POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Petunjuk Teknis POTENSI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

Potensi dan Keragaman Karakter Kambing Kacang, Peranakan Ettawa (PE) dan Gembrong di Bali

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

KARAKTERISTIK MORFOLOGIK KAMBING SPESIFIK LOKAL DI KABUPATEN SAMOSIR SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PENETAPAN RUMPUN KAMBING MARICA SEBAGAI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL ASLI SULAWESI SELATAN Oleh : M. Nuryadi

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL SECARA EX-SITU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

Barat pada kurun waktu SM. Jadi sebagai ternak, kambing lebih tua

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

KOMPARATIF MORFOLOGIK KAMBING. Balai Penelitian Temak, P.O. Box 121, Bogor RINGKASAN

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. ini maka pengembangan usaha peternakan skala kecil perlu mendapat perhatian

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

Transkripsi:

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA ARON BATUBARA 1, M. DOLOKSARIBU 1 dan BESS TIESNAMURTI 2 1 Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, PO Box 1, Galang 20585 2 Balai Penelitian Ternak Ciawi, Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Potensi keragaman sumberdaya genetik kambing lokal di Indonesia belum begitu banyak dieksplorasi. Sampai saat ini secara umum orang hanya mengetahui kambing lokal Indonesia hanyalah kambing Kacang dan Peranakan Ettawah (PE). Sementara setelah masuknya kambing dari luar ke Indonesia dalam jangka waktu yang sudah lama sehingga dapat berinteraksi dengan kondisi agro-ekosistem spesifik lokasi dan tatalaksana pemeliharaan yang begitu beragam di daerah-daerah membuat keragaman sumberdaya genetik kambing menjadi sangat kaya dan beragam. Dari keseluruhan potensi keragaman sumberdaya genetik yang ada, sampai saat ini baru 7 bangsa kambing lokal yang sudah di karakterisasi antara lain: kambing Marica, Muara, Samosir, Kosta, Gembrong, Peranakan Ettawah (PE) dan kambing Kacang. Beberapa plasma nutfah kambing dilaporkan hampir punah (Gembrong, Marica dan Muara) sementara belum banyak dieksplorasi potensi genetiknya, sehingga perlu dipikirkan upaya pelestarian secara in-situ maupun ex-situ serta penelitian tentang pemanfaatan potensi genetiknya untuk pengembangan bibit kambing unggul. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi untuk mengkarakterisasi potensi sumberdaya genetik kambing lokal Indonesia lainnya. Kata kunci: Potensi, sumberdaya genetik, kambing lokal, Indonesia PENDAHULUAN Sebagai Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia masih miskin dalam hal koleksi plasma nutfah. Sistem pengelolaan plasma nutfah dan kebijakan yang mendukungnya sangat minim (KPN, 2006). Plasma nutfah merupakan sumberdaya genetik tak ternilai yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan menjadi bibit unggul. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang nomor 12 Tahun 1992, plasma nutfah merupakan substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat diman-faatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Untuk memanfaatkan sumberdaya alam tak ternilai tersebut, langkah awal yang harus dilakukan adalah identifikasi plasma nutfah yang dimiliki. Setelah itu mengkoordinasikan pengelolaan database plasma nutfah, dan membangun komunitas jaringan kerja data base. Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah adalah ternak kambing. Meskipun kambing telah mengabdi kepada manusia sejak dahulu kala dan terdapat dalam jumlah besar, tersebar luas di berbagai daerah tropis, kambing sedikit sekali mendapat perhatian ilmiah. Kambing bertahan hidup dan berbiak silang dalam isolasi genetik, dan produktivitas potensial dari banyak jenis kambing masih perlu digali. Dibandingkan dengan hewan ternak lainnya, kambing sering kali menjadi prasangka buruk dan ketidak pedulian, tetapi walaupun demikian kambing telah memenuhi sebagian besar tugasnya dalam memproduksi susu, daging, bulu, kulit dan produk lainnya bagi sebagian populasi manusia (DEVENDRA dan BURNS, 1984). Pada mulanya penjinakan kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy), dan Makhor goat atau kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar. 206

