BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAB I PENDAHULUAN. rusaknya ekologi. Akhir Tahun 2012 hingga saat ini di Tahun 2013, hujan. sebagian kota kota di Indonesia antara lain kota solo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

KERENTANAN SOSIALTERHADAP BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO PASCA RELOKASI MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGURANGI RESIKO BENCANA BANJIR DIKECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

Buku 1 EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

Mengurangi Tingkat Kerentanan Bencana Melalui Kebijakan Mitigasi Berbasis Kebutuhan Gender : Studi di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

ANALISIS PERENCANAAN LAHAN KOLAM RETENSI DI KELURAHAN TIPES KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 9017 TENTANG

Gender dan Mitigasi Bencana Kasus Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya manusia dalam menggunakan sumber. daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan taraf hidup.

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN. hari hujan. (Surakarta Dalam Angka, 2007) masyarakat di Kelurahan Nusukan memiliki ciri sebagaimana masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan Iklim (2011) menyebutkan bahwa dampak perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur air laut, meningkatnya kejadian cuaca ekstrim, terjadinya perubahan pola curah hujan, perubahan aliran sungai dan perubahan pola sirkulasi angina dan arus laut serta terjadiya kenaikan muka air laut. Dampak dari cuaca dan iklim ekstrim ini tergantung dari besarnya fenomena alam yang terjadi, kerentanan dan exposure (IPCC, 2012). Indonesia adalah negara yang memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim penghujan. Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang tidak terlepas dari dampak terjadinya perubahan iklim. Kondisi ini telah mengakibatkan ancaman bencana seperti banjir dan kekeringan. Wilayah yang memiliki ancaman banjir hampir tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang dan juga wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan DAS Benannain di Nusa Teggara Timur secara historis sering mengalami banjir (Rencana Nasional Penangguangan Bencana 2010-2014). Setiap wilayah memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda. Banjir yang terjadi disuatu wilayah berbeda tipe dan jenisnya tergantung karakteristik wilayahnya. Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Pulau Jawa yang rentan terhadap terjadinya banjir. Banjir yang terjadi dapat disebabkan karena meluapnya Sungai Bengawan Solo maupun karena terjadinya genangan sebagai dampak dari curah hujan yang tinggi. Menurut sejarahnya pada tahun 1966, Kota Surakarta pernah mengalami banjir besar dan menggenang hingga alun-alun Kota Surakarta. Sejarah terjadinya banjir di Kota Surakarta antara lain Bulan Maret 1966, Maret 1968, Maret 1973, Februari 1974, Maret 1975, Januari 1985, Februari 1993, Desember 2007, Maret 2008, Februari 2009, tahun 2012 dan januari 2013 (Zein, 2010). Berikut disajikan 1

Gambar 1.1 Peta Banjir tahun 1966 dan 2007 dan Gambar 1.2 Kejadian Banjir di Kota Surakarta tahun 1966. Peta Banjir Kota Surakarta :Banjir pada Bulan Maret, 1966 :Banjir pada Bulan Desember 2007, dan Maret 1966 Gambar 1. 1 Peta Banjir di Kota Surakarta Tahun 1966 dan 2007 (Sumber : Setiyarso 2009 dalam Zein, 2010) 2

Gambar 1. 2 Banjir Kota Surakarta tahun 1966 (Sumber : http://.wisatasolo.com/) Curah hujan yang tinggi pada tahun 2007 telah menyebabkan banjir karena meluapnya Sungai Bengawan Solo di kawasan perkotaan Kota Surakarta. Banjir yang terjadi telah menggenangi dua belas (12) kelurahan di Kota Surakarta yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo dan menyebabkan ribuan rumah mengalami kerusakan (Pemerintah Kota Surakarta, 2012). Banyaknya masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta tidak terlepas dari perkembangan kota yang semakin pesat. Permukiman di bantaran Sungai Bengawan Solo ini, merupakan permukiman kumuh dan umumnya masyarakat yang bertempat tinggal disana berkerja pada sector informal. Banjir pada akhir tahun 2007 menimbulkan kerusakan rumah dan infrastruktur yang sangat tinggi (Tabel 1.1). Pasca terjadinya banjir akhir tahun 2007, Pemerintah Kota Surakarta memiliki program penanganan banjir yaitu program perbaikan rumah bagi masyarakat yang berada diluar kawasan sempadan sungai dan relokasi bagi warga yang berada di kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo. Program ini merupakan bentuk rehabilitasi dan rekonstruksi dalam penyelenggaraan penanggulangan pasca bencana, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pemerintah Kota Surakarta sebenarnya sudah menyediakan lahan bagi warga yang direlokasi, namun hal tersebut ditolak oleh masyarakat. Lokasi relokasi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Relokasi ini dapat disebut sebagai relokasi mandiri karena masyarakat sendiri yang mencari lokasi 3

