BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 SERI E

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

Transkripsi:

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN INTEGRASI SISTEM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Integrasi Sistem Pembangunan Partisipatif dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN) sebagai upaya mengintegrasikan sistem pembangunan partisipatif ke dalam sistem pembangunan daerah serta mendorong penyelarasan perencanaan teknokratis, politis dengan partisipatif. Program ini pada dasarnya memiliki dua agenda besar yaitu peningkatan kapasitas masyarakat dan penguatan pemerintahan lokal dalam penyelenggaraan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat atau pembangunan yang bersifat swakelola oleh masyarakat. Program telah dirintis sejak tahun 2006 dengan nama Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP), laboratorium Site Pembangunan Partisipatif (Labsite PP) Tahun 2009, Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) tahun 2010 dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Integrasi (PNPM MPd Integrasi) mulai tahun 2011. Pada Tahun Anggaran 2012 sampai sekarang, program ini berubah nama menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Integrasi Sistem Pembangunan Partisipatif dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN). Program ini telah mengalami beberapa kali penyempurnaan kerangka pikir, konsep, kebijakan, perluasan kegiatan, dan penambahan lokasi. Program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program dari pemerintah dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dianggap cukup berhasil yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang dahulunya disebut dengan Program Pengembangan Kecamatan(PPK). PNPM Mandiri Perdesaan memiliki keunggulan sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan pemerintah lokal dalam pengelolaan kegiatan pembangunan desa; 2. Partisipasi dan swadaya masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan cukup tinggi; 3. Hasil dan dampaknya, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan cukup nyata; 4. Biaya kegiatan pembangunan relatif lebih murah dibandingkan jika dilaksanakan oleh pihak lain atau jasa pihak ketiga; 5. Masyarakat terlibat secara aktif dan penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; 6. Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangannya cukup kuat. Di samping keunggulan-keunggulan di atas, PNPM Mandiri Perdesaan juga memiliki berbagai kelemahan yaitu: 1. Tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme dan prosedur yang telah ada dalam pembangunan dan masih bersifat adhoc; 2. Partisipasi masyarakat maupun pelembagaan masyarakat masih cenderung bersifat mobilisasi; 3. Keterlibatan pemerintah daerah masih kurang; 4. Ketergantungan terhadap bantuan teknis dari konsultan masih besar; 5. Keterpaduan program pembangunan sejenis masih bersifat lemah baik dari segi dana, waktu, dan mekanisme pengelolaan. 6. Sistem perencanaan menggunakan mekanisme sendiri terpisah dengan perencanaan regular. Berdasarkan pengalaman tersebut, perlu dikembangkan suatu pola pembangunan partisipatif yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yang dapat memperkuat keunggulan dari pola PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) dan sekaligus mengeliminir kelemahan-kelemahan yang ada. Salah satu upayanya adalah dengan mengintegrasikan perencanaan partisipatif pola PNPM MPd ke dalam perencanaan pembangunan daerah/reguler. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sejak tahun 2010 telah berupaya untuk mengintegrasikan pola perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan ke dalam perencanaan reguler. Untuk Tahun Anggaran 2014, pelaksanaan integrasi di Kabupaten Gunungkidul telah mendasarkan pada SE Bupati Gunungkidul No 411/4743 Tanggal 27 Desember 2013 tentang Tata Cara Musrenbang Integrasi dan Pedoman Perencanaan Pembangunan Tahun 2014. Berdasarkan Surat Dirjen PMD Kementerian Dalam Negeri No. 414.2/1409/ PMD, tanggal 31 Maret 2010, kabupaten Gunungkidul ditunjuk sebagai salah satu lokasi Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP). Tahun 2011, Kabupaten Gunungkidul kembali ditunjuk menjadi lokasi PNPM MPd Integrasi (sebagai pengganti P2SPP) sesuai Surat Menteri Dalam Negeri No.413.21/636/PMD tanggal 4 Januari 2011 tentang Penetapan Lokasi PNPM MPd Integrasi TA 2011. Tahun 2012, Kabupaten

Gunungkidul kembali ditunjuk menjadi lokasi PNPM MPd Integrasi (nama resminya PNPM MPd Integrasi SPP - SPPN) ketiga kalinya sesuai surat Kementerian Dalam Negeri No. 900/7180/PMD tanggal 8 Desember 2012 tentang penetapan lokasi dan Alokasi BLM Program Pendukung PNPM Mandiri Perdesaan T.A. 2012. Pada Tahun Anggaran 2013 Kabupaten Gunungkidul dipercaya oleh Pemerintah Pusat sebagai lokasi PNPM MPd Integrasi SPP SPPN berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 414.2/7735/PMD tanggal 7 Nopember 2012 Perihal Penetapan Lokasi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN Tahun Anggaran 2013. Pada Tahun 2014 Kabupaten Gunungkidul dipercaya lagi oleh pemerintah Pusat sebagai lokasi PNPM MPd Integrasi SPP SPPN berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 414.2/8509/PMD tanggal 16 Desember 2013 Perihal Penetapan Lokasi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN Tahun Anggaran 2014. PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN merupakan program Pemerintah yang ditujukan sebagai upaya mengintegrasikan sistem pembangunan partisipatif ke dalam sistem pembangunan regular daerah. PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN memberikan tekanan pada aspek penguatan pemerintahan lokal. Karena penguatan dan pelembagaan pembangunan partisipatif hanya dapat dilakukan apabila pemerintah lokal (daerah) memiliki kebijakan dan memberikan dukungan (anggaran dan regulasi) yang berpihak kepada rakyat. Pada tataran operasional, pengintegrasian mensyaratkan adanya perencanaan pembangunan di tingkat desa (RPJM Desa), yang didukung dengan peningkatan manajemen pemerintahan desa sebagai basis. Pada konteks itu, efektivitas fasilitasi untuk memastikan pemerintah desa membentuk dan menetapkan Peraturan Desa (Perdes), menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) dan Pertanggungjawaban Kepala Desa (Kades) secara rutin menjadi penting. Hal itu juga harus disertai dengan peningkatan kualitas proses dan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten serta keselarasan rencana kegiatan dan anggaran dari berbagai sumber, khususnya APBD. Proses dimaksud, memunculkan berbagai isu penting yaitu: keselarasan penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD dengan hasil-hasil Musrenbang (desa dan kecamatan), akomodasi usulan masyarakat dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD serta dukungan Peraturan Daerah (Perda) terkait isu-isu di atas. Perencanaan program kegiatan pembangunan di daerah, baik yang akan didanaidari APBN, APBD Provinsi maupun APBD kabupaten, dan atau sumber dana lainnya yang sah diarahkan sepenuhnya pada pencapaian visi dan misi daerah. Visi dan misi daerah tersebut merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam 5 (lima) tahun ke depan, sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Target-target kinerja dalam RPJMD harus direalisasikan melalui berbagai program kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di daerah, termasuk di dalamnya didukung melalui program PNPM-MPd.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010 2015 dijiwai filosofi pembangunan Kabupaten Gunungkidul yaitu: DHAKSINARGHA BUMIKARTA yang memiliki cakrawala yang luas dan mampu menjadi pedoman bagi daerah dalam menentukan visi, misi, dan arah pembangunan. Filosofi pembangunan Kabupaten Gunungkidul tersebut sesuai dengan Filosofi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: HAMEMAYU HAYUNING BAWANA. Filosofi pembangunan Kabupaten Gunungkidul DHAKSINARGHA BUMIKARTA merupakan tekad masyarakat Gunungkidul untuk senantiasa ingin mewujudkan semboyan yang mengandung harapan agar Gunungkidul menjadi Daerah yang subur dan makmur, dalam rangka mencapai HAMEMAYU HAYUNING BAWANA, sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat yang berkelanjutan berdasarkan nilai budaya. Berlandaskan filosofi Kabupaten Gunungkidul, maka Visi sebagai suatu pernyataan yang merupakan ungkapan atau artikulasi dari citra, nilai arah, dan tujuan organisasi yang realistis, memberikan kekuatan, semangat, dan komitmen serta memiliki daya tarik yang dapat dipercaya sebagai pemandu dalam pelaksanaan aktivitas dan pencapaian tujuan organisasi. Visi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 adalah: Mewujudkan Gunungkidul yang Lebih Maju, Makmur, dan Sejahtera. Pernyataan visi tersebut dilandasi filosofi gotong royong untuk membangun kesamaan persepsi, sikap, komitmen, perilaku, etos kerja, dan partisipasi segenap pemangku kepentingan (stakeholders) dalam setiap tahapan proses pembangunan selama 5 (lima tahun) ke depan. Untuk mewujudkan atau merealisasikan visi daerah tersebut, maka disusunlah beberapa misi daerah yang lebih operasional. Misi pembangunan daerah adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh pemerintah daerah, untuk mencapai visi pembangunan daerah yang telah ditetapkan, agar tujuan pembangunan daerah dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan, sesuai dan selaras denganisi substansinya, makadirumuskan misi pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015 sebagai berikut: 1. Peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran. 2. Pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, peningkatan iklim usaha yang kondusif, serta peningkatan peluang investasi dan penggalangan sumber-sumber pendanaan sebagai penggerak perekonomian daerah. 3. Peningkatan pengelolaan pariwisata. 4. Pengembangan sumber daya manusia yang terampil, professional, dan peduli. 5. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perencanaan Pembangunan Desa telah mengatur mekanisme perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan rencana pembangunan desa. Prinsip utama yang dianut dalam Peraturan Daerah ini adalah Satu Desa Satu Perencanaan (One Village One Plan) yaitu kewajiban desa untuk menyusun RPJM Desa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan RKP Desa sebagai dokumen rencana pembangunan desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Kemudian untuk menjamin kuota usulan setiap kecamatan melalui mekanisme Musrenbang Partisipatif di Kecamatan telah ditetapkan Peraturan Bupati Nomr 40 Tahun 2012 tentang Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) yang pada Tahun Anggaran 2014 melalui APBD Kabupaten telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 18.000.000.000,- (Delapan Belas Milyard Rupiah) dan pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp. 21.600.000.000,- (Dua Puluh Satu Milyard Enam Ratus Juta Rupiah). 1.2.Landasan Hukum Kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN merujuk pada: 1. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. 2. Undang-Undang Nomor Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2007 tentang Desa; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa; 8. Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 10. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor-PER 66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