Ternak kambing sebagai salah satu kekayaan sumberdaya genetik di Indonesia belum banyak diketahui. Menurut SUBANDRYO (2004) ada dua rumpun kambing yang dominan di Indonesia yakni kambing Kacang dan kambing Etawah. Kambing Kacang berukuran kecil sudah ada di Indonesia sejak tahun 1900- an dan kambing Etawah tubuhnya lebih besar. Kemudian ada juga beberapa jenis kambing yang didatangkan ke Indonesia pada masa jaman pemerintahan Hindia Belanda dalam jumlah kecil sehingga menambah keragaman genetik kambing di Indonesia. Sejalan dengan bertambahnya bangsa kambing maka lama kelamaan terjadilah proses adaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik sesuai dengan lingkungan dan manajemen peme-liharaan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian terjadi evolusi yang membuka kemungkinan munculnya jenis kambing yang baru. Untuk tujuan pelestarian kekayaan plasma nutfah dan pengembangan potensi bibit unggul sangat perlu dilakukan kegiatan eksplorasi, karakterisasi, koleksi dan evaluasi keragaman sumber daya genetik kambing di Indonesia. KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING INDONESIA Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan sudah melakukan penelitian karakterisasi beberapa kambing lokal Indonesia, berikut ini 6 bangsa kambing yang sudah dikarakterisasi karakteristik penotipenya, dan akan dilanjutkan untuk penelitian di beberapa daerah lagi. Diharapkan penelitian ini dapat berkembang dan peneliti dari universitas maupun lembaga penelitian lain juga turut berpartisipasi untuk mengeksplorasi plasma nutfah kambing yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kambing Marica Kambing Marica merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka (endargement). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, keragaman karakteristik morfologik kambing Marica ini hampir mirip dengan kambing Kacang, namun ada perbedaan yaitu penampilan tubuh lebih kecil dibandingkan kambing kacang, telinga berdiri menghadap samping arah ke depan, tanduk relatif kecil dan pendek. Kambing Marica mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatubatu. Daerah sebaran kambing Marica dapat dijumpai di Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopheng dan daerah Makassar di sekitar Propinsi Sulawesi Selatan. Karakteristik morfologis rataan ukuran tubuh bagian luar kambing Marica dari hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik morfologis rataan ukuran tubuh tubuh kambing Marica Uraian Umur (bulan)/gigi seri tetap( pasang gigi) ± 6 ± 9 1 psg 2 psg >3 psg Induk Pejantan n 4 6 5 4 6 11 4 Bobot (kg) 12,5 16,3 21,5 27,8 28,5 26,2 24,8 Panjang badan 48,3 53,5 62,3 64,6 67,6 66,4 58,6 Tinggi pundak 46,2 53,3 62,8 67,6 66,9 65,7 57,6 Tinggi pinggul 49,1 54,2 56,3 62,8 62,7 60,6 59,7 Lingkar dada 9,8 10,7 14,3 15,7 17,3 15,9 15,6 Lebar dada 48,4 52,7 63,2 68,4 70,2 64,4 61,7 Dalam dada 18,3 21,2 26,1 27,6 29,4 27,6 23,2 Panjang Tanduk 2,2 4,3 5,5 7,5 9,3 7,4 12,1 Panjang Telinga 7,8 8,4 9,1 9,6 11,7 10,3 11,6 Lebar telinga 4,8 5,1 5,5 5,9 6,5 6,1 5,9 Tipe telinga tegak tegak tegak tegak tegak tegak tegak Panjang Ekor 9,3 10,2 11,1 11,4 11,8 11,6 11,3 Lebar ekor 3,3 3,6 3,8 3,9 4,2 3,9 3,6 Sumber: BATUBARA et al. (2005) 207

