BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

Penyimpangan Terhadap Ketentuan PKWT Dan Outsourcing Serta Permasalahannya Dan Kiat Penyelesaian

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

Miftakhul Huda, S.H., M.H

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang adalah pembangunan disegala bidang kehidupan.

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

BAB I PENDAHULUAN. Hukum ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan baik tertulis

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

Hubungan Industrial, Outsourcing dan PKWT

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA OUTSOURCING DI INDONESIA. Oleh :

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

INVENTARISASI PUTUSAN/KETETAPAN MAHKAMAH KONSTITUSI PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. terperinci dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar baik dalam

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelanjutan paket Undang-undang Ketenagakerjaan disahkan juga UU no 2

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak yang terjadi atas berlakunya Permenakertrans Nomor 19

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

BAB III KEABSAHAN KONTRAK KERJA TERHADAP DOSEN YANG TIDAK MEMENUHI KUALIFIKASI AKADEMIK MINIMUM UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

H U B U N G A N K E R J A

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. cepat membawa dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Era globalisasi

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-X/2012

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan outsourcing (= alih daya) di Indonesia. Bahkan aksi ini disambut aksi serupa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (Alih Daya) PADAA PT. SUCOFINDO CABANG PADANG SKRIPSI

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

SURAT PERJANJIAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

BAB II TINJAUAN UMUM HUBUNGAN KERJA DAN OUTSOURCING. Dengan diadakannya perjanjian kerja maka terjalin hubungan kerja antara

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan

Transkripsi:

34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh Penerapan outsourcing diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak baik negara, perusahaan dan pekerja. Namun pada kenyataannya tidak semua pihak dapat merasakan manfaat sistem tersebut. Hal ini ditandai dengan beroperasinya perusahan outsourcing yang tidak profesional dan tidak menaati ketentuan ketenagakerjaan di Indonesia. Demi memenangkan tender beberapa perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) kadang memasang harga yang sangat murah, yang dalam pelaksanaanya tidak dapat memenuhi standar mutu pelayanan yang baik. Pada akhirnya terjadi pemotongan upah atau pembayaran upah yang terlambat. Banyak pengusaha yang mengira bahwa outsourcing adalah penghematan dan jalan keluar satu-satunya bagi efisiensi finansial. Sistem outsourcing ini melakukan kegiatan penyerahan kegiatan perusahaan baik sebagian ataupun secara menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Penyerahaan kegiatan ini dapat meliputi bagian produksi, beserta tenaga kerjanya, fasilitas, peralatan, teknologi dan aset lain

35 serta pengembalian keputusan dalam kegiatan perusahaan. 21 Penyerahaan kegiatan ini kepada pihak lain merupakan hasil dari keputusan internal perusahaan yang bertujuan meningkatkan kinerja agar dapat terus kompetitif dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan teknologi global. 22 Dalam pelaksanaan outsourcing terdapat tiga tahapan penting yang harus dilakukan perusahaan yang akan melakukan outsource agar kegiatan tersebut berhasil. Tahapan tersebut yaitu perencanaan, penyusunan perjanjian dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dan evaluasi pelaksanaa perjanjian oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. 3.1.1 Tahapan Perencanaan Tahapan ini mencakup beberapa hal seperti penentuan pekerjaan yang akan di outsource, penentuan konsultan, dan pemilihan perusahaan outsource. 23 Penentuan pekerjaan yang akan di outsource sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan. Jika perusahaan sudah menentukan tujuannya, maka perusahaan tersebut akan memilih bidang yang ditanganinya dan bidang yang tidak ditanganinya. Untuk bidang yang tidak bisa ditangani sendiri (non core), perusahaan akan menyerahkan bidang tersebut kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Hal tersebut sesuai dengan konsep outsourcing yaitu jika ada yang bisa mengerjakan lebih baik, kenapa harus dikerjakan sendiri. Disini terletak korelasi antara visi misi perusahaan dengan penentuann kegiatan yang akan dioutsource. Dalam hal ini jika perusahaan tidak menetapkan categori pekerjaan yang dapat dioutsource meurut UU 13 Tahun 2003, maka demi 21 Iftida Yasar, Op.Cit., h. 17. 22 Ibid. 23 Ibid, h. 59.

