BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (2010) remaja. merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik bagi masa depan negara. Oleh karena itu banyak pihak yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial. Selanjutnya masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Pada masa remaja ini ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi, masa remaja seringkali dihubungkan dengan penyimpangan dan tingkah laku tidak wajar (Pieter, 2012). Perkembangan dimasa remaja diawali oleh interaksi antara faktor-faktor genetik, biologis, lingkungan, dan sosial (Santrock, 2012). Dalam lingkungan masyarakat, perbedaan etnik, budaya, gender, sosialekonomi, usia, dan gaya hidup memengaruhi perlintasan hidup aktual dari setiap remaja (Schlegel dkk, 2010). Jumlah remaja di dunia saat ini mencapai 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, 1

2 seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun diindonesia sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk (Sensus penduduk, 2010). Dalam proses perkembangannya, remaja seringkali mengalami berbagai masalah dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu lingkungan sekolah, luar sekolah dan masyarakat. Permasalahan yang terjadi pada remaja dapat berupa kenakalan yang bersifat biasa, seperti: berkelahi, membolos sekolah, kabur dari rumah, berbohong, menyontek, keluyuran tanpa tujuan, kebut-kebutan, membaca buku porno, merokok di sekolah, sampai pada kenakalan yang bersifat khusus seperti: minum-minuman keras, berjudi, melakukan sex bebas, mencuri dan lain-lain (Kartono, 2011). Kenakalan remaja diartikan sebagai perilaku yang melanggar kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun (Mussen, 2006). Dampak dari kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja antara lainkebiasaan tersebut akan sangat sulit untuk diubah kedepannya sehingga akan membentuk kepribadian atau akhlak yang buruk bagi remaja tersebut, remaja yang melakukan tindakan yang menyimpang juga akan dihindari bahkan dikucilkan oleh banyak orang, sehingga remaja tersebut bisa mengalami gangguan jiwa, yang dimaksud dengan gangguan jiwa disini bukanlah gila, tapi ia akan merasa terasing dari kehidupan bersosialisasi yang ada disekitarnya, yang akhirnya ia akan merasa sangat sedih, bahkan membenci orang-orang disekitarnya. Akibat lain yang ditimbulkan dari

3 kenakalan remaja adalah keluarga yang harus menanggung malu (Kartono,2010). Biasanya seorang anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya, tidak menuntut kemungkinan bagi para remaja yang telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas akan terjangkit suatu penyakit yang mematikan seperti HIV/AIDS dan sebagainya. Hal ini akan mengakibatkan masa depan remaja akan suram. Hal ini terjadi karena, kebanyakan dari mereka yang sudah terlanjur terjerumus ke dalam pergaulan bebas, hidup mereka perlahan akan kacau yang akhirnya dapat menyebabkan kehancuran bagi masa depan mereka dan tidak sempat memperbaikinya. Orang tua atau keluarga, guru di sekolah, dan teman-teman sejawat adalah orang-orang yang sangat berperan penting dalam kehidupan para remaja. Keikutsertaan mereka dalam mengontrol seorang remaja, bisa berdampak cukup besar demi mencapai masa depan yang lebih cerah (Kartono,2010). Kenakalan remaja dipengaruhi faktor-faktor oleh identitas diri, pengendalian diri rendah, usia, jenis kelamin, rendahnya harapan bagi pendidikan, pengaruh teman sebaya, status ekonomi rendah, peran orang tua, dan kualitas lingkungan rumah (Santrock, 2007). Teman sebaya merupakan faktor yang kuat dalam mempengaruhi kenakalan remaja (Burt & Klump, 2013). Teman sebaya yang bersifat negatif dalam pencarian identitas diri, dapat menimbulkan kegagalan sehingga menimbulkan kenakalan remaja atau