11. Panduan Teknis Perencanaan Pembangunan Desa sesuai Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010; 12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2 / 5223 / PMD tanggal 16 September 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168 / PMK 07 / 2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan; 14. Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM Mandiri Perdesaan dan Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) dari Pemerintah Pusat; 15. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2 / 1408 / PMD tanggal 31 Maret 2010 Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa; 16. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/8509/PMD tanggal 16 Desember 2013 perihal Penetapan Lokasi PNPM Integrasi SPP SPPN Tahun Anggaran 2014; 17. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2 / 2207 / PMD tanggal 18 Mei 2010 Tentang Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan; 18. Peraturan DaerahNomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah; 19. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2012 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Desa; 20. Surat Direktur Jenderal PMD, Kemendagri Nomor 414.2/8509/PMD tentang Penetapan Lokasi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN TA 2014; 21. SE Bupati Gunungkidul No 411/4743 Tanggal 27 Desember 2013 tentang Tata Cara Musrenbang Integrasi dan Pedoman Perencanaan Pembangunan Tahun 2014. 1.3. Pengertian 1. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan kuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota; 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa; 3. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

4. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap hasil-hasil kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan; 5. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman, yang memiliki kompetensi/kecakapan substansif dan teknis serta memiliki ketrampilan penerapan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas memandu dan mendampingi masyarakat dan pemerintah desa melaksanakan tugas-tugasnya; 6. Forum SKPD adalah Forum yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi/sub-fungsi, kegiatan sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggrarannya difasilitasi oleh SKPD terkait; 7. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan; 8. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa adalah laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada BPD mengenai seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APB-Desa, yang disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD; 9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi; 10. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah; 11. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa serta menyepakati kegiatan lintas desa di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD Kabupaten pada tahun anggaran berikutnya; 12. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desadan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya; 13. Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) adalah sejumlah patokan batas maksimal anggaran yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh mekanisme partisipatif melalui Musrenbang Kecamatan dengan berdasarkan kepada kebutuhan dan prioritas program; 14. Partisipasi adalah membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan;

15. Partisipatif mendorong dan memberi ruang bagi pemanfaat/sasaran kegiatan untuk berperan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian hasil kegiatan; 16. Pagu Indikatif adalah patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD yang dirinci berdasarkan plafon anggaran sektoral dan plafon anggaran kecamatanuntuk mendanaiprogram kegiatan prioritas; 17. Pengintegrasian adalah penyatupaduan proses perencanaan partisipatif kedalam mekanisme reguler; 18. Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik; 19. Pengelolaan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara optimal dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki, baik dalam perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut serta pengendalian maupun dalam pelestarian pembangunan; 20. Perencanaan adalah rangkaian kegiatan untuk merumuskan program dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada identifikasi masalah, pemetaan wilayah dan analisa para pelaku dengan menggunakan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan/hasil yang telah ditetapkan; 21. Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk memcapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Instansi pemerintah; 22. Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja, dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan RPJM-Desa; 23. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang diselanjutnya disebut Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun; 24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun; 25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa,

kebijakan umum, dan program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan Program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. 26. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran; 27. Setrawan adalah pegawai negeri sipil yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat melaksanakan tugas akselerasi perubahan sikap mental dikalangan lingkungan pemerintah dan perubahan tata kepemerintahan serta mendampingi masyarakat, khususnya dalam manajemen pembangunan partisipatif; 28. Sinergi adalah keterpaduan dan keselarasan pendekatan, arah dan atau kebijakan untuk mencapai tujuan secara tepat; 29. Strategi adalah rumusan langkah dan cara yang tepat dan efektif untuk mewujudkan visi dan misi; 30. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan; 31. Pekerjaan yang dapat di swakelolakan adalah a) Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat; b) pekerjaan survey, pekerjaan industri kreatif, inovatif, budaya dan penelitian laboratorium, Penelitian dan pengembangan dalam negeri, Pengembangan industri pertahanan, alutsista dan almatsus dalam negeri; c) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I; 32. Pengadaan barang/jasa pemerintah daerah adalah kegiatan mengadakan barang/jasa yang dibiayai dengan APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa; 33. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya; 34. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa. 1.4. Tujuan Penyusunan PNPM Integrasi SPP-SPPN sebagai upaya mengintegrasikan sistem pembangunan partisipatif ke dalam sistem perencanaan pembangunan reguler, dirancang untuk mendorong dan menguatkan inisiatif daerah dalam melaksanakan program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kondisi, karakteristik, kekhususan, dan kebutuhan daerah.untuk mencapai maksud tersebut, telah disusun kebijakan berupa pedoman perencanaan partisipatif secara nasional yaitu Panduan Teknis Integrasi dan Pedoman Pelaksanaan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Sebagai tindak lanjutnya maka perlu disusun ketentuan dan tatacara pelaksanaan kegiatan yaitu Petunjuk Teknis Operasional (PTO) sesuai kondisi, karakter, kekhususan dan kebutuhan daerah (sesuai

prinsip desentralisasi pengelolaan) guna menjamin pelaksanaan kegiatan integrasi dapat berjalan terorganisir, sistematis, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan daerah. PTOPNPM IntegrasiSPP-SPPN ini merupakan penjabaran dari Panduan Teknis Integrasi dan Pedoman Pelaksanaan PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN, dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari PTO PNPM Mandiri Perdesaan.

BAB II KONSEP DAN KEBIJAKAN PNPM MPd INTEGRASI SPP-SPPN 2.1. Konsep PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN Dalam konteks peningkatan kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat seperti halnya PNPM Mandiri Perdesaan, upaya mengintegrasikan perencanaan pembangunan partisipatif menjadi sebuah program kerja yang bersifat strategis. Perencanaan partisipatif yang dikembangkan dalam PNPM Mandiri Perdesaan diintegrasikan dengan perencanaan partisipatif yang dikembangkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Agenda pengintegrasian program ini merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan utamanya terkait dengan instruksi untuk melaksanakan Integrasi PNPM Mandiri Perdesaan dengan Perencanaan Desa dan Daerah. Rumusan tindakan dalam rangka integrasi dimaksud meliputi: 1. Menyusun mekanisme penyatuan perencanaan berbasis masyarakat ke dalam forum yang bersifat partisipatif di tingkat desa. 2. Menyusun mekanisme pendampingan agar masyarakat desa mampu menyiapkan program jangka menengah desa yang bersifat komprehensif. 3. Menyusun mekanisme agar program jangka menengah desa yang disusun melalui proses partisipatif dapat disatukan dengan program jangka menengah desa yang reguler sehingga menghasilkan program berbasis masyarakat. 4. Menyusun mekanisme agar aparat desa dapat mengakomodir dan memproses RPJM desa sebagai bahan musrenbang di tingkat yang lebih tinggi. 5. Menyusun mekanisme pengendalian pelaksanaan program pembangunan berbasis masyarakat melalui instrumen PNPM Mandiri Perdesaan. 2.1.1. Ranah Pengintegrasian PNPM MPd SPP-SPPN Ranah pengintegrasian terdiri dari : 1. Pengintegrasian horisontal, yaitu penyatupaduan proses perencanaan PNPM-Mandiri Perdesaan maupun program lainnya ke dalam sistem perencanaan pembangunan reguler (Musrenbang). Gambar 1 Integrasi Horisontal

2. Pengintegrasian vertikal, yaitu penyelarasan perencanaan teknokratik dan politik dengan perencanaan partisipatif. Gambar 2 Integrasi Vertikal 3. Titik Temu Integrasi Proses pengintegrasian dengan perencanaan PNPM-MP dimulai tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta perencanaan di desa, di kecamatan dan di kabupaten. Tahap persiapan dan sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap Review RPJM Desa. Perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD penetapan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah perencanaan koordinatif, dimulai dari keterlibatan delegasi kecamatan dalam Forum SKPD sampai dengan Musrenbang RKPD Kabupaten.