36 hukum, status pekerja akan menjadi pekerja user, sedangkan menurut Permenaker No 19 Tahun 2012, jika perusahaan tidak melaporkan apa yang dimaksud dengan kegiatan penunjang sesuai dengan ketetapan asosisasi, maka demi hukum, status pekerja akan menjadi pekerja user. Tahap perencanaan yang kedua adalah penentuan konsultan, dalam tahap ini jika diperlukan perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan dalam proses pelaksanaan outsourcing. Konsultan dapat memberikan saran serta gambaran lengkap tentang hak dan kewajiban serta risiko yang dihadapi. Konsultan juga sangat berperan dalam pemilihan perusahaan outsourcing yang akan dipakai. Selain itu konsultan juga berperan menyusun perjanjian dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh serta saat pelaksanaan perjanjian tersebut. Konsultan harus memahami aspek hukum industrial termasuk outsourcing serta hal hal terkait kegiatan non core dan core. Selain itu perusahaan juga harus mempunyai pemahaman yang mendalam tentang SDM. Perusahaan harus mengetahui kualitas karyawan outsource yang dibutuhkan. Ada beberapa cara memilih konsultan yaitu: a. Berdasarkan referensi dari perusahaan lain yang sudah menggunakan jasa konsultan tersebut. b. Bertanya pada user atau perusahaan lain yang sudah menggunakan jasa konsultan tersebut. c. Mencari lewat internet. Melalui internet kita bisa mengetahui mengenai konsultan yang menangani outsourcing. Saat ini jumlah konsultan outsourcing masih sangat sedikit.

37 d. Melalui Asosiasi Bisnis Alih Daya (ABADI). Dalam Perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan pemberi jasa pekerja dengan perusahaan pemberi jasa pekerja/buruh dalam rangka menjalin hubungan kerja diantara keduanya harus didaftarkan ke instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dalam Pasal 20 ayat 1 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 menyebutkan bahwa perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dari hasil temuan yang didapat pada pemeriksaan dan pembinaan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh bidang pengawasan ketenagakerjaan menggambarkan ketidaktaatan para pengusaha penyedia jasa pekerja/buruh maupun pemberi kerja dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 17 Pasal 32 Permenakertrans No 19 Tahun 2012 kewajiban yang wajib dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yaitu : a. Memiliki ijin operasional perusahaaan penyedia jasa pekerja/buruh dari Disnakertransduk Prov. Jatim; b. Mendaftarkan perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh dengan pemberi kerja kepada Disnaker setempat tempat pelaksanaan pekerjaan; c. Mencatatkan perjanjian waktu tertentu antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh ke Disnaker setempat tempat pelaksaan pekerjaan. Tahapan yang ketiga adalah memilih perusahaan outsourcing. Dalam tahapan ini apabila dalam memilih perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh

38 mengalami kegagalan maka berakibat pada kegagalan pelaksanaan outsource secara keseluruhan. Berikut ini cara memilih perusahaan outsource yaitu: 24 a. Berdasarkan saran atau referensi konsultan: perusahaan pengguna jasa outsourcing dapat meminta saran atau pendapat dari konsultan yang sudah ditunjuk untuk memilih mitra atau perusahaan outsourcing yang baik. b. Mencari lewat internet. c. Referensi dari perusahaan lain : kita harus hati hati menyikapi informasi yang diberikan perusahaan lain. d. Dengan menghubungi asosiasi yaitu Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI), kita dapat mendapat informasi berbagai macam perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang berkualitas. 3.1.2 Tahapan Penyusunan Perjanjian Setelah menentukan perusahaan outsourcing yang kiranya mampu melaksanakan outsourcing, tahap selanjutnya adalah penyususan perjanjian antara perusahaan pengguna dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Dalam penyusunan perjanjian perusahaan pengguna harus sangat berhati hati dan memperhatikan beberapa elemen seperti: 25 Definisi: istilah istilah dalam perjanjian harus didefinisikan dengan jelas misalnya hari adalah hari kalender, tenaga kerja outsourcing adalah tenaga yang ditempatkan oleh perusahaan outsourcing kepada perusahaan pengguna sedangkan pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan outsourcing. Ruang lingkup pengadaan jasa : perusahaan pengguna harus memastikan apakah jasa yang disediakan oleh perusahaan 24 Iftida Yasar, Op.Cit., h. 73. 25 Ibid, h. 75.

39 outsourcing adalah jasa pemborongan pekerjaan atau hanya penyediaan jasa pekerjaan. Persyaratan administratif: perusahaan pengguna harus memastikan bahwa perusahaan outsourcing yang akan digunakan telah memenuhi seluruh ketentuan perundang undangan (berbadan hukum, mempunyai SIUP, NPWP, serta ijin operasi dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Hak, kewajiban dan tanggung jawab: dalam perjanjian harus dicantumkan bahwa perusahaan outsourcing berhak mendapatkan penjabaran spesifik pekerjaan yang harus dilaksanakan dan mendapatkan pembayaran untuk pekerjaan itu. 3.1.3 Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Perjanjian Untuk menjamin bahwa hal hal yang tercantum didalam perjanjian dilaksanakan dengan baik, perusahaan perusahaan outsourcing perlu melaksanakan evaluasi. Evaluasi yang dapat dilakukan yaitu melalui beberapa cara seperti laporan berkala, rapat berkala, observasi langsung, audit. Keempat kegiatan tersebut harus dilakukan demi terciptanya hubungan kerja yang profesional sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati. Keempat kegiatan evaluasi tersebut merupakan rangkaian sistem kerja yang dapat membuat jalinan kerjasama antara perusahaan penyedia jasa pekerja dengan perusahaan pengguna berjalan dengan baik. Jika ada salah satu kegiatan evaluasi kegiatan tidak dilaksanakan maka akan ada masalh yang tidak terdeteksi sehingga fungsi evaluasi tidak berjalan secara optimal. Berdasarkan pengawasan yang telah dilakukan ke perusahaan, hampir semua perusahaan belum mendaftarkan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh ke Disnaker setempat tempat pelaksanaan pekerjaan. Maksud dari pendaftaran ini adalah untuk memastikan bahwa perjanjian yang telah dibuat adalah sah dan diketahui oleh Disnaker setempat. Sehingga akan

