penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak

dokumen-dokumen yang mirip
bagi manusia yang menyandang ketunarunguan, karena "Setiap

BAB II METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) SEBAGAI METODE MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI SISWA TUNARUNGU. penguasaan struktur dan tata bahasa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aini Qurrotullain, 2013

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN. antar warga akan berlangsung dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

NENI DEWI ISNAENI,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat vital

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 242

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan mengetengahkan mengenai intisari hasil penelitian serta beberapa saran perbaikan untuk pihak terkait setelah mendapatkan kejelasan dari hasil peneli tian. A. Kesimpulan. Memperhatikan hasil-hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian mengenai pengembangan model pembe lajaran maternal reflektif bahasa Indonesia di kelas dasar 1 (D.l) SLB Bagian B. (tunarungu). Kesimpulankesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Penerapan metode maternal reflektif dalam Pengajaran bahasa Indonesia di SLB B sudah diterapkan walaupun belum terpola dan penyajiannya belum sistematis. Ini disebabkan guru belum memiliki rujukan secara khusus yang dapat digunakan sebagai acuan. 2. Pengalaman, kemauan dan kompetensi profesionalisasi guru, heterogenitas kemampuan dan karakteristik ketuna runguan, motivasi dan harapan siswa sasaran, kurikulum, intensitas pengajaran dan optimalisasi prasarana dan sarana yang tersedia memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk mewujudkan model program pembelajaran 139

maternal reflektif bahasa Indonesia. 3. Model program pembelajaran maternal reflektif bahasa Indonesia yang dikembangkan, efektif di kelas dasar 1 (D.l) SLB Bagian B (tunarungu). Walaupun demikian, hasil ini belum merupakan informasi yang lengkap, karena dalam ujicoba penerapan model tersebut tampa menggunakan kon trol. 4. Unjuk kerja guru dalam menyajikan model program pembe lajaran selama pelaksanaan ujicoba berlangsung, menunjuk kan peningkatan-peningkatan dari setiap pertemuannya. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada aspek yang ditetap kan segera diperbaiki untuk meningkatkan pada kondisi berikutnya. Beberapa aspek yang memerlukan perbaikan meliputi: kemampuan menggunakan media komunikasi dalam percakapan, kemampuan menggunakan metode tangkap dan peran ganda, kemampuan merespon ungkapan siswa yang bervariasi, ketrampilan memvisualisasikan, ketrampilan menyusun deposit dan kemampuan menjelaskan deposit serta kemampuan memberikan layanan individual. 5. Pengaruh dari penerapan model program pembelajaran maternal reflektif bahasa Indonesia dapat disimak dari hasil prestasi belajar yang dicapai siswa. Peningkatan hasil belajar, baik Secara kuantitas maupun secara kuali tas selama ujicoba belum menunjukkan perkembangan yang konsisten pada setiap pertemuannya, walaupun demikian 140

pada akhirnya bersamaan dengan meningkatnya kualitas unjuk kerja guru, perolehan hasil belajar siswa, terutama sekali secara kualitas menunjukkan perkembangan yang berarti. Dilihat dari kemampuan siswa secara individual yang mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa dalam ujicoba model program pembelajaran maternal reflektif bahasa diduga penyebabnya, yakni: tingkat kehilangan kemampuan mendengar, kondisi mental (kecerdasan), dan kemampuan awal yang dimiliki setiap siswa. B. Rekomendasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari temuan-temuan selama penelitian, berikut ini direkomendasikan beberapa hal yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk : 1. Guru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model program pembelajaran maternal reflektif bahasa Indonesia, yakni : a. Model program pembelajaran maternal reflektif bahasa dapat berjalan dengan baik manakala ada saling kepa cayaan antara siswa dan guru-. Untuk itu, dalam mengawali kagiatan pembeiaja-ran guru harus mampu menciptakan kontak bathin untuk saling mempercayai dan menghargai keberadaan masing-masing. Strategi yang dapat digunakan dengan cara ekspresi wajah bercerita, yang menunjukkan ketulusan dan 141

kesungguhan untuk membantu mereka, misalnya mimik muka, senyuman, pandangan, gerak tubuh dan lainnya yang dapat menimbulkan rasa simphati. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan stimulus agar siswa mau mengungkapkan perasaan, keinginan, harapan dan gagasan-gagasannya sebagai dasar untuk dijadikan bahan pelajaran. b. Dalam model program pembelajaran maternal reflektif bahasa, percakapan merupakan poros pembelajaran. Untuk itu, pupuklah iklim percakapan agar berlangsung secara bebas, spontan dan terarah serta hadirkan sikap emphati dan fleksibilitas berbahasa, gunakan bahasa yang lazim, bahasa sehari-hari melalui metode tangkap dan peran ganda serta mengacu kepada tahapan-tahapan yang dirancang dan cermati situasi kelas. Karena itulah dalam melakukan percakapan, guru diharapkan dapat : tanggap terhadap suara atau gerak siswa, masuk ke dalam fikiran siswa, bertukar pikiran dengan siswa (bukan tanya-jawab), memperluas topik percakapan melalui asas kontras (provokasi) namun tetap aktual dan situasional serta setiap kosakata atau ungkapan yang muncul dalam percakapan yang belum difahami siswa, segera visualisasikan, dengan cara : menuliskan, meragakan dengan bahasa badan, isyarat bahasa Indonesia (Indonesian sign system) atau dengan ejaan jari. Dalam memvisualisasikan, aktifkan siswa melalui penugasan-penugasan untuk memvisualisasikan sendiri. Misi 142

kegiatan ini disamping untuk memperjelas antara persepsi auditoris dengan persepsi visual juga untuk melatih siswa menulis atau menjelaskan. c. Agar mendapatkan gambaran yang utuh mengenai pokok persoalan yang dipercakapkan, susunlah hasil percakapan menjadi bahan/materi yang lengkap dan utuh dalam suatu deposit, dengan cara: kosakata, ungkapan-ungkapan, gaga san-gagasan yang belum lengkap disusun menjadi suatu cerita yang utuh dengan menggunakan struktur bahasa yang benar dan tugasi siswa untuk menyalinnya. Misi kegiatan ini untuk merelevansikan bahan dengan tujuan yang ditargetkan, menambah penguasaan kosakata, melatih belajar membaca teknis dan menangkap maknanya serta melatih menulis (menyusun) karangan atau cerita. Untuk memberikan pemahaman terhadap doposit yang telah disusun, berikan penjelasan-penjelasan dan tanya-jawab. Dalam memberikan penjelasan, perlu diperhatikan, yakni : ujaran seritmis-ritmisnya dengan intonasi dan irama secara wajar dengan menggunakan artikulasi yang tepat, keterarahsuaraan dan keterarahwajahan waktu menjelaskan. Kegitan menjelaskan dapat juga dilakukan dengan tanyajawab atau menugasi siswa, misalnya menugasi siswa untuk membacakan kembali deposit secara klasikal atau individu al, dan ujaran siswa yang belum sempurna langsung dikoreksi saat itu. 143

d. Model program pembelajaran maternal reflektif bahasa, selain diarahkan terhadap penguasaan materi pengetahuan, juga untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa dan berko munikasi secara verbal dengan baik dan benar (trampil bercakap dengan lingkungan, trampil membaca dan menulis, trampil menangkap ujaran orang lain dan trampil bercerita dan mengarang) sebagai dasar untuk mempelajari pengeta huan lain. Untuk itu, diperlukan latihan (pelajaran) pendukung yakni: latihan bina persepsi bunyi dan irama (latihan menyimak) dan latihan artikulasi. e. Media mengajar yang mendukung langsung program pembe lajaran bahasa dengan menggunakan metode maternal reflek tif yaitu interaksi insani, lingkungan sekitar, minat dan pengalaman siswa. f. Agar mempermudah memberikan layanan, aturlah kursi siswa membentuk setengah lingkaran dan gunakan alat bantu mendengar (ABM) kelompok. 2. Kepala Sekolah, Orang tua, Pembina Asrama. Dukungan positif dan sikap responsif dari kepala sekolah, orang tua dan pembina asrama terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi anak, khususnya berbahasa verbal, merupakan faktor yang turut mempengaruhi keber hasilan anak. Untuk itu, disarankan agar : a). kepala 144

sekolah memberikan aturan-aturan yang mengharuskan anak untuk membiasakan menggunakan media komunikasi secara wajar (lisan) dalam lingkungan sekolah dan memberikan sanksi-sanksi bagi siswa yang melanggar, b). orang tua menerima kehadiran mereka dengan segala keberadaannya dan selalu memberikan bimbingan untuk menyadari ketunaannya serta selalu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mela- kukan sosialisasi dalam masyarakat yang lebih luas (masyarakat mendengar) dan yang tidak kalah pentingnya selalu melakukan kerjasama dengan pihak sekolah sehingga terjadi sinkronisasi apa yang didapat sekolah dengan di rumah, c). pembina asrama sebagai pengganti orang tua dan penerus program sakolah, agaar mengamankan setiap- anjuran, a-turawv- budaya-budaya positif sekolah; memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya; membantu membimbing dan menanamkan rasa percaya diri dan sikap optimistik, membantu memecahkan masalah-masalah kesulitan yang berkaitan dengan program sekolah dan lainnya, memonitoring setiap kemajuan yang berhasil dicapai anak dan menindaklanjutinya. 3. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini mampu mengembangkan model program pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan 145

metode maternal reflektif di kelas dasar 1 (D.l) Sekolah luar biasa bagian B (tunarungu), namun hasilnya belum bisa digeneralisasikan kedalam lingkup yang lebih luas, dalam arti model ini hanya berlaku pada kelas ujicoba atau pada kelas yang memiliki karakteristik yang sederajat dengan yang diteliti. Ciri-ciri tersebut meliputi; latar belakang pendidikan guru, pernah mengikuti penata ran metode maternal reflektif, memiliki pengalaman menga jar yang cukup di kelas rendah, mampu menstimuli siswa untuk melakukan percakapan, trampil menggunakan asas kontras dalam percakapan untuk merelevansikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta kondisi kemampuan siswa yang heterogen dari segi ketunarunguan, kecerdasan, dan motivasi belajarnya. Meskipun model program yang dirancang oleh peneliti cukup efektif, namun karena ujicoba penerapannya bersifat terbatas dan tidak menggunakan kontrol, maka hasilnya belum dapat memberikan informasi yang lengkap. Untuk itu, ddisarankan kepada peneliti berikunya untuk melanjutkan penelitian ini dalam lingkup yang luas serta subyek dan lokasi penelitian ddalam skala besar. 146