Secara diagramatik pengintegrasian perencanaan dapat digambarkan dalam Gambar 3. Gambar 3. Titik Temu Integrasi 2.1.2. Anasir / Unsur-unsur Secara prinsip yang diintegrasikan adalah unsur-unsur sistem sebagaimana yang telah dilaksanakan di PNPM Mandiri Perdesaan dengan sistem pembangunan reguler sebagai berikut : 1. Nilai / Prinsip Nilai-nilai yang diwujudkan sebagai prinsip dalam pelaksanana PNPM- MPd, diintegrasikan agar terinternalisasi dalam pelaksanaan pembangunan desa yang dikelola secara reguler. 2. Mekanisme Pengambilan Keputusan Ketentuan dan tatacara yang menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan pembangunan dalam Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Antar Desa (MAD) dilakukan secara terbuka, partisipatif, dan berpihak kepada masyarakat miskin, diintegrasikan untuk mewarnai proses pengambilan keputusan dalam proses Musrenbang, dimulai dari Musdus, Musyawarah Desa Sektoral, Musrenbang Desa, dan Musrenbang Kecamatan.

3. Mekanisme Proses Perencanaan Proses perencanaan PNPM-MP, mulai dari MMDD, Musdes Perencanaan, Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas dan Pendanaan diintegrasikan ke dalam proses reguler, yaitu penyusunan RPJM-Desa dan rencana kegiatan tahunan (RKP-Desa), Musrenbang Desa, dan Musrenbang Kecamatan. Integrasi Program akan mengakhiri kelemahan mendasar perencanaan PNPM-MPd yang berulang dan ad hoc, sekaligus meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan desa. 4. Mekanisme Pengelolaan Kegiatan Pengelolaan kegiatan secara swakelola oleh masyarakat, yang menjadi salah satu keunggulan PNPM-MPd diintegrasikan agar terwujud pola standar pengelolaan kegiatan yang didanai dari berbagai sumber (ADD, Swadaya, Program, APBD, dan lain-lain) 5. Mekanisme Pertanggungjawaban Ketentuan dan tatacara pertanggungjawaban pengelolaan kegiatan secara terbuka dan akuntabel sebagaimana diterapkan salam PNPM- MPd diintegrasikan ke dalam mekanisme pembangunan desa sehingga tercipta pola standar pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan desa. 6. Pelaku Pengintegrasian pelaku berarti meleburkan fungsi ke dalam dan pendaya-gunakan personil pelaku program oleh lembaga-lembaga reguler (LPMD, Pemerintahan Desa, BPD dll). 2.2. Kebijakan dan Strategi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN 2.2.1. Tujuan 1. Umum : Menyatupadukan Sistem Pembangunan Partisipatif pola PNPM-MPd dan program sejenis ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasionaldi daerah dan menyelaraskan perencanaan teknokratik, politis, dengan perencanaan partisipatif; 2. Khusus : Meningkatkan kualitas proses dan hasil perencanaan pembangunan partisipatif di tingkat desa; Mendorong penyelarasan Penjaringan Aspirasi Masyarakat oleh DPRD dan Penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD dengan hasilhasil Musrenbang Kecamatan; Mendorong penyelarasan dan sinkronisasi rencana kegiatan dan penganggaran; Meningkatkan manajemen pemerintahan desa; Meningkatkan kapasitas lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan, terutama pemerintahan desa dalam pengelolaan pembangunan partisipatif;

Meningkatkan kapasitas pelaku masyarakat dan aparatur pemerintahan, utamanya aparatur Pemerintahan Desa. 2.2.2. Prinsip a. Desentralisasi Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam Sistem Negara Kesatuan RI. b. Efektif dan Efisien Proses (langkah dan cara kerja) dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. c. Prioritas Masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfatan untuk pengentasan kemiskinan. d. Partisipasi Membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyak pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan. e. Keterpaduan, keselarasan dan kesatupaduan kebijakan Arah dan atau tindakan dari berbagai aspek kegiatan program lebih menekankan sistem penyelarasan perencanaan politik, teknokratisdengan mengacu pada perencanaan partisipatif yang diintegrasikan kedalam sistem reguler, f. Kesetaraan dan Keadilan Gender Seluruh tahapan pelaksanaan program, wajib menjaga kesetaraan dan keadilan gender, yang artinya baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam pengambilan keputusan pembangunan. g. Transparansi dan akuntabel Masyarakat memiliki akses yang terbuka terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, administratif maupun legal. h. Keberlanjutan Mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggung jawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan sistem. i. Pemerataan Pembangunan Bahwa pembangunan menjadi hak dari seluruh masyarakat di seluruh wilayah kabupaten, sehingga pembangunan tidak boleh terpusat kepada satu wilayah/kecamatan tertentu. Pemerataan tidak berarti setiap wilayah/kecamatan mendapat alokasi yang sama, tetapi tergantung kepada kebutuhan masing-masing kecamatan dan skala prioritas sesuai dengan berbagai indikator penentu.

j. Rasional Mendorong rasionalisasi dalam perencanaan pembangunan desa, sehingga perencanaan disusun sesuai dengan kemampuan anggaran yang ada. 2.2.3. Kerangka Kerja a. Otonomi Daerah Integrasi program dilaksanakan dalam kerangka kerja Otonomi Daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban (daerah otonom) untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Pemberdayaan Masyarakat Integrasi Program menjadi sarana peningkatan kedaulatan rakyat dalam pelaksanaan pembangunan. c. Penguatan Demokrasi Pelaksanaan penguatan pengintegrasian menjadi bagian tak terpisahkan dari penguatan praktik demokrasi ditingkat lokal. 2.2.4. Strategi a. Mendorong efektifitas pelaksanaan regulasi (Peraturan) Semua kegiatan yang dilakukan berdasar pada dan untuk penguatan pelaksanaan peraturan (produk hukum) yang telah ditetapkan, yang berkaitan langsung maupun yang relevan bagi penguatan penyelenggaraan pembangunan partisipatif. b. Menyatu dengan dan menguatkan mekanisme reguler Semua kegiatan yang dilakukan terintegrasi dan atau menjadi bagian dari kegiatan reguler sesuai dengan penyelenggaraan pemerintahan. c. Mendorong perumusan isu strategis pembangunan partisipatif Perencanaan dan perumusan pembangunan partisipatif perlu dipahami sebagai proses pelibatan masyarakat dengan mempertimbangkan dinamika, permasalahan dan perkembangan masyarakat, capaian pelaksanaan pekerjaan, arah kebijakan/regulasi. Perumusan Isu Strategis juga perlu mempertimbangkan filosofis, kerangka logis, perspektif program, granddesign PNPM Mandiri Integrasi dan pilihan paradigma pembangunan. Perumusan isu strategis ini yang menjadi basis dalam merumuskan tindakan strategis atau program strategis. d. Menegaskan arah/orientasi aksi Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya dan proses Pelaksanaan Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif memiliki arah dan titik sentuh yang jelas sesuai sasarannya : Pemerintah Daerah,diorientasikan untuk penguatan komitmen dan mendorong reorientasi kebijakan untuk penguatan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat sipil, diorientasikan untuk membangun kesadaran kritis dan peningkatan kapasitas. Masyarakat politik, diorientasikan untuk meningkatkan keberpihakan kepada rakyat dan memberikan dukungan regulasi. e. Reorientasi Pelatihan Konsultan dan Fasilitator Rancangaan pelatihan diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap fasilitator sesuai tuntutan dan kebutuhan pengintegrasian. f. Meningkatkan kesadaran kritis masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kapasitas dan daya tawar politik rakyat dalam pengelolaan pembangunan; g. Mendorong Pemerintah Daerah melakukan reorientasi kebijakan untuk penguatan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat; h. Mendorong masyarakat politik (DPRD) meningkatkan keberpihakannya kepada rakyat dan membentuk peraturan perundangan daerah yang sesuai dengan kebutuhan penguatan sistem pembangunan partisipatif. 2.2.5. Sasaran Sasaran PNPM MPd IntegrasiSPP-SPPN adalah a. Meningkatnya kapasitas pelaku masyarakat (KPMD), Kepala Desa, Perangkat Desa, Pengurus BPD, dan Pengurus LPMD; b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan BPD, LPMD, dan kelembagaan lainnya di tingkat desa; c. Meningkatnya kapasitas kelembagaan BKAD dan UPK; d. Meningkatnya kapasitas dan fungsi Pemerintah Daerah melaksanakan pengintegrasian sebagai wujud penguatan sistem pembangunan partisipatif; e. Meningkatnya keselarasan Renja SKPD dengan hasil Musrenbang Kecamatan; f. Meningkatnya peran DPRD mendorong proses pengintegrasian; g. Meningkatnya keterpaduan rencana kegiatan dan anggaran; h. Meningkatnya keselarasan Penjaringan Aspirasi Masyarakat dengan RPJM Desa dan Musrenbang Kecamatan; i. Meningkatnya dukungan regulasi/peraturan Daerah untuk penguatan pembangunan partisipatif. 2.2.6. Ketentuan Dasar Ketentuan dasar pelaksanaan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian. Ketentuan dasar ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan Dasar meliputi :