4 perilaku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan masyarakat (Hidayati, 2016). Teman sebaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja reperti pilihan aktivitas, penampilan, bahasa yang digunakan dan nilai-nilai yang dianut banyak sekali perilaku yang muncul pada remaja hanya karena mengikuti norma yang ada pada kelompoknya, contohnya mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang, merokok, membolos, tawuran, dan lain-lain Hurlock (2012). Pengaruh teman sebaya dalam pengembangan dan pembentukan identitas dirinya dianggap penting karena dengan teman sebayalah biasanya remaja banyak menghabiskan waktunya untuk saling bertukar informasi tentang dunia luarnya. Hal ini akan berpengaruh pada pemikiran remaja dalam mengembangkan siapa dirinya dan apa yang harus dia lakukan menjadi seseorang yang diinginkannya. Penyebab lain dari kenakalan remaja adalah kegagalan remaja dalam pembentukan identitas dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Harga diri merupakan perbandingan antara ideal-self dengan real-self. Menurut Maslow, harga diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memotivasi tingkah lakunya. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan harga diri dapat menyebabkan seseorang sulit mencapai kebahagiaan. Remaja yang memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri dan individu yang memiliki harga diri rendah, akan menunjukkan penghargaan buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan

5 lingkungan sosial dan akhirnya menimbulkan perilaku-perilaku menyimpang yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Stuart & Sundeen, 1991 dan Keliat, 1995). Akibat memilki harga diri yang negatif yaitu mudah merasa cemas, stress, merasa kesepian dan mudah terjangkit depresi, dapat menyebabkan masalah dengan teman baik dan sosial, dapat merusak secara serius akademik dan penampilan kerja, membuat underchiver dan meningkatkan perilaku menyimpang yaitu perkelahian, tawuran, penggunaan obat-obat dan alkohol (Clemes & Bean, 2001) Remaja yang memiliki harga diri rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Disamping itu remaja dengan harga diri rendah cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapai respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia. Pada remaja yang memiliki harga diri rendah inilah sering muncul perilaku rendah. Berawal dari perasa tidak mampu dan tidak berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolaholah membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya. Dari sinilah kemudian muncul penyalahgunaan obat-obatan, berkelahi, tawuran, yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan (Clemes & Bean, 2001).

6 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cohen & Prinstein, pada tahun 2006 dan 2007 mengungkapkan remaja yang tidak yakin akan identitas sosialnya akan lebih menyesuaikan diri dengan kawan sebayanya (Santrock, 2012). Dalam penelitian yang dilakukan dikorea yang berjudul faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah faktor harga diri (Mijeong, et all, 2014). Kawan sebaya juga lebih menyesuaikan diri ketika ada seseorang yang menurut mereka statusnya lebih tinggi dibandingakn dengan dirinya sendiri (Santrock, 2012). Remaja lebih suka menilai sesuatu dan bertindak atas pandangan dan penilaiannya sendiri. Remaja tidak membedakan antara hal-hal atau situasisituasi yang dipikirkannya sendiri dengan yang dipikirkan orang lain (Mussen, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Falkenbach, et al yang berjudul Penggunaan Harga Diri Untuk Menjelaskan Psikopat, Narsism, dan Agresif pada tahun 2012 didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara harga diri yang rendah dengan psikopat, narsis, dan agresif. Kemudian berdasarkan jurnal yang berjudul Peran Memungkinkan Diri berhubungan dengan Pengaruh Teman Sebaya dan Kenakalan pada tahun 2015 yang dilakukan oleh Pierce, et al didapatkan hasil ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dan kenakalan remaja. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Laursen, et al pada tahun 2012, yang berjudul pengaruh teman yang berlebihan pada masalah remaja didapatkan hasil teman dekat sangat mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja. Kemudian dalam penelitian

7 yang dilakukan Sugianto (2013) yang berjudul hubungan konformitas negatif teman sebaya dengan kenakalan remaja didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara konformitas negatif teman sebaya dengan kenakalan remaja. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa harga diri dan teman sebaya sangat berperan dalam mempengaruhi individu dalam mengartikan dan mengatur setiap peristiwa dan pengalaman yang mendorong lahirnya gagasan-gagasan, rencana-rencana serta tingkah laku yang sesuai dalam kehidupan remaja. Peran teman sebaya sangat berpengaruh pada perilaku untuk menunjukkan identitas dirinya, agar dapat diterima dan diakui oleh kelompok. Dan kelompok remaja yang bersifat negatif dalam pencarian identitas diri, dapat menimbulkan kegagalan sehingga menimbulkan kenakalan remaja yang tidak dapat diterima oleh lingkungan masyarakat. Beberapa perilaku kenakalan remaja adalah remaja yang melanggar status, membahayakan diri sendiri, menimbulkan korban materi pada orang lain, dan menimbulkan korban fisik pada orang lain. Perilaku melanggar status merupakan perilaku dimana remaja suka melawan orang tua, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit. Perilaku membahayakan diri sendiri, antara lain: mengendari kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, menggunakan narkotika, menggunakan senjata tajam, keluyuran malam, dan pelacuran. Perilaku menimbulkan korban materi, yaitu perilaku yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, misalnya: mencuri dan mencopet, merampas Perilaku menimbulkan korban fisik pada orang lain adalah perkelahian, menempeleng, menampar, melempar benda keras, mendorong