Dari hasil pengamatan pada kambing Marica yang dijumpai di lapangan bobot badan induk dewasa dan pejantan dewasa rata-rata antara 26,2 kg dan 24 kg, diduga kambing jantan dewasa bisa lebih tinggi lagi mencapai 28 kg jika dipelihara lebih lama. Dengan lebih kecilnya bobot badan kambing Marica ini petani lokal di Kabupaten Maros, Jeneponto dan Kota Makassar sudah mulai menggantinya dengan kambing PE atau kambing Burawa (persilangan kambing Boer dan kambing PE), sehingga diduga jumlah populasi kambing ini secara perlahan-lahan mengalami pengurangan dan sudah mulai susah dijumpai. Namun pada daerah topografi tanah perbukitan dan berbatubatu disekitar pantai, ternak ini nampaknya dapat beradaptasi sangat baik dengan kondisi rumput yang minim dan kering pada musim kemarau. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak, realtif kecil dan pendek dibandingkan telinga kambing Kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif. Kambing Samosir Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan (Parmalim) penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwarna putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Dalam selang waktu yang lama dan beradaptasi dengan kondisi alam yang cenderung kering berbatu-batu serta topografi berbukit, ternak kambing diduga mengalami evolusi dan beradaptasi dengan lingkungan Pulau Samosir sehingga membentuk kambing spesifik lokasi yang disebut kambing Samosir atau kambing Batak oleh penduduk setempat. Data dan performans karakteristik morfologis tubuh kambing Samosir di Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik morfologis rataan ukuran tubuh kambing Samosir Uraian Umur (bulan)/gigi seri tetap( pasang gigi). ±6 ±9 1 psg 2 psg >3 psg Induk Pejantan n 6 7 7 6 6 14 5 Bobot (kg) 14,4 18,2 22,1 27,75 29,7 26,2 24,3 Panjang badan 54,3 56,6 61,3 67,6 68,7 65,6 65,4 Tinggi pundak 49,2 54,5 58,6 61,4 62,3 60,6 58,3 Tinggi pinggul 54,3 57,8 62,1 63,6 64,2 63,2 58,6 Lingkar dada 50,2 58,4 63,2 64,4 65,6 64,3 58,6 Lebar dada 12,3 13,6 15,8 16,2 18,4 16,7 14,3 Dalam dada 21,1 24,2 26,4 27,8 29,3 27,6 21,4 Panjang tanduk 3,1 3,8 6,8 7,4 8,6 7,6 12,1 Panjang telinga 6,8 8,7 8,8 9,2 10,4 9,4 12,3 Lebar telinga 5,8 6,9 7,2 7,3 7,6 7,4 6,4 Type telinga tegak tegak tegak tegak tegak tegak tegak Panjang ekor 8,7 9,6 10,1 10,3 10,3 10,2 10,3 Lebar ekor 3,2 3,4 3,5 3,8 4,1 3,7 4,3 Sumber: BATUBARA (2005); DOLOKSARIBU et al. (2006) Bobot badan kambing Samosir lebih besar dari pada kambing Marica, atau hampir sama besarnya dengan kambing Kacang, tetapi ciri khas yang paling menonjol adalah warna bulu putihnya sangat dominan. Warna tanduk dan kukunya juga agak keputihan. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatubatu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dijumpai dan kering. 208

Ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik, pada kondisi Pulau Samosir yang topografinya berbukit. Kambing Muara Dari segi penampilan kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan beberapa punya warna bulu hitam. Bobot kambing Muara lebih besar daripada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Dari hasil wawancara dengan petani setempat, kambing Muara dahulu didatangkan oleh pemerintah setempat, tetapi pada saat pertama didatangkan banyak kambing yang mati akibat manajemen pemeliharaan kambing yang masih sangat tradisional dan dilepaskan sepanjang hari di lingkungan pedesaan. Namun ada seorang peternak yang bertempat tinggal di pulau kecil di daerah Kecamatan Muara memelihara kambing ini dengan baik dan terus berkembang, lama kelamaan penduduk setempat membeli kambing tersebut dan mengembangkannya lagi. Secara perlahanlahan kambing tersebut beradaptasi dengan kondisi topografi Kecamatan Muara yang bergunung-gunung dengan kemiringan lereng bukit antara 15-50 derajat dan tanah berbatuan vulkanik, tetapi rumput dan ilalang serta tumbuhan semak banyak terdapat di sekitar desa dan pegunungan sekitarnya. Performans karakteristik morfologis tubuh kambing Muara di Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik morfologis tubuh kambing Muara Uraian Umur (bulan)/gigi seri tetap( pasang gigi) ±6 ±9 1 psg 2 psg >3 psg Induk Pejantan n 6 5 4 5 9 15 3 Bobot (kg) 16,6 20,8 36,5 48,3 58,8 49,4 68,3 Panjang badan 53,2 61,2 68,1 77,8 79,7 75,8 96,3 Tinggi pundak 52,3 59,7 65,3 67,8 74,3 69,7 87,6 Tinggi pinggul 58,6 64,7 71,1 71,6 73,5 72,2 89,2 Lingkar dada 53,6 65,6 75,3 84,7 90,4 84,5 98,7 Lebar dada 12,1 13,3 15,8 18,5 20,5 18,6 38,5 Dalam dada 27,4 33,7 37,7 38,9 39,3 38,7 50,7 Panjang tanduk 6,6 9,1 10,3 12,5 16,2 13,4 27,2 Panjang telinga 14,3 17,7 18,1 18,2 18,6 18,3 19,4 Lebar telinga 6,8 7,9 8,0 8,2 8,7 8,3 8,8 Type telinga jatuh jatuh jatuh jatuh jatuh jatuh jatuh Panjang ekor 8,7 9,3 10,1 10,6 10,8 10,5 9,7 Lebar ekor 3,8 4,1 4,3 4,6 4,9 4,6 5,2 Sumber: BATUBARA et al. (2005) Kambing Muara sering juga beranak duaempat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa campur tangan manusia dengan penampilan anak yang cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif cukup untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor. Rata-rata bobot badan dewasa atau induk adalah sekitar 49,4 kg dan pejantan dewasa sekitar 68,3 kg. Dari penampilannya kambing ini termasuk tipe pedaging tetapi kemungkinan diduga bisa juga dikembangkan sebagai kambing tipe perah. Hal ini didasarkan penampilan kambing susu juga relatif lebih besar sehingga dapat memproduksi susu lebih banyak. Dibandingkan dengan kambing Kacang dan PE, kambing Muara nampaknya lebih baik dari segi produksi daging. Lebar dan dalam dada kambing Muara lebih panjang jika dibandingkan dengan kambing PE, bentuk badannya bulat, cenderung mengarah mirip 209