1. Desa Berpartisipasi Seluruh desa berhak ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Desa yang terkena sanksi program tidak berhak mendapatkan dana BLM PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Desa yang berhak untuk mengajukan usulan kegiatan, wajib memiliki dokumen RPJM Desa dan RKP Desa sesuai dengan ketentuan yang ada. 2. Swadaya Masyarakat dan Desa Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Orientasi setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari masyarakat atau desa. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan kegiatan. 3. Kriteria dan Jenis Kegiatan Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria : a. Mencerminkan visi dan misi desa dan kegiatan tersebut wajib tertuang dalam RPJM Desa dan RKPDesa. b. Memenuhi kebutuhan antar desa dalam satu kecamatan, dan atau antar kecamatan. c. Kegiatan yang diusulkan, bermanfaat untuk minimal 2 (dua) desa dalam satu kecamatan. d. lebih bermanfaat bagi Rumah Tangga Miskin (RTM). e. berdampak langsung terhadap pengembangan ekonomi masyarakat perdesaan f. dapat dikerjakan oleh masyarakat secara swadaya/swakelola. g. didukung oleh potensi dan sumber daya yang ada. h. memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan. Adapun jenis-jenis kegiatan yang dapat dibiayai melalui BLM PNPM Integrasi SPP SPPN adalah: a. Kegiatan peningkatan kualitas dan akses pelayanan bidang pendidikan b. Kegiatan peningkatan kualitas dan akses pelayanan bidang kesehatan

c. Kegiatan peningkatan sarana prasarana yang mendukung pengembangan pariwisata d. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar/infrastruktur perdesaan yang dapat memberikan manfaat dan dampak ekonomi riil dan kolektif baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat e. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan(human invesment) bagi masyarakat. 4. Jenis Kegiatan yang Dilarang PNPM Mandiri Perdesaan (termasuk PNPM Integrasi) melarang untuk mengembangkan beberapa kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam daftar larangan. Pelarangan ini didasari oleh komitmen Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup, melindungi kesehatan masyarakat, perlindungan hak anak, dan lebih memberikan perhatian kepada masyarakat umum terutama masyarakat miskin. Usulan yang tercantum dalam daftar larangan berikut tidak akan didanai oleh PNPM Integrasi SPP-SPPN, dan usulannya dinyatakan tidak layak.berikut rincian daftar larangan dimaksud. a. Pembiayaan apa saja yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik. b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor dan tempat ibadah. c. Pembelian chainsaw, NARKOBA,senjata, bahan peledak, Asbes, dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dll). d. Pembiayaan gaji pegawai negeri. e. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak dibawah usia kerja. f. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, dan penjualan barang-barang yang mengandung tembakau. g. Kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas perlindungan alam pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin tertulis dari instansi terkait yang mengelola lokasi tersebut. h. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan/terumbu karang. i. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai. j. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha. k. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari 10.000 M Kubik.

5. Sanksi Sanksi adalah bentuk-bentuk pelaksanaan peraturan terhadap pelanggaran kesepakatan dan aturan yang telah dibuat dalam PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Sanksi dapat berupa : a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku c. Sanksi program adalah sanksi yang diberikan oleh program/ pemerintah apabila kecamatan atau desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan/PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN sesuai aturan yang berlaku, seperti : menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan. Kecamatan atau desa tersebut akan dimasukkan sebagai lokasi potensi bermasalah atau lokasi bermasalah. Lokasi potensi bermasalah atau potensi bermasalah dapat dikenakan sanksi yang berupa penundaan pencairan dana yang sedang berlangsung, penghentian pencairan dana, pembatalan pembarian dana BLM atau tidak dilibatkan dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dan/atau PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN berikutnya.

BAB III PENGELOLAAN KEGIATAN 3.1. Jenis Kegiatan 3.1.1. Kegiatan Pengintegrasian Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendorong terwujudnyapengintegrasian. Kegiatan pengintegrasian meliputi: 3.1.1.1. Perencanaan Pembangunan Desa 3.1.1.1.1. Penyusunan atau Penyempurnaan RPJM-Desa. Kegiatan penyusunan RPJM Desa dilakukan sekali dalam 5 (lima) tahun. Tahapan kegiatan dalam penyusunan RPJM Desa mencakup : a. Pengkajian Keadaan Desa (PKD) b. Penyusunan Rancangan RPJM c. Pembahasan Rancangan RPJM Desa d. Musrenbang RPJM Desa e. Penetapan RPJM Desa Dalam hal desa sudah mempunyai RPJM Desa maka dilakukan evaluasi dan review terhadap RPJM Desa tersebut. Review dilakukan untuk melihat kesesuaian perencanaan dengan kondisi terkini. Berkaitan dengan penyusunan RPJM Desa agar berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 19 Tahun 2012. 3.1.1.1.2. Penyusunan RKPDesa. Penyusunan RKP Desa dilakukan setiap tahun sebagai Agenda Musrenbang Desa. RKP Desa dimaksud menjadi dasar dalam penyusunan APBD. 3.1.1.1.3. Penguatan Musrenbang Desa. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah masyarakat yang diselenggarakan setiap tahun oleh pemerintahan desa untuk review RKP Desa tahun anggaran sebelumnya dan menyepakati rencana kegiatan desa tahun anggaran berikutnya. Musrenbang Desa bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, dan hasil dari proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun. Input dari Musrenbang Desa antara lain: daftar prioritas masalah dari tingkat kelompok/dusun, peta sosial desa, RPJM Desa, indikasi ADD, isu strategis kabupaten, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya. Salah satu output dari Musrenbang ini adalah prioritas usulan desa yang diusulkan untuk didanai dengan dana BLM PNPM MPd Integrasi. Pelaksanaan Kegiatan Musrenbang Desa sesuai jadwal musyawarah pembangunan yang ditetapkan oleh Pemda. Musrenbang Desa adalah forum musyawarah masyarakat yang diselenggarakan setiap tahun oleh pemerintahan desa untuk review RKP Desa tahun anggaran sebelumnya dan menyepakati rencana kegiatan desa tahun anggaran berikutnya. Pelaksanaan Kegiatan Musrenbang sesuai jadwal musyawarah pembangunan yang telah ditetapkan.