8 sampai jatuh, menyepak, dan memukul dengan benda (Jensen dalam Sarwono, 2001). Dalam kenakalan remaja, remaja laki-laki banyak terlibat dalam kenakalan dibandingkan perempuan, tetapi dari data yang didapatkan bahwa presentase kenakalan remaja di AS yang melibatkan perempuan meningkat dari 19% menjadi 27% pada tahun 2005 (Santrock, 2012). Di Indonesia perilaku kenakalan remaja mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terhitung sejak Januari hingga Oktober 2012, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya, pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun. Peningkatan dari segi kuantitas dilihat pada tahun 2013 tercatat sekitar 3100 orang remaja yang terlibat dalam kasus kriminalitas, serta pada tahun 2014 dan 2015 yang meningkat menjadi 3.300 dan sekitar 4.200 remaja. Sedangkan dari segi kualitas terdapat 38 kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor, yang mengakibatkan 28 orang tewas dan 24 orang mengalami luka-luka (Neta S Pane, 2014). Terjadi peningkatan kenakalan remaja di DKI Jakarta, total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2015 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2014 hanya 30 kasus (Polda metro, 2016). Situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberitakan bahwa dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga 800.000 pelakunya adalah remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) juga menemukan bahwa jumlah pengguna narkoba

9 sebesar 1.5% dari populasi remaja Indonesia yang mencapai 30% dari jumlah penduduk indonesia atau 3.2 juta orang (Bkkbn, 2015 ). Berdasarkan fenomena tersebut, remaja perlu mendapatkan perhatian yang serius karena remaja termasuk usia sekolah dan usia kerja yang dalam usia tersebut remaja seharusnya belajar dan menghasilkan karya-karya yang kreatif dan bisa menjadi anak yang membanggakan orang tua. Remaja yang nakal juga disebabkan karena pengaruh teman sebaya, pengaruh lingkungan dan kelompok dalam kehidupan remaja memegang peranan yang cukup besar dalam menentukan perilakunya. Di kota Padang terjadi peningkatan kasus kenakalan remaja, seperti kasus narkoba pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 2 kasus, pada tahun 2014 sebanyak 4 kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak 6 kasus. Begitu pula dengan terjadinya tawuran antar pelajar yang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 128 kasus, 2011 sebanyak 330 kasus dan pada bulan januari sampai juni 2012 sebanyak 139 kasus (Padang Media, 2013). Di Padang aksi tawuran mengakibatkan empat pelajar mengalami luka tusuk. Korban sendiri mengaku tidak mengenal pelaku yang juga berstatus pelajar. Para pelajar itu ditangkap karena melakukan tawuran di beberapa kawasan di Kota Padang di Masjid Nurul Iman, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol, Simpang Alai dan di kawasan Simpang Haru (Padang media, 2015). Berdasarkan data yang didapat dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang bentuk kenakalan yang banyak terjadi pada remaja dikota padang

