BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Neng Ela, 2013

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di negara. Salah satu masalah yang dihadapi dunia

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Susi Ardiyanti, 2013

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Suyati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Verra Septia Nursari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. Belajar tidak hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran secara ilmiah. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 40 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2013 Pendidik dan Kependidikan berkewajiban :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. maka pendidik harus memahami metode-metode yang cocok dalam pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dan ditetapkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuryati, 2013

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pintu utama bagi siswa dalam memasuki gerbang pengetahuan, oleh karena itu kedudukan suatu pengetahuan itu sangatlah penting untuk diberikan dan diajarkan kepada anak sedini mungkin, karena semakin cepat anak memasuki dunia pendidikan baik formal maupun informal maka semakin cepat juga anak banyak mengetahui tentang kehidupan di luar. Sehingga pendidikan dini menjadi dasar utama untuk menuju jenjang pendidikan yang berikutnya. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa melalui usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus dan terencana agar dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif bagi para peserta didik sehingga diharapkan mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu juga pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang. Orang yang dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari merupakan hasil dari proses pendidikan. Mandana( 2012: 1) menyatakan pendapatnya bahwa: Dalam prakteknya masih banyak siswa yang belum mendapatkan fasilitas untuk menjadi cerdas, sistem pembelajaran yang masih bersifat masal tanpa memperlihatkan kebutuhan masing-masing siswa untuk dapat menerima pelajaran sesuai dengan karakter atau cara siswa dalam memahami materi yang disampaikan. 1

2 Lembaga pendidikan merupakan sebuah lembaga yang menciptakan manusia untuk bertahan hidup dan bersaing dalam kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat mengimbangi antara kemajuan teknologi dan pengetahuan maka pendidikan adalah jembatan yang mampu menghubungkan keduanya, peranan dan mutu pendidikan yang harus ditingkatkan baik dari tenaga pengajar maupun sistematis kurikulumnya. Berkaitan dengan pembelajaran IPA yang cenderung hanya membahas mengenai pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep atau bahkan prinsip, kini diusahakan supaya para peserta didik dapat melakukan penemuan-penemuan secara sendiri dan terlibat langsung di dalamnya sehingga diharapkan peserta didik tersebut dapat lebih memahami diri dan lingkungannya (Mandana, 2012: 2). Menurut (BSNP, 2006: 534) prospek pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan, adapun dalam penerapannya perlu dilakukan secara bijaksana yang tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 485) menetapkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dengan lingkungannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meiputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

3 Dalam kurikulum KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 484) menetapkan tujuan mata pelajaran IPA di SD adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melesetarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan katerampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam pelaksanaan pendidikan di suatu sekolah yang melibatkan antara pendidik dan peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajarmengajar. Dalam konteksnya pun pendidik secara sadar merencakan dan melaksanakan kegiatan pengajaranya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam kurikulum. Kaitannya dalam hal ini seorang pendidik (guru) harus dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif serta dapat membuat para peserta didiknya terlibat aktif di dalamnya. Sehingga dengan harapan tujuan pendidikan pun dapat tercapai secara maksimal. Dewasa ini, pada faktanya proses pembelajaran di sekolah dirasakan masih kurang dalam hal keaktifan dan kreatifitas dari para peserta didik. Khusunya dalam pembelajaran IPA, karena pada umunya para siswa menganggap bahwa pembelajaran IPA hanyalah kumpulan penguasaan pengetahuan yang hanya berisi konsep-konsep atau fakta-fakta saja.

4 Padahal jika ditelaah secara mendalam IPA itu sangat penting dan berkaitan dengan kehidupan keseharian yang ada di sekitar lingkungan kita, seperti: tumbuhan, hewan dan lain-lain. Selain itu pembelajaran IPA juga berkaitan dengan suatu proses penemuan secara langsung sehingga diharapkan dpaat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya pembelajaran IPA di SD biasanya hanya mengandalkan dan menggunakan metode ceramah yang monoton dari para guru. Jelas ini membuat siswa cepat jenuh dan pada akhirnya tidak mengikuti ipa, yang pada akhirnya dapat berakibat menurunnya pada hasil belajar (Sonya, 2002:5). Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi di SDN Sukajaya Lembang pada pelajaran IPA di kelas V masih ada siswa yang tidak aktif dan kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru, khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Siswa tidak bisa menyelesaikan soal latihan yang diberikan, selain itu juga dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM), hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Masalah hasil belajar yang dialami siswa dikarenakan oleh beberapa faktor, misalnya yaitu: guru masih menggunakan metode konvesional yaitu metode ceramah dalam mengajarnya, dalam proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru dan menjawab soal latihan, guru langsung menjelaskan materi dari buku sumber dan sedikit melakukan metode demonstrasi tanpa melakukan suatu percobaan langsung (eksperimen) yang mengajak siswa turut aktif dalam KBM. Sedangkan IPA itu sendiri merupakan suatu ilmu yang berlandaskan pada observasi dan pengamatan langsung. Kriteria Ketuntasan Minimum pada pelajaran IPA di SDN Sukajaya adalah 65. Hanya 34,28% atau sekitar 12 orang siswa yang mencapai KKM, sedangkan sisanya sekitar 65,72% atau sekitar 23 siswa yang memiliki nilai dibawah KKM yang ditentukan. Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V sendiri khususnya pada pelajaran IPA hanya sebesar 62,28.