3.1.1.1.4. Musrenbang Kecamatan Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholders kecamatan untuk mendapatkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan di desa serta menyepakati kegiatan lintas desa di kecamatan tersebut. Sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten tahun berikutnya. Musrenbang Kecamatan diselenggarakan dengan tujuan untuk mensinkronkan hasil-hasil perencanaan partisipatif dari tingkat Desa dalam satu wilayah kecamatan dengan rencana pembangunan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten di kecamatan bersangkutan sehingga menjadi suatu usulan yang terpadu untuk dibahas ke Musrenbang Kabupaten.Salah satu output dari Musrenbang Kecamatan adalah daftar prioritas usulan yang akan didanai oleh PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. 3.1.1.1.5. Penulisan Usulan Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasan-gagasan kegiatan masyarakat yang sudah menjadi prioritas dalam Musrenbang Kecamatan. Proses ini dilakukan oleh TPU yang telah dipilih dalam musyawarah desa PNPM MPd. Penulisan usulan ini dilakukan lengkap dengan desain dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). 3.1.1.1.6. Verifikasi Usulan Kecamatan Verifikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Verifikasi usulan kegiatan dilakukan oleh Tim Verifikasi yang dibentuk di kecamatan dengan beranggotakan sekurang-kurangnya 3 orang yang memiliki keahlian sesuai usulan kegiatan. Tim Verifikasi melakukan verifikasi baik secara administrasi maupun lapangan sebelum memberikan rekomendasi kelayakan usulan. Proposal lengkap dan rekomendasi Tim Verifikasi disampaikan kepada Tim Kabupaten paling lambat 7 hari sebelum pelaksanaan Musrenbang Kabupaten. 3.1.1.7. Verifikasi Kabupaten Verifikasi dilakukan oleh SKPD/instansi terkait tingkat kabupaten terhadap proposal yang diajukan, untuk pengecekan terhadap program SKPD. Apabila ternyata usulan kecamatan sudah dianggarkan oleh SKPD maka usulan tersebut dinyatakan tidak layak. Dalam tahap ini juga dilakukan evaluasi terhadap desain teknis dalam proposal. 4. Musrenbang Kabupaten Musrenbang kabupaten adalah Musyawarah stakeholders (para pengambil keputusan) kabupaten untuk mematangkan rancangan RKPD kabupaten berdasarkan Renja-SKPD hasil forum SKPD.

Salah satu output dari Musrenbang Kabupaten ini adalah menyepakati dan menetapkan kegiatan yang didanai oleh dana BLM PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Hasil ketetapan ini selanjutnya akan ditetapkan dalam Surat Penetapan Kegiatan. 3.1.1.2. Peningkatan Manajemen Pemerintahan Desa Pembentukan Peraturan Desa tentang RPJM Desa, APB Desa, dan Peraturan desa (perdes)lainnya. LPPD dan LKPj Kades Musyawarah Desa Serah Terima (MDST) merupakan forum pertanggungjawaban TPK kepada Desa. Untuk mewujudkan transparansi dan melembagakan proses pertanggungjawaban ini, maka Kepala Desa juga menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban pelaksanaan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN dalam sidang/rapat BPD. Penguatan Profil Desa Dalam rangka tertib data dan potensi desa, Desa harus menyusun profil desa sebagai bahan dalam penyusunan rencana pembangunan desa (RPJM Desa dan RKP Desa). 3.1.1.3. Penyelarasan Perencanaan Pembangunan Desa dan Daerah Penguatan Musrenbang Kecamatan. Fasilitasi penyelarasan Jaring Asmara dengan Musrenbang (Desa dankecamatan). Fasilitasi rapat koordinasi unit perencana SKPD. Penguatan Musrenbang Kabupaten. Fasilitasi terbentuknya Setrawan kabupaten yang terdiri dari lintas SKPD terkait. Fasilitasi terbentuknya komitmen Pemda merealisasikan hasil usulan prioritas Musrenbang di semua tahapan untuk mendapatkan prioritas pendanaan pada setiap SKPD Fasilitasi tersedianya dukungan pendanaan dari daerah (APBD) untuk bantuan langsung masyarakat, pengelolaan program dan/atau peningkatan kapasitas pelaku PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN dalam rangka keberlanjutan program. 3.1.1.4. Peningkatan dukungan Pemerintah Daerah dan DPRD Fasilitasi audiensi dengan Bupati terkait kebijakan perencanaan dan penganggaran daerah. Fasilitasi dengar pendapat (Hearing), konsultasi atau pertemuan dengan DPRD Dengar pendapat/konsultasi ataupun pertemuan dengan DPRD merupakan upaya untuk penyampaian aspirasi masyarakat dalam rangka mendapatkan dukungan DPRD mengenai upaya peningkatan penintegrasian. Dukungan DPRD yang diharapkan dapat berupa dukungan dalam pembuatan Perda serta Pendanaan.

3.1.1.5. Penyelarasan Pendanaan Swakelola oleh Masyarakat. Mengembangkan pendanaan swakelola oleh masyarakat melalui Kelompok Masyarakat. Memperkuat kapasitas kelembagaan program di Kabupaten, Kecamatan dan Desa yang terlibat dalam pengendalian sistem perencanaan pembangunan partisipatif dan swakelola oleh masyarakat. Mengembangkan jejaring antar SKPD dalam memfasilitasi pengelolaan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN/ program pemberdayaan adhoc lainnya dan program bersumber APBD yang dilakukan secara swakelola oleh masyarakat, agar fungsi dan peran kelembagaan di desa dan kecamatan menjadi optimal. Mendukung pendampingan teknis (technical assistance) dalam pelaksanaan replikasi/ adopsi program swakelola oleh masyarakat. 3.1.1.6. Fasilitasi Penyusunan Regulasi Daerah Regulasi Daerah yang terkait dengan pengintegrasian perencanaan pembangunan desa dengan perencanaan pembangunan daerah dan pembagian urusan antara pemerintah kabupaten dengan perencanaan pembangunan desa serta Regulasi Daerah lainnya yang terkait dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Perdesaan. 3.1.1.7. Peningkatan Dukungan Keberlanjutan dan Kemandirian Ruang Belajar Masyarakat (RBM). Kegiatan ini menggunakan anggaran DOK RBM. Penguatan Manajemen RBM dan Pokja RBM. Penguatan Optimalisasi implementasi kegiatan Pokja RBM. Mendukung modul dan bahan bacaan Pokja RBM. Mengembangkan Tempat Belajar Masyarakat (TBM). Pelestarian dan keberlangsungan Pokja RBM dan TBM. 3.1.1.8. Penguatan dukungan keberlanjutan dan kemandirian Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM). Penguatan Strategi Pengembangan TPM. Penguatan Optimalisasi implementasi kegiatan TPM. Mendukung modul dan bahan bahan bacaan pelatihan TPM. Penguatan TPM menjadi bagian terpenting pengkaderan tenaga pelatih masyarakat.

3.1.1.9. Peningkatan dukungan Pemerintah Daerah dan DPRD Merumuskan rancangan kebijakan Skenario Satu Perencanaan, Satu Penganggaran dalam pembangunan partisipatif, penerapan pagu indikatif dan swakelola masyarakat. Fasilitasi audiensi dengan Bupati. Fasilitasi dengar pendapat (hearing) DPRD. Fasilitasi penyusunan Peraturan Daerah (Perda). 3.1.1.10. Peningkatan Kapasitas Kegiatan Berbasis Antar Desa/Kawasan Pendukung Ekonomi Perdesaan. Peningkatan kualitas kegiatan berbasis antar desa/ kawasan pendukung ekonomi perdesaan. Meningkatan kualitas perencanaan dan kegiatan strategis antara desa/ kawasan dalam mendukung pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perdesaan. Melakukan identifikasi faktor-faktor pengungkit dalam mendukung pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi perdesaan. Merumuskan strategi kegiatan antar desa/ kawasan menjadi agenda dalam penyelarasan renstra kecamatan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Strategi kegiatan antar desa/ kawasan menjadi bagian pendekatan pengelolaan manajemen pembangunan partisipatif yang peka terhadap potensi konflik. 3.1.2. Kegiatan Peningkatan Kapasitas. 1. Cakupan Kegiatan peningkatan kapasitas dan pelatihan dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap pelaku sesuai tuntutan dan kebutuhan pengintegrasian, mencakup: Pelatihan KPMD, Kader Teknis, LPMD, Tim Penyusun RPJMDesa ( Tim 11), BKAD, PL, UPK, dan kelembagaan pendukung lainnya. Pelatihan BPD, Kades, Sekdes dan Perangkat Desa lainnya. Penguatan Kapasitas Tim Pemandu dan Tim Delegasi/Utusan Musrenbang (Desa, Kecamatan, Forum SKPD dan Kabupaten) dan Pengawalan sampai pada pembahasan di DPRD. Pelatihan/TOT Setrawan kecamatan dan Setrawan kabupaten. Pelatihan/TOT Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM). Lokakarya/workshop Ruang Belajar Masyarakat (RBM). Pelatihan dan peningkatan kapasitas Pokja RBM. Kegiatan pelatihan dan peningkatan kapasitas yang dilakukan Pokja RBM. Kegiatan peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh TPM.