dengan tubuh kambing Boer. Bentuk telinga kambing Samosir panjang dan jatuh tetapi hidung tidak melengkung seperti kambing Boer. Tanduk sedang serta panjang badan lebih panjang dibandingkan dengan kambing Kacang. Kambing Kosta Lokasi penyebaran kambing Kosta dilaporkan ISA (1953) dalam SETIADI et al. (1997) ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadangkadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk berasal dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Kambing Kosta betina dewasa mempunyai panjang badan 61cm dan jantan dewasa 74 cm. Meningkatnya umur ternak akan diikuti dengan bertambahnya panjang badan. Panjang badan kambing Kosta jantan dewasa lebih panjang dari pada betina dewasa. Tinggi pundak pada kambing betina dan jantan dewasa berturutturut adalah 56,9cm dan 73,5 cm. Ukuran lebar dada ini akan bertambah sejalan dengan meningkatnya umur, pada betina dewasa 13,9 cm dan jantan dewasa 21 cm. Rataan ukuran panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar dada, lingkar dada, panjang telinga, panjang tanduk, panjang ekor dan lebar ekor serta bobot badan kambing Kosta dapat dilihat pada Tabel 4. Tinggi pinggul kambing Kosta betina dewasa adalah 60,5 cm dan pada jantan dewasa 75 cm. Pada betina dewasa lingkar dada sebesar 68,2 cm dan pada jantan dewasa 83 cm. Rataan panjang telinga pada kambing betina dewasa adalah 13,8 cm dan jantan dewasa 19 cm. Dari hasil pengukuran yang didapat ternyata ukuran panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada dan tinggi pinggul kambing Kosta lebih tinggi dari ukuran kambing Kacang. Panjang tanduk pada kambing Kosta betina dewasa dan jantan dewasa berturut turut adalah 9,4 cm dan 19,5 cm. Pada kedua jenis kelamin mempunyai tanduk. Tanduk ini akan bertambah panjang sejalan dengan bertambahnya umur. Pada umur yang sama panjang tanduk jantan lebih panjang dari pada betina. Panjang ekor kambing Kosta betina dewasa adalah 10,3 cm dan jantan dewasa 15,5 cm. Ukuran ini lebih pendek dari kambing Jawa randu (17,3 cm dan 17,5 cm) dan PE (25 cm dan 19 cm) SETIADI et al. (2000). Sedangkan lebar ekor pada betina dewasa 3,7 cm dan pada jantan 5 cm. Tabel 4. Rataan dan simpangan baku ukuran permukaan tubuh kambing Kosta Parameter Umur (bulan) 3 6 9 12 18 Betina dewasa Jantan dewasa Berat badan 4,5 7,1 10,5 11,1 15,6 24,4 46,5 Panjang badan 33,3 42 46 46,8 49,1 61 74 Tinggi pundak 35,3 43,7 35,7 45 49 56,9 73,5 Tinggi pinggul 36 47 11 49 12,8 60,5 75 Lebar dada 8 11 49,7 11,6 58.3 13,9 21 Lingkar dada 35,3 47,3 48,7 53,4 52,5 68,2 83 Panjang tanduk 0,3 1,8 3 3,1 4,3 9,4 19,5 Panjang telinga 12,5 15 9,3 14,9 11,1 13,8 19 Panjang ekor 7,3 8,5 3,5 10,1 3,9 10,3 15,5 Lebar ekor 2,3 3,3 15 3,6 16,2 3,7 5 Sumber: MAHMILIA et al. (2004); SETIADI et al. (1997) Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan persentase terbanyak hitam (61%), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih. Persentase sebaran warna; satu warna 38%, dua warna 56%, dan 3 warna 6%. Rataan litter size adalah 1,73, ini 210