relokasi. Mereka dapat melakukan relokasi secara individu maupun berkelompok. Mayoritas masyarakat melakukan relokasi secara berkelompok. Daerah tujuan relokasi rata-rata terdapat di Kelurahan Mojolaban dan Kelurahan Grogol Kabupaten Sukoharjo (Gambar 1.3). Tabel 1. 1 Data Kerusakan Bangunan Pasca Banjir Tahun 2007 No. Kelurahan Bantaran Luar Bantaran Total Berat Ringan Jumlah kerusakan 1 Pucang Sawit 300 282 342 624 924 2 Sewu 363 101 121 222 585 3 Sangkrah 294 114 134 248 542 4 Semanggi 339 93 101 194 533 5 Joyosuran 57 406 491 897 954 6 Jebres 218 118 139 257 475 7 Gandekan 0 10 10 20 20 8 Jagalan 0 464 527 991 991 9 Sudiroprajan 0 35 40 75 75 10 Pasar Kliwon 0 0 7 7 7 11 Kedung Lumbu 0 62 71 133 133 12 Joyontakan 0 505 624 1129 1129 Jumlah 1572 2190 2607 4797 6368 Sumber : Pemerintah Kota Surakarta, 2012 4

Gambar 1. 3 Lokasi Relokasi (Sumber : Pemerintah Kota Surakarta, 2012) Relokasi masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta memang harus dilakukan untuk menghindari munculnya korban jika terjadi banjir. Kawasan ini memiliki kerentanan dan ancaman banjir yang sewaktuwaktu dapat terjadi jika musim penghujan. Pemerintah Kota Surakarta berencana mengembalikan fungsi utama dari kawasan sempadan sungai yang merupakan kawasan lindung harus dikembalikan. Program relokasi mulai dilakukan sejak tahun 2008. Umumnya masyarakat memilih sendiri lokasi relokasi baik itu secara individu maupun kolektif yang tersebar di Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kerentanan yang ada di lokasi sebelum relokasi dan yang sudah direlokasi. Penelitian yang dilakukan berjudul Kerentanan sosial terhadap banjir dan aset penghidupan masyarakat bantaran Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta paska relokasi mandiri. 1.2 Perumusan Masalah Banjir yang terjadi di Kota Surakarta disebabkan karena meluapnya Sungai Bengawan Solo. Banjir ini terjadi setiap tahun dan telah menyebabkan masyarakat setempat memiliki cara tersendiri untuk beradaptasi terhadap banjir. Banjir besar yang terjadi pada akhir tahun 2007 telah menyebabkan banyak kerusakan rumah dan infrastruktur sehingga masyarakat yang terkena dampak banjir harus mengungsi. 5

