DPRD 18 DPRD 9 Dinas Kimpraswilhub 9 Dinas P3BA 14 Dinas Pertanian - Kehutanan 16 Dinas P2KPM 7 Dinas Kesehatan 26

14 Dinas pendidikan 18 Dinas Nakersos KB 12 Dinas Pol PP dan Tibmas 8 Dinas Budpar 8 Bappeda 7 Bawasda 19 BPKKD 6 BPPD 18 BKD 4 RSUD Murangan 31 Milik Masy Pakem - KRB III,II 10 milik masy Turi - KRB III,II 1 SAR kaliurang 285 Jumlah 2. Sektor Kesehatan Apabila terjadi bencana erupsi Gunung Merapi, diperkirakan akan terdapat penduduk yang menderita luka bakar, penyakit ISPA, Conjuctivitis, Diare, diperkirakan jumlah pasien 10% dari jumlah pengungsi, yaitu sekitar 1266 orang. Di samping korban, bencana juga akan mengakibatkan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan yang hancur atau rusak, sehingga pelayanan kesehatan tidak dapat dilakukan secara optimal. b. Sasaran Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal c. Kegiatan NO. KEGIATAN PELAKSANA WAKTU 27

1 Menyiapkan Tim Kesehatan a. Tim reaksi cepat pelayanan kesehatan b. Tim penilaian cepat kesehatan Dinkes Kab. RSUD, PMI Hari pertama kejadian 2 Menyiapakan paket obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan Dinkes Kab., RSUD s.d.a 3 Membentuk pos kesehatan 4 5 6 7 Mengaktifkan Puskesmas dan pos pelayanan kesehatan barak selama 24 jam Menyiapkan ambulance Menyiapkan rumah sakit lapangan Pelayanan rujukan Dinkes, PMI, RSUD Dinkes Kab Dinkes Kab., RSUD RSUD Dinkes Kab., RSUD Hari kedua dan ketiga Hari pertama kejadian s.d.a s.d.a s.d.a + Pos PPPK Turi + Pos PPPK Pakem + + Pos PPPK Cangkringan + + RSUD Sleman + + RS Swasta Wilayah Sleman + + RS Panti Nugroho + + RS Sardjito + RS Ghrasia + + Gudang Penerimaan bantuan Obat,Alkes,PMTdi Ex BKKBN (Pj.Suprihanto, B.Sc) c. Proyeksi Kebutuhan Gambar 6. Alur Pelayanan Kesehatan 28