Kegiatan pelatihan lainnya dalam mendukung pengintegrasian SPP SPPN. 2. Penyelenggaraan Pelatihan KPMD, Kader Teknis, LPMD, Kerjasama Desa, BKAD, UPK, BPD, Kades, Sekdes dan Aparat Desa lainnya diselenggarakan oleh BKAD sebagai penanggungjawab kegiatan yang dibantu oleh panitia pelaksana. Pelatihan Setrawan dilaksanakan oleh Satker Kabupaten sesuai ketentuan Urusan Bersama ( UB ). Pelaksanaan penguatan kapasitas Tim Pemandu dan Delegasi/Utusan Musrenbang (Desa, Kecamatan, Forum SKPD dan Kabupaten) oleh Satker Kabupaten. Penyelenggaraan kegiatan RBM dilaksanakan oleh Pokja RBM (Community Based Monitoring/CBM, Advokasi Hukum, Media Alternatif, Tim Legal Drafting, Diskusi Kritis tentang Pengarusutamaan Integrasi dan Kebutuhan Lokal Lainnya); Penyelenggaraan kegiatan pelatihan masyarakat oleh TPM. Kegiatan ini dilakukan secara sukarela dan TPM mempunyai kompetensi yang melekat dan dimiliki oleh pelaku yang terlibat dalam RBM. TPM diharapkan mendukung kinerja Pokja Kabupaten. Kedudukan TPM di dalam Pokja Kabupaten diharapkan ada di dalam setiap bidang yang dikelola. TPM adalah unsur yang memiliki kompetensi teknis pelatihan masyarakat. 3. Pengelolaan Kegiatan RBM dikelola secara mandiri, sistematis dan dipertanggungjawabkan secara transparan pada musyawarah pelaku di kabupaten, kecamatan dan desa. Rancangan dan modul pelatihan disiapkan oleh Pokja RBM yang dibentuk dan dikoordinasikan oleh Koordinator Fasilitator Kabupaten di lokasi PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Penguatan kapasitas Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM) dilakukan oleh Pokja RBM. Peningkatan kapasitas dan pelatihan oleh TPM menjadi tanggungjawab Pokja RBM. Penyenggaraan dan pengorganisasian pelatihan di tingkat kecamatan dilakukan oleh BKAD atau Tim yang dibentuk oleh BKAD yang dipertangungjawabkan secara transparan pada musyawarah pelaku di kecamatan dan desa. 4. Tenaga Pelatih Masyarakat ( TPM). TPM dibentuk dalam rapat pembentukan yang diselenggarakan BKAD. Anggota TPM adalah warga masyarakat kecamatan setempat yang memiliki kemampuan dibidang tertentu khususnya berkaitan

dengan pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan potensi masyarakat. Jumlah anggota TPM disesuaikan dengan kondisi, daya dukung dan kebutuhan kecamatan setempat, sekurang-kurangnya 5 orang per kecamatan. Sebelum melaksanakan tugasnya, anggota TPM perlu memperoleh pembekalan (Training of Trainer / TOT). 5. Ruang Belajar Masyarakat (RBM) 1) Pembentukan RBM atau pergantian pengurus dilakukan dalam Workshop/Lokakarya RBM; 2) Pengelola organisasi kerja dan kegiatan RBM adalah suatu gugus tugas atau Kelompok Kerja (selanjutnya disebut Pokja RBM) Kabupaten; 3) Anggota Pokja Kabupaten sekurang-kurangnya adalah unsur BKAD (pengarah/quality control dan pengemban amanat/mandatory masyarakat), UPK (karena memiliki keterampilan teknis pengelolaan kegiatan dan keuangan), TPM (teknis, substansi pelatihan dan peningkatan kapasitas), Setrawan (fasilitator pemerintahan) dan unsur lain sesuai kebutuhan, unsur kelompok profesi, akademisi, organisasi sosial dan pemangku kepentingan di wilayah kabupaten, 4) Peran dan tugas Pokja Kabupaten adalah memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan keberlanjutan RBM, 5) Sebelum melaksanakan tugasnya, Pokja RBM dilakukan pembekalan (Training of Trainer / TOT), 6) RBM sekurang-kurangnya membentuk Pokja, a) Community Base Monitoring/CBM, b) Advokasi Hukum, c) Media Alternatif, d) Pengintegrasian SPP-SPPN dan e) Pokja lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan Lokal). Adapun Kelompok Kerja Ruang Belajar Masyarakat (RBM) di Kabupaten Gunungkidul dalam struktur organisasinya meliputi: Ketua, Sekretaris, Bendahara, Bidang Pelatihan dan Pemantauan Berbasis MAsyarakat, Bidang Hukum, Bidang Ekonomi, Bidang Kelembagaan, Bidang Media, dan Bidang Budaya. Selengkapnya dapat dilihat pada Bagan Struktur Organisasi RBM sebagai berikut:

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI POKJA RUANG BELAJAR MASYARAKAT (RBM) PNPM MANDIRI PERDESAAN Kabupaten Gunungkidul Ketua Pokja Sekretaris Bendahara Bidang Pelatihan dan Pemantauan Berbasis Masyarakat Bidang Hukum Bidang Ekonomi Bidang Kelembagaan Bidang Media Bidang Budaya

3.1.3. Kegiatan Pendukung Kegiatan pendukung merupakan berbagai kegiatan pembangunan berdasarkan usulan yang bersifat open menu untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan indeks pembangunan manusia (IPM) yang didanai dari sumber dana BLM PNPM MPd Integrasi SPP PPN. Kegiatan tersebut mendasarkan pada tema dan prioritas pembangunan daerah sebagaimana tercantum pada RPJM Daerah dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011. Disamping hal tersebut juga harus berpedoman pada Rencana Strategis Kecamatan. Berdasarkan tema dan prioritas pembangunan Kabupaten Gunungkidul yaitu: Pemantapan Usaha Masyarakat dan Pelayanan Dasar, Pengembangan Budaya, serta Penguatan Fasilitasi Investasi Industri dan Pariwisata Berkarakter Daerah Istimewa Yogyakarta Khas Gunungkidul. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek usaha masyarakat, pelayanan dasar, dan pariwisata merupakan 3 (tiga) aspek yang mendapatkan prioritas yang utama dalam pembangunan di Kabupaten Gunungkidul, sehingga arah kebijakan progam akan menyasar pada prioritas di atas. Adapun aspek kegiatan yang menjadi prioritas adalah : 3.1.3.1. Kegiatan Bidang Pendidikan Dasar Pemikiran Pembangunan pendidikan merupakan bidang pembangunan yang sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang maju dan berdaya saing dan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Gunungkidul agar lebih baik lagi karena salah aspek penting dalam pengukuran indeks pembangunan manusia (IPM) adalah dari segi pendidikan. Tujuan Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan pendidikan masyarakat. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Meningkatkan angka partisipasi pendidikan pra sekolah dan jenjang pendidikan dasar. Meningkatkan keswadayaan masyarakat dibidang pendidikan. Ketentuan Umum Mendukung pembangunan bidang pendidikan secara umum Mendukung peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM). Memfokuskan pada pendidikan anak usia dini dan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun. Sasaran Kegiatan a. Tenaga kependidikan; b. Anak-anak usia PAUD/Pra Sekolah dan Pendidikan Dasar;

c. Anak putus sekolah. d. Masyarakat atau kelompok peduli di bidang pendidikan. Jenis Kegiatan dan Ketentuan Khusus a. Pembangunan/rehabilitasi gedung PAUD dan penyediaan bahan ajar dan alat permainan edukasi (APE) yang sasarannya lintas desa. b. Pembangunan perpustakaan atau taman baca atau rumah baca masyarakat kecamatan. c. Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional (sasarannya masyarakat lintas desa); d. Honorarium/Insentif Tenaga PAUD dan Bantuan Operasional Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik PAUD; e. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill)dengan sasaran lintas desa; f. Pembangunan/perbaikan/perawatan gedung sekolah (ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, kamar mandi/wc, tempat cuci tangan, ruang Unit Kesehatan Sekolah dan Ruang Guru bagi sekolah swastawilayah perbatasan(sasarannya masyarakat lintas desa). g. Bantuan Operasional Sekolah untuk Sekolah Inklusi Swasta (sasarannya masyarakat lintas desa). Mekanisme Pengelolaan Pengelolaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban. 3.1.3.2. Bidang Kesehatan Dasar Pemikiran Pembangunan kesehatan merupakan bidang pembangunan yang sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang maju dan berdaya saing dan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Gunungkidul agar lebih baik lagi. Aspek kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Tujuan: Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat. Meningkatan status kesehatan masyarakat. Meningkatkan status gizi masyarakat Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan. Meningkatkan keswadayaan masyarakat dibidang kesehatan. Ketentuan Umum Mendukung pembangunan bidang kesehatan secara umum. Mendukung peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) termasuk bidang kesehatan