menunjukkan kambing Kosta cukup prolifik. Rataan bobot lahir untuk kelahiran tunggal 1,9kg dan kelahiran kembar 1,49kg. Tingkat kematian pra-sapih cukup tinggi umumnya pada minggu pertama setelah kelahiran. Kambing Gembrong Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Rataan ukuran panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar dada, lingkar dada, panjang telinga, panjang tanduk, panjang ekor dan lebar ekor serta bobot badan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan ukuran permukaan ukuran tubuh kambing Gembrong Parameter Umur (bulan) 3 6 9 12 18 Betina dewasa Jantan dewasa Berat badan 9 12,4 14,1 16 16,9 27,6 42 Panjang badan 42 48,5 50 51 54 62,6 71,5 Tinggi pundak 47 49 49,3 49,3 52,7 64,2 66 Tinggi pinggul 49 54,5 53,3 52,8 57,7 66,6 69 Lebar dada 10 12,5 13,5 12,5 14 14,1 17 Lingkar dada 47 52 56,5 51 58,8 70,9 76,5 Panjang tanduk 2 3,2 5,5 4,6 7,3 10,1 18,5 Panjang telinga 10,5 13 16 17,3 18 17,1 18,5 Panjang ekor 8 11 11,8 11,3 12,2 12,1 14,5 Lebar ekor 3,5 3,5 3,8 4,4 4,5 4,1 5 Sumber: MAHMILIA et al. (2004); SETIADI et al. (2002) Rataan panjang badan betina dewasa 62,6 + 1,14 cm dan jantan dewasa 71,5 + 0,71 cm. Angka ini jauh lebih lebih tinggi dari yang dilaporkan SETIADI et al. (2000), dimana panjang badan betina dewasa 50,02 + 6,34 cm dan jantan dewasa 64,56 + 9,12 cm. Semakin bertambahnya umur kambing, panjang badan juga meningkat. Panjang badan kambing Gembrong ini lebih panjang dari pada kambing Kacang (47-55 cm), namun lebih pendek dari pada PE (81-90 cm), seperti yang dilaporkan SETIADI et al. (1997). Rataan tinggi pundak kambing Gembrong betina dewasa adalah 64,2 + 4,55 cm dan jantan dewasa 66 + 7,07 cm. Namun kambing Gembrong lebih rendah dari PE (76-84 cm) (SUBANDRIYO et al., 1995). Tinggi pinggul kambing Gembrong betina dewasa 66,6 + 4,56 cm dan jantan dewasa 69 + 5,66 cm dan jantan dewasa 69 + 5,66 cm. Rataan ini lebih rendah dibandingkan kambing PE (80,14 + 4,26 cm dan 96,75 + 0,25 cm), Namun lebih tinggi dari pada kambing Kacang (58,40 + 1,61 cm dan 54,73 + 1,67 cm). Kambing Gembrong betina dewasa mempunyai lingkar dada 70,9 + 3,47 cm dan jantan dewasa 76,5 + 0,71 cm. Hasil ini lebih tinggi dari pada kambing Kacang betina dewasa 62,1 cm dan jantan dewasa 67,6 cm. Namun lebih rendah dari kambing PE 80,1 cm dan 99,5 cm (SETIADI et al., 1997). SUBANDRIYO et al. (1995) melaporkan bahwa lingkar dada kambing PE di sumber bibit berkisar 80-90 cm. Untuk ukuran lebar pada kambing betina dan jantan dewasa didapatkan 14,1 cm dan 17 cm. Ukuran ini relatif sama dengan kambing Kosta betina, namun untuk jantan lebih rendah dari pada kambing Kosta jantan. Dari berbagai ukuran yang didapat (panjang tubuh, tinggi pundak, lingkar dada dan tinggi pinggul) ternyata kambing Gembrong lebih kecil dari pada kambing PE namun lebih besar dari pada kambing Kacang. Secara umum ukuran tubuh kambing ini lebih besar dari yang didapatkan SETIADI et al. (2000). Hal ini mungkin karena jumlah materi yang diamati terlalu sedikit. Kambing Gembrong jantan dan betina umumnya 211

bertanduk, namun tanduk pada jantan dewasa (18 cm) lebih panjang dari pada betina (10,12 cm). Panjang ekor dan lebar ekor kambing Gembrong betina dewasa dan jantan dewasa berturut-turut adalah 12,1; 14,5 dan 4,1; 5 cm. Panjang ekor kambing Gembrong lebih pendek dari pada kambing PE (19 dan 25 cm) dan kambing Jawarandu (17,3 dan 17,5 cm), namun sedikit lebih panjang dari kambing Kacang (12 dan 11,9 cm) (SETIADI et al., 1997). Semakin besar ukuran permukaan tubuh, semakin berat bobot badannya. Dari pengamatan ini didapatkan berat badan betina dewasa adalah 27,6 kg. Bobot badan kambing Gembrong lebih rendah dari pada kambing PE betina dewasa (40,2 kg) dan kambing Jawa randu betina dewasa (28,7 kg), namun sedikit lebih tinggi dari kambing Kacang (23,8 kg) (SETIADI et al., 1997). Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sebanyak 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian prasapih 20%. Kambing Peranakan Ettawah (Ettawa) Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip Ettawa tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu, yang merupakan tipe pedaging. Ciri khas kambing PE antara lain; bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam. Karakteristik rataan permukaan ukuran tubuh (fenotipe) kambing PE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan permukaan ukuran tubuh kambing Peranakan Ettawa (PE) No. Parameter Betina dewasa Jantan dewasa 1 Berat badan (kg) 40,2 60 2 Panjang badan (cm) 81 81 3 Tinggi pundak (cm) 76 84 4 Tinggi pinggul (cm) 80,1 96,8 5 Lebar dada (cm) 12,4 15,7 6 Lingkar dada (cm) 80,1 99,5 7 Panjang tanduk (cm) 6,5 15 8 Panjang telinga (cm) 12 15 9 Panjang ekor (cm) 19 25 10 Lebar ekor (cm) 2,5 3,6 Sumber: SUBANDRYO et al. (1995) Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia, juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit dan bersifat prolifik, sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik diberbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Karakteristik fenotipe kambing Kacang dapat dilihat pada Tabel 7. 212