10 pada tahun 2014 tercatat 324 kasus kenakalan remaja dengan rata-rata kasus judi, bolos, serta tawuran, dan pada tahun 2015 tercatat 453 kasus dengan rata-rata kasus adalah membolos, merokok, main warnet, main game, main PS, minuman keras, pacaran, main koa, tawuran dan terindikasi tawuran, dari data tersebut ada tiga sekolah yang paling sering melakukan kenakalan dikota padang, yaitu SMK N 1 Padang, dimana sekolah ini melakukan 42 kasus membolos, 22 kasus tawuran, dan 19 siswa main koa, SMK N 5 Padang melakukan 38 kasus membolos, 17 kasus tawuran dan 3 kasus minuman keras, dan sekolah SMA PGRI III melakukan 18 kasus membolos, 13 kasus tawuran, dan 9 kasus main domino. Polisi Pamong Praja Kota Padang mencatat perilaku kenakalan remaja rata-rata dilakukan oleh siswa SMK di kota Padang. Peneliti mengambil SMK N 1 Padang karena SMK N 1 Padang merupakan sekolah yang pelajarnya paling sering membolos dan tawuran pada tahun 2015. Sekolah SMK N 1 padang berlokasi didaerah Lubuk Lintah, dimana siswa SMKN 1 Padang lebih banyak siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru BK SMK N 1 Padang kenakalan paling sering dilakukan oleh siswa kelas XI, karena siswa kelas XI merasa sudah bebas dari statusnya sebagai anak baru (Kelas X), sehingga siswa berani melakukan kenakalan-kenakalan termasuk meminta uang kepada siswa baru yaitu siswa kelas X. Sedangkan siswa kelas XII tidak berani lagi melakukan tindakan kenakalan karena jika mereka melakukan kenakalan mereka akan terancam tidak bisa mengikuti UN. Berdasarkan hasil

11 wawancara dengan 15 orang siswa SMK N 1 Padang tanggal 01 April 2016, didapatkan data yang berkaitan dengan kenakalan remaja, dimana 46,67% (7 siswa) mengaku sering membolos, pergi kewarnet dan pergi bermain futsal, 13,33% (2 siswa) mengaku pernah melawan kepada guru, 13,33% (2 siswa ) mengaku pernah ikut tawuran dan 26,67% (4 siswa) mengaku suka menjahili teman. Data mengenai pengaruh teman sebaya didapatkan 46,67% (7 siswa) mengaku melakukan kenakalan karena banyak teman yang melakukan tindakan kenakalan sehingga siswa juga ingin melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan teman-temannya, dan 20% (3 siswa) mengaku karena bosan dan stres dengan pelajaran yang sedang berlangsung sehingga siswa cabut dari sekolah, data harga diri rendah didapatkan 33,3 % (5 siswa) mengaku rendah diri karena teman yang lebih ganteng dan baik dari dia. Sehingga siswa yang malu dan merasa rendah diri tersebut tidak bias mnerima dirinya sendiri sehingga akhirnya siswa tersebut membully teman yang lebih dari dia. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas peniliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pergaulan Teman Sebaya dan Harga Diri dengan Kenakalan Remaja di SMKN 1 Padang. Mengingat semakin besarnya masalah yang dihadapi oleh para remaja, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keterkaitan antara harga diri, peran lingkungan sosial berupa teman sebaya dengan perilaku kenakalan remaja pada siswa SMKN 1 Padang pada tahun 2016.

12 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditemukan adalah Apakah ada hubungan pergaulan teman sebaya dengan kenakalan remaja dan Apakah ada hubungan antara harga diri dengan kenakalan remaja. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pergaulan teman sebaya dan harga diri dengan kenakalan remaja di SMK N 1 Padang. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi pergaulan teman sebaya b. Diketahuinya distribusi frekuensi harga diri c. Diketahuinya distribusi frekuensi kenakalan remaja d. Diketahuinya hubungan pergaulan teman sebaya dengan kenakalan remaja e. Diketahuinya hubungan harga diri dengan kenakalan remaja D. Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dan dapat menjadi bahan diskusi dan masukan sebagai tambahan referensi

13 konseptual pada materi perkuliahan di kelas, serta dapat dikembangkan pada praktek penelitian selanjutnya di lapangan. 2. Bagi sekolah Bagi para guru, sebagai masukan konstruktif dalam upaya pemberian bantuan kepada siswa secara tepat, baik secara preventif maupun kuratif untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa memilih peragaulan yang harus ditiru atau diikuti oleah siswa dan juga supaya siswa tidak merasa minder dan iri kepada temanny, dimana pelaksanaannya tidak hanya mencapai kurikulum saja tetapi sesuai dengan kebutuhan dan harapan seluruh siswa dan menghindari segala bentuk kenakalan remaja. 3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang topik yang sama, diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan dan sumbangan pemikiran.