40 memudahkan pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaaan kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Hal serupa terjadi pula pada perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang tidak di daftarkan kepada Disnaker setempat. Padahal materi perjanjian kerja tersebut menyangkut hak-hak normatif pekerja/buruh sesuai ketentuan harus diberikan oleh pihak pengusaha dan pekerja/buruh harus mengetahui hak-hak yang wajib diterimanya. Mencermati masalah ketenagakerjaan terkait kegiatan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah membuat suatu acuan yang dikeluarkan dengan surat Gubernur Jawa Timur Nomor 560/6189/031/2010 perihal pembinaan dan pengawasan pelaksanaan outsourcing, yaitu: 1. Perusahaan penyedia Jasa Pekerja (PPJP) harus berbadan hukum dan memiliki ijin operasional dari instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota 2. Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepda perusahaan lain harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan dan wajib melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. 3. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepda perusahaan penyedia jasa pekerja adalah kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

41 4. Perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain wajib membuat perjanjian penyediaan jasa pekerja secara tertulis dengan memuat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian dimaksud harus didaftarkan pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan menurut jenjang kewenangannya. 5. Apabila hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) dengan pekerjanya didasarkan atas perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), maka harus memenuhi ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Pasal 56, 57, 58, 59, 60 dan Kepmenakertrans No. Kep. 100/Men/VI/2004 serta wajib dicatatkan pada instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota paling lambat 7 hari kerja setelah penandatanganan. 3.2 Perlindungan Hukum Bagi Pekerja/Buruh Pasca Putusan MK No. 27/PUU-IX/2011 Putusan MK ini bertujuan agar jaminan kesejahteraan dan hak pekerja sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2013, karena selama ini masih ada pembayaran hak pekerja yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan ketenagakerjaaan. 26 Gugatan ke Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh warga Surabaya yang merupakan Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Aliansi Petugas Pembaca Meter Listrik (AP2ML) Indonesia pada tanggal 4 April 26 Ibid. h. 111

42 2011. 27 Ketentuan yang digugat adalah Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu pasal 59,64,65 dan pasal 66. Penggugat merasa bahwa ketentuan yang ada didalam pasal-pasal tersebut merugikan para buruh. Dengan adanya putusan MK ini pekerja/buruh mengharapkan mendapatkan haknya sesuai dengan undang-undang dan masa kerjanya juga diperhitungkan. Dengan demikian tercipta adanya adanya kepastian aturan main yang jelas bagi perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) dan perusahaan pemberi kerja. sehingga untuk jangka panjang akan tercipta perusahaan outsourcing yang bonafit, taat hukum dan juga pemberi kerja yang taat hukum sehingga pekerja dan pengusaha sejahtera namun gugatan tersebut mendapat respon dari pemerintah. Pemerintah tentu saja menolak argumen- argumen yang diajukan oleh penggugat dan menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai outsourcing telah menjamin kepentingan pekerja dan pengusaha. Pemerintah meminta gugatan tersebut ditolak sebab jika sistem outsourcing dilarang maka akan berpengaruh terhadap iklim usaha dan investasi serta perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Setelah menimbang berbagai hal akhirnya Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan No. 27-PUU/IX/2011 tertanggal 17 Januari 2012 yang isinya sebagai berikut: 28 1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian; 2. Frasa.. perjanjian kerja waktu tertentu dalam Pasal 65 ayat (7) dan frasa.. perjanjian kerja untuk waktu tertentu dalam pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembar Negara Republik Indonesia 27 Ibid. h. 99 28 Ibid. h. 110