5 Berdasarkan kondisi tersebut dirasakan perlu adanya metode pembelajaran yang dapat mengembangkan keaktifan dan kreativitas peserta didik (siswa) dalam kompetensi belajarnya, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang kondusif, inovatif dan menyenangkan dalam hal pemilihan metode pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Sehingga diharapkan para siswa pun akan jauh lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman penemuan secara langsung yang dirasakan oleh siswa, proses pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan merupakan suatu strategi belajar yang efektif. Metode pembelajaran yang cocok dan sesuai untuk diterapkan dalam menanggapi masalah diatas adalah metode eksperimen. Dimana metode pembelajaran ini merupakan suatu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan secara langsung tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Sehingga dengan penerapan metode eksperimen ini melibatkan peran siswa secara aktif. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dikemukakan yang menjadi rumusan masalah secara umum adalah sebagai berikut Bagaiamanakah penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

6 Selanjutnya rumusan masalah tersebut penulis jabarkan lebih spesifik lagi menjadi pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN Sukajaya untuk meningkatkan hasil belajar siswadalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya? b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN Sukajaya untuk meningkatkan hasil belajar siswadalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya? c. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Sukajaya pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode eksperimen? C. Hipotesis Tindakan Apabila guru dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran dengan metode eksperimen secara efektif, maka hasil belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya di kelas V dapat meningkat. D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini secara garis besar adalah untuk mengetahuitentang penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Selanjutnya tujuan tersebut dijabarkan lagi secara spesifik berdasarkan rumusan masalah yang ada sebagai berikut: a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN Sukajaya untuk meningkatkan hasil belajar siswadalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya.

7 b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN Sukajaya untuk meningkatkan hasil belajar siswadalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Sukajaya pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode eksperimen. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini mencakup tiga aspek yaitu, manfaat teoretis, manfaat praktis, dan manfaat kelembagaan/sekolah. 1. Manfaat Teoretis Manfaat secara teoretis hasil penelitian adalah mengembangkan ilmu pengetahuan terkait penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa (1) Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA. (2) Dapat menjadikan siswa lebih aktif dan termotivasi lagi dalam proses KBM khusunya tentang materi sifat-sifat cahaya. (3) Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. b. Manfaat bagi guru (1) Memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA khusunya tentang sifat-sifat cahaya. (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam usaha penyediaan dan penerapan metode pembelajaran. (3) Sebagai upaya peningkatan kemampuan profesional guru dalam mengajar.

8 c. Manfaat Bagi Sekolah (1) Turut memberikan suatu kontribusi bagi peningkatan kualitas sekolah (2) Memberikan masukan untuk selalu mendukung guru dalam rangka meningkatkan kualitas mengajarnya. d. Manfaat Bagi Peneliti (1) Memberikan informasi mengenai sistem, metode, dan keadaan yang sebenarnya di lapangan sehingga peneliti menjadi lebih termotivasi untuk lebih baik lagi. (2) Menambah wawasan dan pengalaman tentang metode pembelajaran eksperimen baik dari segi penerapannya maupun dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa dari penerapan metode pembelajaran tersebut. (3) Turut memberikan suatu kontribusi bagi peningkatan kualitas sekolah (4) Memberikan masukan untuk selalu mendukung guru dala rangka meningkatkan kualitas mengajarnya. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu dilaksanakan adanya penafsiran yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan tersebut. Oleh karena itu dalam bagian berikut ini, penulis akan mendefisinikan secara operasional terhadap istilah teknis yang didipandang penting untuk diketahui kejelasannya. 1. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan suatu metode dalam penyajian bahan mengajar dimana dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara individu/kelompok para siswa melakukan suatu percobaan atau praktikum secara langsung berdasarkan acuan lembar kegiatan siswa dengan

9 menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan melalui bimbingan guru serta hasil akhirnya adalah menyimpulkan dan melakukan evaluasi. 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau kompetensi yang dimiliki dan diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai untuk melihat sampai sejauh mana materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa yang biasanya ditunjukkan oleh hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang berdasarkan kriteria penilaian. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Dengan melihat hasil belajar yang diperoleh, guru dapat mengukur sejauhmana kemapuan dirinya dalam menyampikan materi kepada siswa, juga dapat digunakan sebagai informasi untuk melihat kelebihan dan kekurangannya, yang dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan pengajuan selanjutnya, 3. Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang pada dasarnya bersifat eksakta serta bukan hanya berisi mengenai penguasaan konsep-konsep yang berupa fakta dan prinsip saja, melainkan juga diwujudkan dengan cara penemuan langsung serta sangat berkaitan dan berhubungan erat dengan kehidupan lingkungan alam sekitar kita yang dalam penerapannya diberikan dan diajarkan di sekolah (diwujudkan dalam interaksi antara pendidik dengan peserta didik). 4. Sifat-sifat cahaya Cahaya memiliki sifat-sifat tersendiri yaitu: cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibelokkan atau dibiaskan, serta cahaya dapat dipantulkan.