Tabel 7. Rataan ukuran permukaan ukuran tubuh kambing Kacang No. Parameter Betina dewasa Jantan dewasa 1 Berat badan (kg) 20 25 2 Panjang badan (cm) 47 55 3 Tinggi pundak (cm) 55,3 55,7 4 Tinggi pinggul (cm) 54,7 58,4 5 Lebar dada (cm) 6 Lingkar dada (cm) 62,1 67,6 7 Panjang tanduk (cm) 7 7,8 8 Panjang telinga (cm) 4 4,5 9 Panjang ekor (cm) 12 12 10 Lebar ekor (cm) 2 2,5 Sumber: SETIADI et al., (1997) Ciri-ciri kambing kacang antara lain: bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung, sampai ekor. Tingkat kesuburan tinggi, kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik dengan anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. KESIMPULAN Dari tujuh bangsa ternak kambing lokal Indonesia yang telah dikarakterisasi yang termasuk kategori besar adalah kambing Peranakan Ettawa (PE) dan kambing Muara, kambing kategori sedang adalah kambing Kosta, Gembrong dan kategori kecil adalah kambing Kacang, kambing Samosir dan kambing Marica. Perlu dilanjutkan upaya pelestarian dan penelitian potensi genetik kambing lokal Indonesia, serta melanjutkan upaya eksplorasi/ karakterisasi bangsa kambing lain yang masíh tersebar di daerah-daerah yang ada di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA BATUBARA, A. dan M. DOLOKSARIBU. 2005. Koleksi ex-situ dan Karakterisasi Plasma Nutfah Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian tahun anggaran 2005. Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Sumatera Utara. DEVENDRA, C. dan M. BURNS. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan IDK HARYA PUTRA. ITB. Bandung. DOLOKSARIBU, M., A. BATUBARA dan S. ELIESER. 2006. Karakteristik Morfologi Kambing Spesifik Lokal di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4-5 Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. (in-press). MAHMILIA, F., S.P. GINTING, A. BATUBARA, M. DOLOKSARIBU dan A. TARIGAN. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Gembrong dan Kosta. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. SETIADI, B., D. PRIYANTO, M. MARTAWIDJAJA, SORTA D. SITORUS dan S. MAWI. 1995. Penelitian Karakterisasi Kambing Kosta di Pedesaan. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN tahun anggaran 1994/1995. Ternak Ruminansi Kecil. Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. 213

SETIADI, B., D. PRIYANTO dan M. MARTAWIDJAJA. 1997. Komparatif Morpologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. SETIADI, B., SUBANDRIYO, K. DWIYANTO, T. SARTIKA, B. TIESNAMURTI, D. YULISTIANI dan M. MARTAWIDJAJA. 2000. Karakterisasi Sumber Daya Genetik Kambing Lokal sebagai Upaya Pelestarian secara ex-situ. Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. SUBANDRIYO, B. SETIADI, D. PRIYANTO, M. RANGKUTI, W.K. SEJATI, D. ANGRAINI, R.S.G. SIANTURI, HASTONO, dan O. BUTAR-BUTAR. 1995. Analisis Potensi Kambing Peranakan Ettawah dan Sumber Daya di Daerah Sumber Bibit Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. SUTAMA, I. KETUT. 1997. Kambing Peranakan Ettawah, Kambing Perah Indonesia, Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. 214