Sasaran Kegiatan Kelompok masyarakat (termasuk kelompok perempuan). Kader kesehatan masyarakat. Rumah tangga miskin yang menderita kekurangan gizi atau menderita TB. Jenis Kegiatan dan Ketentuan Khusus Pembangunan/rehabilitasi Gedung Pos Bersalin Desa (Polindes). Pembangunan/rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (POSKESDES); Pembangunan/rehabilitasi Gedung Posyandu. Pengembangan Desa Siaga menuju Kecamatan Sehat. Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (DBD, Diare, Cikungunya, Gizi Buruk dan lain-lain) dengan sasaran lintas desa. Mekanisme Pengelolaan Pengelolaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban. 3.1.3.3. Bidang Pariwisata Dasar Pemikiran Pembangunan Pariwisata merupakan bidang pembangunan yang sangat strategisuntuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Gunungkidul. Tujuan: Meningkatkan kualitas pelaku pariwisata daerah. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana kepariwisataan. Meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat. Memanfaatkan aset kepariwisataan untuk penghidupan berkelanjutan. Meningkatkan keswadayaan masyarakat dibidang pariwisata. Ketentuan Umum Mendukung pembangunan bidang pariwisata. Sasaran Kegiatan Kelompok masyarakat (termasuk kelompok perempuan). Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis ). Jenis kegiatan Pembangunan obyek wisata berupa penataan kawasan wisata berbasis masyarakat. Pembangunan kios pada lokasi obyek wisata lintas desa Pembangunan tempat atau areal parkir bagi pengunjung/wisatawan pada lokasi obyek wisata.

Mekanisme Pengelolaan Pengelolaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban. 3.1.3.4. Kegiatan Sarana dan Prasarana atau Infrastruktur Pendukung Perkembangan Perekonomian Wilayah Perdesaan Dasar Pemikiran Pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur perdesaan dalam meningkatkan aksesibilitas perekonomian dan percepatan pembangunan kawasan perdesaan sangat penting untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan: Meningkatkan kondisi infrastruktur perdesaan yang memadai untuk mendukung kawasan sentra produksi. Menjadikan kawasan perdesaan sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi lokal dan cepat tumbuh didukung oleh infrastruktur perdesaan yang memadai. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap ketersediaan dan kelestarian fasilitas infrastruktur perdesaan. Meningkatkan keswadayaan masyarakat dibidang sarana dan prasarana atau infrastruktur perdesaan. Ketentuan Umum Mendukung pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur perdesaan yang bersifat lintas desa (minimal dua desa dalam satu kecamatan). Sasaran Kegiatan Masyarakat perdesaan usia produktif Kelompok pemanfaat kegiatan Jenis Kegiatan dan Ketentuan Khusus Pembangunan/rehabilitasi jalan perdesaan wilayah perbatasan antar desa, Pembangunan jalan usaha tani lintas desa, Pembangunan jalan produksi yang bersifat lintas desa, Pembangunan/rehabilitasi jalan poros desa yang bersifat lintas desa, Pembangunan sarana sanitasi perdesaan lintas desa, Penyediaan sarana air bersih/air minum perdesaan yang bersifat lintas desa, Pembangunan/rehabilitasi jembatan wilayah perbatasan antar desa/kecamatan, Pengembangan sarana dan prasarana obyek wisata lintas desa.

Mekanisme Pengelolaan Pengelolaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban. 3.1.3.5. Kegiatan peningkatan kapasitas/penumbuhan kewirausahaan/ ketrampilan (human invesment) dalam penumbuhan kelompok usaha ekonomi produktif terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak diperkenankan/termasuk penambahan modal) Dasar Pemikiran Untuk meningkatkan keberdayaan ekonomi masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat tidak terlepas dari aspek human invesment dalam bentuk peningkatan kapasitas baik individual dan kelompok agar bisa lebih produktif serta mampu memasarkan produk-produk lokal. Tujuan: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil, profesional, dan peduli Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Meningkatkan keswadayaan masyarakat dibidang perekonomian. Ketentuan Umum Mendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Menciptakan peluang usaha. Sasaran Kegiatan Penduduk usia produktif yang menganggur dan sebagai rumah tangga/warga miskin. Kelompok pemanfaat kegiatan Jenis Kegiatan dan Ketentuan Khusus Pelatihan dibidang ketrampilan berproduksi dan manajemen usaha mikro dan kecil dengan sasaran masyarakat lintas desa Kursus-kursus dengan sasaran masyarakat lintas desa Kegiatan pelatihan dan kursus dengan melibatkan pelatih/instruktur yang sudah berpengalaman. Dalam kegiatan pelatihan atau kursus peserta dapat diberikan hibah berupa perlengkapan/peralatan kerja. Mekanisme Pengelolaan Pengelolaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dan wajib membuat laporan pertanggungjawaban.

3.1.3.6. Kriteria Jenis Kegiatan Mencerminkan visi dan misi desa dan wajib tertuang dalam RPJM Desa dan RKPDesa. Memenuhi kebutuhan antar desa dalam satu kecamatan, dan atau antar kecamatan. Bermanfaat untuk minimal 2 (dua) desa dalam satu kecamatan. Dapat dikerjakan oleh masyarakat desa. Berdampak langsung terhadap pengembangan ekonomi perdesaan. Tidak termasuk dalam daftar larangan sebagaimana yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Bukan usulan dari Desa yang ditetapkan sebagai desa bermasalah atau desa yang dalam pelaksanaan PNPM MPd Tahun Anggaran sebelumnya melanggar ketentuan sehingga dikenakan sanksi program. 3.1.3.7. Ketentuan Usulan Kegiatan Setiap kecamatan maksimal mengusulkan 3 (tiga) prioritas usulan kegiatan dalam Forum Musrenbang Kecamatan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai prioritas kegiatan untuk ditetapkan dalam Musrenbang Kabupaten. Prioritas kegiatan masing-masing kecamatan ditetapkan atau diputuskan melalui Musrenbang Kabupaten yang menghadirkan delegasi kecamatan dan lintas SKPD terkait. Jenis kegiatan yang dapat diusulkan sebagai berikut: kegiatan prasarana dan sarana atau infrastruktur pendukung perkembangan perekonomian wilayah perdesaan. kegiatan bidang peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan. kegiatan bidang peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Kegiatan peningkatan sarana prasarana yang mendukung pengembangan pariwisata. kegiatan peningkatan kapasitas/penumbuhan kewirausahaan/ketrampilan kelompok usaha ekonomi produktif terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal). Maksimal besarnya pendanaan yang dapat diusulkan ke PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN sebesar Rp500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) per usulan kegiatan. Jenis kegiatan yang diusulkan dan ditetapkan, harus tercantum dalam dokumen perencanaan desa, yaitu: RPJM Desa dan RKP Desa Tahun 2014.

3.1.3.8. Pengelolaan Kegiatan Perencanaan kegiatan melalui mekanisme Musrenbang. Penetapan pendanaan dilakukan pada Musrenbang Kabupaten dan ditetapkan dengan Surat Penetapan Kegiatan oleh Kepala BPMPKB selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh TPK yang dibentuk dalam musyawarah desa. Unsur LPMD harus dilibatkan dalam kepengurusan TPK. Ketentuan, prosedur, mekanisme pelaksanaan serta Tata Cara Pertanggungjawaban Pengelolaan Kegiatan sesuai ketentuan dalam PTO PNPM Mandiri Perdesaan. 3.1.4. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN dapat dimulai setelah diterbitkankan Surat Penetapan Kegiatan untuk menetapkan kegiatan yang didanai oleh dana BLM PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN sesuai hasil keputusan Musrenbang Kabupaten. Prosedur dan mekanisme pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan ketentuan PNPM MPd. 3.2. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN adalah: 1. Tersedianya pelaku kegiatan Setrawan Kabupaten dan Kecamatan. TPM minimal 5 (lima) orang per kecamatan. KPMD sesuai Permendagri Nomor 7 Tahun 2007. 2. Kegiatan Terselenggaranya pelaksanaan Musrenbang yang terintegrasi. Terselenggaranya rapat koordinasi SKPD secara berkala. Tersusunnya Rancangan Renja SKPD Kabupaten sebagai pedoman Musrenbang Desa. Tersusunnya Renja SKPD yang mengakomodir Hasil Musrenbang Kecamatan. Terlaksananya dengar pendapat, konsultasi, ataupun pertemuan dengan DPRD. Terlaksananya penyelarasan Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) DPRD dengan Hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan. 3. Pendanaan Tersedianya dukungan pendanaan dari daerah (APBD) untuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), pengelolaan program dan/atau peningkatan kapasitas pelaku PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN.