43 Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Rebulik Indonesia Nomor 4279) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Rebulik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak diisyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi penggantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; 3. Frasa.. perjanjian kerja waktu tertentu dalam Pasal 65 ayat (7) dan Frasa.. perjanjian kerja untuk waktu tertentu dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Rebulik Indonesia Nomor 4279) tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak diisyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh yang objek kerjanya tetap ada, walaupun terjadi penggantian perusahaan yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. Dampak putusan MK bagi perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) diantaranya adalah adanya resiko menanggung biaya pesangon dan proses PHK yang rumit berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003. Perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) harus mampu meningkatkan kualitas perusahaannya agar profesional dalam menjalankan perusahaannya. Bukan hanya dalam hal permodalan namun dalam hal membangun pekerjanya agar mampu mengatasi permasalahan di lapangan dan menaati peraturan yang berlaku.tanpa putusan MK No. 27/PUU-IX/2011 sudah banyak perusahaan yang lebih suka menjadi eksportir, membeli barang buatan China dan memasarkan di Indonesia tanpa mau mendirikan industri di negaranya sendiri. Hal tersebut juga akan mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan mekanisasi dan mengurangi jumlah pekerjanya karena tidak mau berurusan

44 dengan rumitnya aturan ketenagakerjaan. Mengingat bahwa putusan MK ini dibuat tanpa memperhatikan keterangan dari pihak pengusaha secara umum atau meminta pada asosiasi perusahaan alih daya untuk mendapatkan fakta yang berimbang maka dalam pelaksanaanya akan timbul ketidak pastian hukum. Untuk mengatasi hal tersebut secara tehnis dapat diatur suatu perjanjian yang dapat melindungi semua belah pihak, dalam hal ini pekerja, perusahan penyedia jasa pekerja (PPJP). Jika pekerjaannya bersifat sementara atau merupakan proyek, maka penggunaan pekerja outsourcing dapat dilakukan dengan cara PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Pelaksanaan PKWT tentu saja sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu sesuai dengan Undang-undang hanya boleh diperpanjang dua kali atau dalam masa tidak lebih tiga tahun, jadi kalau hanya 2 kali PKWT, misalnya 1 tahun diperpanjang 1 tahun,maka tidak boleh lagi PKWT harus menjadi pekerja teteap (PKWTT) di perusahaan penyedia jasa pekerja. 29 Undang-undang memperbolehkan maksimal tambahan PKWT sampai 2 tahun, jadi total 5 tahun, dengan mengadakan pembaharuan perjanjian setelah istirahat 30 hari dari berakhirnya kontrak kedua. 30 3.3 Pembatalan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan Pekerja Outsourcing. Masalah ketenagakerjaan terkait dengan kegiatan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh begitu beragam. Contohnya 29 Ibid,h. 118 30 Ibid.

45 seperti di Pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Dalam hal ini kebanyakan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja (PPJP) melakukan pelanggaran seperti tidak sesuainya isi perjanjian kerja yang dilakukan dengan pekerja/buruh mengenai hak-hak pekerja atau tidak didaftarkannya perjanjian tersebut kepada dinas ketenagakerjaan setempat. Pembinaan dan pengawasan yang intensif dan efektif harus dilakukan untuk mengantisipasi pelanggaran-pelanggran yang sering kali dilakukan oleh Perusahan Penyedia Jasa Pekerja (PPJP). Untuk mengantisipasi pelanggaran tersebut perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi terkait praktek dilapangan seperti melakukan pembinaan yang intensif kepada perusahaan pengguna dan perusahan penyedia jasa pekerja/buruh agar mekanisme, prosedur dan tata cara pelaksanaan outsourcing dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar segera ditindak lanjuti sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku. Perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerja outsourcing yang dibuat tidak sesuai dengan Peraturan Menteri No. 19 Tahun 2012 pada Pasal 27 Ayat 3 yang menyebutkan bahwa Dalam hal perjanjian kerja tidak dicatatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi mencabut izin operasional berdasarkan rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. Dalam pendaftaran perjanjian kerja ini tidak dikenakan biaya. Setelah izin operasional perusahan penyedia jasa

46 pekerja dicabut oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Dengan dicabutnya izin operasional perusahan tersebut maka masa kerja pekerja/buruh yang sebelumnya terikat perjanjian kerja dengan perusahan yang lama, perusahaan penyedia jasa pekerja (PPJP) yang memenangkan tender yang baru tidak mempunyai kewajiban untuk menerima pekerja/buruh tersebut. Dengan alasan perusahaaan penyedia jasa pekerja (PPJP) yang baru sudah mempunyai pekerja/buruh yang kompetensinya sama atau lebih baik bahkan sudah diketahui track recordnya dibanding dengan pekerja/buruh dari perusahaan lama. Jika pekerja/buruh ditolak atau tidak diterima oleh perusahan penyedia jasa pekerja (PPJP) yang baru, maka pekerja/buruh tersebut dapat mengajukan tuntutan hak. Tuntutan hak yang berupa pembayaran pesangon dan perhitungan masa kerja dapat ditujukan kepada perusahan penyedia jasa pekerja (PPJP) yang terakhir.