Banjir yang terjadi di bantaran Sungai Bengawan Solo telah menggenangi 12 (dua belas) kelurahan di Kota Surakarta. Bencana banjir ini mendorong Pemerintah Kota Surakarta mencanangkan program untuk pengembalian fungsi utama kawasan sempadan sungai dengan melaksanakan program relokasi masyarakat yang bermukim di sempadan sungai. Program relokasi mulai dijalankan oleh Pemerintah Kota Surakarta sejak tahun 2008. Program ini dibagi menjadi 2 (dua) kriteria yaitu relokasi warga yang memiliki tanah hak milik dan relokasi warga yang menempati tanah milik negara. Masyarakat yang menempati tanah hak milik adalah masyarakat yang menempati tanah dan memiliki bukti kepemilikan sertifikat tanah, sedangkan warga yang mnempati tanah negara adalah warga yang menempati tanah milik negara. Akhir tahun 2012, sebanyak 993 rumah yang berada pada tanah milik negara sudah direlokasi dan selanjutnya awal tahun 2013 melanjutnya proses relokasi bagi warga yang memiliki hak milik (Pemerintah Kota Surakarta, 2012). Terdapat perbedaan ganti rugi kepada masyarakat yang menempati tanah negara dan tanah hak milik. Bagi masyarakat yang menempati tanah negara mereka diberikan bantuan hibah masing-masing untuk membeli tanah Rp.12.000.000,-, untuk pembangunan rumah Rp. 8.500.000,- dan yang membeli tanah secara bersama-sama diberikan bantuan untuk membangun fasilitas umum sebesar Rp.1.800.000,-. Penetapan ganti rugi untuk hak milik tanah dilakukan dengan cara musyawarah, negosiasi dan permufakatan antara Tim Negosiasi dengan pemegang hak milik, dimana sebelumnya telah dilakukan verifikasi dan penilaian harga tanah yang dilakukan lembaga independen yang ditunjuk. Proses ganti rugi hak milik tanah membutuhkan waktu yang lama, lebih rumit dan proses ini baru dimulai tahun 2012 (Pemerintah Kota Surakarta, 2012). Masyarakat yang memiliki hak milik tanah hingga kini masih bertahan disana dan mereka memiliki ancaman bencana banjir karena sewaktu-waktu banjir dapat terjadi. 6

Bagi masyarakat yang sudah direlokasi, mereka bertempat tinggal di lokasi yang baru. Berpindah lokasi dan bertempat tinggal di lokasi yang baru menyebabkan masyarakat mengalami perubahan kondisi penghidupan (livelihood) mereka. Kondisi perubahan penghidupan mereka dapat dilihat dari perubahan aset yang mereka miliki antara lain modal sosial (social capital), modal fisik (physical capital), modal alam (natural capital), modal keuangan (financial capital) dan modal manuisa (human capital). Perubahan penghidupan dari modal sosial dapat dilihat dari perpindahan ke lokasi baru menyebabkan sebagian dari mereka kehilangan tetangga dan sebagai bentuk dari perubahan pada financial capital adalah kehilangan pekerjaan karena lokasi yang baru berada jauh dari tepat kerja. Pada lokasi yang baru mereka harus memulai penghidupan yang baru. Lokasi relokasi baru tersebar dibeberapa wilayah di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan pada rumusan masalah yang sudah dijelaskan, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kerentanan sosial (social vulnerability assessment) masyarakat yang bertempat tinggal di sempadan Sungai Bengawan Solo paska relokasi? 2. Bagaimana aset penghidupan (livelihood asset) masyarakat paska terjadinya relokasi? 3. Bagaimana strategi yang sesuai dalam menurunkan kerentanan terhadap bencana banjir? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang berjudul Kerentanan sosial terhadap banjir dan aset penghidupan masyarakat bantaran Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta paska relokasi mandiri antara lain : 1. Menilai tingkat kerentanan sosial masyarakat yang bertempat tinggal di sempadan Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta ; 2. Mengetahui aset penghidupan (livelihood asset) masyarakat paska relokasi; 7

3. Menyusun strategi dalam menurunkan kerentanan terhadap bencana banjir. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terkait pengembangan keilmuan antara lain : 1. Menyajikan informasi terkait dengan tingkat kerentanan sosial dan aset penghidupan di kawasan rawan bencana banjir di sempadan Sungai Bengawan Solo Kota Surakarta; 2. Memberikan referensi pada bidang ilmu geografi terutama dalam aspek kebencanaan; 3. Memberikan rekomendasi kepada instansi yang terkait baik pemerintah maupun swasta dalam menyusun kebijakan terkait dengan kawasan rawan bencana dan terkait dengan relokasi. 8