Keterpaduan sumber-sumber pendanaan (ADD, BLM PNPM MPd, BLM PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN, APBD, Swadaya dll) terhadap rencana kegiatan pembangunan sesuai RKPD. Komitmen Pemerintah Daerah melalui SKPD untuk memperhatikan dan mengakomodir hasil prioritas kegiatan Musrenbang Kecamatan. 4. Kelembagaan Masyarakat Terbentuknya BKAD yang memiliki perspektif pengintegrasian di setiap kecamatan. Terbentuknya Pokja RBM sebagai lembaga pendukung pengintegrasian. Adanya kelengkapan kelembagaan di desa. 5. Dokumen Resmi/Kebijakan Tersedianya Perdes tentang RPJM Desa. Tersedianya Peraturan Kades tentang RKP Desa. Tersedianya Perdes tentang APB Desa. Terlaksananya penyusunan LKPJ Kades dan LPPD secara konsisten dan rutin. Tersedianya regulasi daerah tentang : Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Pembagian Urusan Pemerintah Kabupaten dan Desa. Swakelola Kegiatan oleh Masyarakat. Penyelenggaraan, Tahapan, dan Tata Cara Musrenbang.

3.3. Alur Tahapan dan Jadwal Kegiatan Alur tahapan dan jadwal kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut: TINGKAT KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS KEGIATAN UTAMA PENGINTEGRASIAN KEGIATAN PENDUKUNG DESA KECAMATAN Pelatihan Tim Penyusun / Review RPJM dan RKP Desa Pelatihan Sekdes Pelatihan KPMD dan LPMD Pelatihan Kades dan BPD Penyusunan/ Review dan Penetapan RPJMDesa Penyusunan Rancangan RKP Desa Musrenbang Desa - Musrenbang Kecamatan MAD Prioritas Penulisan Usulan Kegiatan Bid.Pendidikan Kegiatan Bid.Kesehatan Kegiatan Bid Pariwisata Kegiatan Bid. Sarana Prasarana Kegiatan Bid. Peningk. Kapasitas SDM Fasilitasi dan Pendamping-an Penyusunan RKPDesa KABUPATEN Pelatihan BKAD Pelatihan Tenaga Pelatih Masyarakat Pelatihan Setrawan Kecamatan Forum SKPD MUSRENBANG RKPD KABUPATEN Verifikasi Usulan Verifikasi Kabupaten Akomodasi Usulan dalam Renja PENETAPAN USULAN PNPM INTEGRASI Penyusunan Regulasi : - Perda No. 19 Tahun 2012 - SE Bupati No. 411/4743 tgl 27 Des 2013 tentang Tata Cara Musrenbang Integrasi dan Pedoman Perencanaan Pembangunan 2014 Penyampaian Rancangan Renja SKPD / Ranc. RKPD ke seluruh desa, Kec dan SKPD sebelum Musrenbangdes Fasilitasi dan Pendamping-an Penyusunan RKPDesa dan RPJM Desa

BAB IV PENDANAAN 4.1 Sumber Dana Sumber dana untuk mendukung Program PNPM MPd Integrasi SPP- SPPNdapat berasal dari : a. Swadaya Masyarakat; b. APBDesa; c. APBD Kabupaten (Dana DDUB); d. APBN (BLM Program); e. Kontribusi dunia usaha/swasta (Corporate Social Responsibility/CSR); dan f. Sumber lain yang tidak mengikat. 4.2 Jenis Dana Pemerintah melalui PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN menyediakan dana untuk kegiatan dalam berbagai jenis sebagai berikut: a. BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Kegiatan Kabupaten Dana dari pemerintah (pusat dan kabupaten) yang disediakan untuk digunakan mendanai kegiatan yang diusulkan dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat. b. Dana Operasional Kegiatan (DOK) PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. Dana subsidi dari pemerintah yang digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan perencanaan dan pelatihan PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN. c. Dana Operasional Kegiatan (DOK) Ruang Belajar Masyarakat Dana subsidi dari pemerintah yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional Kelompok Kerja Ruang Belajar Masyarakat (Pokja RBM). Pokja RBM ini merupakan wadah bagi masyarakat untuk bertemu dan beraktivitas dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat melalui berbagai kegiatan yang disiapkan oleh Pengurus Pokja RBM. Salah satu tujuan dari Pokja RBM adalah memperkuat upaya pengintegrasian. 4.3. Pencairan dan Penyaluran Dana a. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. b. Pencairan dana DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama) yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan sesuai ketentuan dan mekanisme APBD. c. Pengajuan pencairan dana BLM ke KPPN diatur dalam peraturan Dirjen PMD, Kementerian Dalam Negeri. d. Pencairan dan penyaluran dana baik dari APBD dan APBN akan diadministrasikan dan dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM MPd yang telah terbentuk di setiap kecamatan.

e. Penyaluran dana dari UPK ke TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) desa sebagai pelaksana kegiatan, baru bisa dilakukan setelah TPK siap secara administrasi pengajuan dana maupun administrasi pelaksanaannya. f. PPK Integrasi ada di Kabupaten yang dijabat oleh PJOkab PNPM MPd pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunungkidul. Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK KABUPATEN Pengajuan SPM : Tahapan Penyaluran sesuai Kriteria Kecamatan Pengajuan SPP : Lampiran : SPC, BAPD, KW, copy rekening SP2D Lb 3 KPA, Penerbit SPM, Bendahara, PPK/PjOKab K P P N Perintah Pembebanan Perintah Pembayaran KC BI Kredit Rekening BO KPPN Kredit Rekening - Perjanjian Pendanaan Pengajuan Pencairan Dana Pengajuan Penyaluran Dana U P K / MAD Penyaluran Sesuai Kebutuhan DESA TPK / Kelompok Masyarakat

BAB V ORGANISASI PELAKSANA DAN PELAKU Pelaku utama PNPM Mandiri Perdesaan maupun PNPM MPd Integrasi SPP- SPPN, pada prinsipnya adalah masyarakat. Sebagai program pemberdayaan, masyarakat merupakan aktor utama, yang harus dan wajib berpartisipasi aktif dalam semua proses pengambilan keputusan. Untuk mengoptimalkan peran masyarakat tersebut, maka dibutuhkan pendampingan dan pembinaan, agar proses partisipasi masyarakat dimaksud, benar-benar merupakan manifestasi dari kesadaran sebagai pelaku utama. Untuk memaksimalkan fungsi pendampingan, pembinaan dan pengendalian program, dibutuhkan pelaku-pelaku struktural dan fungsional. Pelaku struktural adalah Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang secara teknis dilakukan melalui Satker Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Pemerintah Desa. Sedangkan pelaku fungsional terdiri dari konsultan dan fasiltiator yang tingkat pusat hingga hingga kecamatan. Kedua elemen pelaku tersebut, secara substantif lebih sebagai fasilitator yang bertugas memotivasi dan memediasi masyarakat, serta sebagai pembina yang bertugas menyediakan pelayanan bagi terselenggaranya proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Struktur Organisasi a. Pelaku Fungsional Secara nasional struktur organisasi pelaku fungsional PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN digambarkan dalam struktur berikut: Satker PNPM MPd Ditjen PMD Konsultan Manajemen Nasional dan Wilayah Koordinator Provinsi Fastekab Faskeu Faskab Pemberdayaan Tim Faskab Asisten Faskab Asisten Faskab Tim Fasilitator Kecamatan FK/FT dan FK Program Sejenis Keterangan: ---------- : Hubungan tidak langsung/ fungsi koordinasi : Hubungan langsung

b. Pelaku struktural Pelaku struktural PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN digambarkan dalam struktur organisasi sebagai berikut: TKPKD TIM KOORDINASI KABUPATEN SETRAWAN KABUPATEN PJO TIM KOORDINASI KECAMATAN UPK PJO PENDAMPING LOKAL SETRAWAN KECAMATAN TIM KOORDINASI DESA TPKD Keterangan : Hubungan langsung Hubungan tidak langsung/ Koordinasi

Bagan selengkapnya baik yang terkait aspek fungsional dan struktural tentang PNPM MPd Integrasi SPP-SPPN adalah sebagaimana tercantum dalam bagan sebagai berikut: