STUDI KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS (AC-WC) MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN PENAMBAHAN LATEKS TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

STUDI SIFAT-SIFAT ASPAL PORUS MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

ABSTRAK. Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal sisa, Kuat tekan. iii

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

ABSTRAK. iii. Kata Kunci : Abu batu, Campuran Aspal Emulsi Dingin, Cantabro, ITS, Lalu Lintas Rendah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB II KERANGKA TEORITIS. terletak diantara lapisan dasar tanah dan roda kendaraan, yang berfungsi

Transkripsi:

STUDI KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS (AC-WC) MENGGUNAKAN ASPAL PENETRASI 60/70 DENGAN PENAMBAHAN LATEKS TUGAS AKHIR Oleh : I Nyoman Sapta Nugraha NIM : 1104105106 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015

ii

ABSTRAK Saat ini sebagai bahan pengikat didalam perkerasan jalan digunakan aspal minyak penetrasi AC 60/70. Dari hasil pengamatan selama ini dilapangan penggunaan AC 60/70 pada perkerasan dalam jangka panjang mengalami pengerasan maka perlu penambahan aditif. Salah satu untuk meningkatkan kinerja campuran aspal adalah memodifikasi campuran aspal, sehingga didapatkan perubahan sifat campuran aspal dengan menambahkan lateks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik campuan AC-WC pada kadar aspal optimum dengan penambahan variasi lateks 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% terhadap total perekat. Tahapan pelaksanaan meliputi persiapan alat dan material, seperti agregat, aspal pen 60/70 dan lateks. Langkah berikutnya melakukan pengujian dan proporsi agregat untuk memperoleh agregat yang memenuhi spesifikasi, untuk lateks hanya dilakukan pengujian berat jenis dan kadar kering karet. Selanjutnya berdasarkan proporsi agregat dicari nilai presentase kadar aspal dalam campuran dan dibuat rancangan benda uji. Setelah benda uji terbentuk kemudian melanjutkan pengujian Marshall. Dari pengujian Marshall didapatkan data yang kemudian didapat kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum ini yang digunakan untuk penambahan variasi lateks. Kemudian didapatkan data yang dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh berat jenis lateks sebesar 0,977 dan kadar kering karet sebesar 61,95%. Karakteristik campuran AC-WC dengan variasi kadar aspal 4,5%; 5%; 5,5%; 6%; 6,5%. diperoleh nilai Stabilitas berturut-turut sebagai berikut 1193,23 kg; 1269,85 kg; 1314,22 kg; 1264,39 kg; 1206,56 kg, flow : 3,27 mm; 3,35 mm; 3,51 mm; 3,68 mm; 3,92 mm, Marshall Quotient : 363,61 Kg/mm; 384,39 Kg/mm; 375,80 Kg/mm; 344,25 Kg/mm; 309,47 Kg/mm, VIM : 8,004%; 6,667%; 5,274%; 4,345%; 3,773%, VMA : 15,909%; 15,624%; 15,304%; 15,412%; 15,839%, dan VFB : 49,745%; 57,328%; 65,541%; 71,818%; 76,185%. Karakteristik campuran AC-WC dengan variasi kadar lateks 2%; 4%; 6%; 8%; 10% terhadap total perekat diperoleh nilai stabilitas berturut-turut sebagai berikut : 1380,42 kg; 1439,26 kg; 1572,00 kg; 1658,00 kg; 1538,84 kg. Flow : 3,76 mm; 3,84 mm; 3,92 mm; 4,00 mm; 4,08 mm. Marshall Quotient : 367,70 Kg/mm; 379,66 Kg/mm; 402,04 Kg/mm; 416,13 Kg/mm; 378,36 Kg/mm. VIM : 4,594%; 4,437%; 4,337%; 4,281%; 4,231%. VMA : 15,344%; 15,280%; 15,226%; 15,197%; 15,166% dan VFB : 70,060%; 70,961%; 71,518%; 71,831%; 72,109%. Penambahan lateks ke dalam campuran AC-WC menunjukkan nilai stabilitas marshall yang semakin baik, hal tersebut mengindikasikan bahwa aspal yang ditambah lateks menyebabkan aspal berubah menjadi lebih keras. Nilai flow yang tinggi, marshall quotient semakin baik, nilai VIM yang semakin rendah, nilai VMA yang semakin rendah serta nilai VFB yang semakin tinggi. Kata kunci: Lateks, AC-WC, karakteristik AC-WC dengan lateks i

UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastiastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Penambahan Lateks. Terselesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segenap hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan bapak Ir. I Gusti Raka Purbanto, MT. Selaku dosen pembimbing II, penulis sampaikan pula terima kasih kepada PT. Adi Murti, UPT Balai Peralatan dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, dan CV. Pratama Abadi Chemical (Bapak Juli Setiawan), yang telah memberikan bantuan berupa bahan yang di perlukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, yang selalu memberikan doa dan dukungan moral dan materiil serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu dalam sumbangsih pikiran, tenaga, dan waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terima kasih. Om Santih, Santih, Santih, Om. Denpasar, Desember 2015 Penulis ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR ISTILAH... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan... 3 1.4 Manfaat... 4 1.5 Batasan Masalah... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Umum... 5 2.2 Bahan Perkerasan Jalan... 9 2.3 Agregat... 9 2.3.1 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Terjadinya... 9 2.3.2 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Proses Pengolahannya... 10 2.3.3 Klasifikasi Agregat Berdasarkan Ukuran Butirnya... 12 2.3.4 Sifat Agregat... 12 2.3.5 Pencampuran Agregat (Blending)... 22 2.4 Karet Alam... 24 2.4.1 Jenis Jenis Pohon Penghasil Karet... 25 2.4.2 Lateks Kebun... 26 2.4.2.1 Proses Penyadapan pada lateks Kebun... 27 2.4.2.2 Proses Terjadinya Lateks kebun Menjadi Lateks Pekat... 28 2.4.2.3 Efektifitas aspal karet dalam campuran beraspal panas... 30 2.5 Aspal... 32 2.5.1 Jenis Aspal... 32 2.5.1.1 Berdasarkan Cara Memperolehnya... 32 2.5.1.2 Berdasarkan Bentuknya Pada Temperatur Ruang... 33 2.5.2 Sifat Aspal... 34 2.5.3 Pemeriksaan Aspal... 35 2.5.4 Karakteristik Aspal Keras... 37 2.6 Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC)... 39 2.6.1 Syarat Teknis Agregat Pada Campuran Laston (AC-WC)... 39 2.6.2 Syarat Gradasi Agregat Dalam Campuran Laston (AC-WC)... 41 2.6.3 Persyaratan Campuran... 42 2.7 Perencanaan Campuran Aspal Panas... 43 iii

2.7.1 Pengujian Material... 43 2.7.2 Penentuan Gradasi Agregat... 43 2.7.3 Penentuan Proporsi Agregat... 44 2.7.4 Estimasi Kadar Aspal Awal... 45 2.7.5 Penentuan Prosentase Material Terhadap Berat Total Campuran... 45 2.7.6 Perhitungan Jumlah Material Yang Dibutuhkan... 45 2.7.7 Pemanasan Material dan Mould... 46 2.7.8 Jumlah Sampel dan Pemanasan... 47 2.7.9 Pemadatan Sampel... 48 2.7.10 Pengukuran Volumetrik Sampel... 48 2.7.11 Test Stabilitas Marshall dan Flow... 53 2.7.12 Campuran AC-WC Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak... 56 2.7.13 Penentuan Kadar Aspal Optimum... 57 2.7.14 Pengujian Stabilitas Marshall Sisa... 58 2.8 Campuran AC-WC dengan Lateks... 59 BAB III METODELOGI PENELITIAN... 60 3.1 Lokasi Penelitian... 60 3.2 Bahan dan Alat...Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Bahan...Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Alat...Error! Bookmark not defined. 3.3 Langkah-Langkah Penelitian...Error! Bookmark not defined. 3.4 Pengujian Laboratorium... 64 3.4.1 Pengujian Agregat... 64 3.4.1.1 Analisis Saringan Agregat Kasar, Agregat Halus,dan Filler 64 3.4.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar... 66 3.4.1.3 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus... 67 3.4.1.4 Pemeriksaan Berat Jenis Filler... 70 3.4.1.5 Pengujian Angularitas Agregat Kasar... 71 3.4.1.6 Pengujian Angularitas Agregat Halus... 71 3.4.1.7 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal... 72 3.4.1.8 Pemeriksaan Keausan Agregat (Abrasi)... 74 3.4.1.9 Pemeriksaan Keawetan (Soundness Test)... 76 3.4.1.10 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung... 82 3.4.1.11 Pemeriksaan Kebersihan Agregat Halus (Sand Equivalent) 84 3.4.2 Pengujian Aspal... 89 3.4.2.1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal... 89 3.4.2.2 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar... 92 3.4.2.3 Pemeriksaan Titik Lembek... 94 3.4.2.4 Pemeriksaan Daktilitas... 98 3.4.2.5 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal... 100 3.4.2.6 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal (Thick Film Test)... 102 3.4.3 Pengujian Sifat Lateks...Error! Bookmark not defined. 3.4.3.1 Pemeriksaan Berat Jenis Karet... 103 3.4.3.2 Pemeriksaan Kadar Karet Kering... 104 3.5 Penentuan Gradasi Pilihan...Error! Bookmark not defined. 3.6 Proporsi dan Kebutuhan Material...Error! Bookmark not defined. iv

3.7 Campuran Aspal Dengan Metode MarshallError! Bookmark not defined. 3.7.1 Benda Uji Campuran Aspal Metode Marshall Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Prosedur Pengujian Campuran Aspal Metode Marshall... Error! Bookmark not defined. 3.7.3 Pengujian Stabilitas Marshall Sisa...Error! Bookmark not defined. 3.8 Metode Perencanaan Campuran Dengan Kepadatan MutlakError! Bookmark not defined. 3.9 Penentuan Kadar Aspal Optimum...Error! Bookmark not defined. 3.10 Metode Pembuatan Benda Uji campuran AC-WC dengan latekserror! Bookmark not define BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 122 4.1 Pemeriksaan Agregat... 122 4.1.1 Pemeriksaan Agregat Kasar... 122 4.1.1.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasa... 122 4.1.1.2 Pemeriksaan Angularitas Agregat Kasar... 122 4.1.1.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Kasar... 123 4.1.1.4 Pemeriksaan Soundness Test... 123 4.1.1.5 Pemeriksaan Keausan Agregat... 123 4.1.1.6 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal... 124 4.1.2 Pemeriksaan Agregat Halus... 124 4.1.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.. 124 4.1.2.2 Pemeriksaan Angularitas Agregat Halus... 125 4.1.2.3 Pemeriksaan Sand Equivalent... 125 4.1.3 Pemeriksaan Berat Jenis Filler... 126 4.2 Pemeriksaan Sifat Lateks... 126 4.2.1 Pemeriksaan Berat Jenis Lateks... 126 4.2.2 Pemeriksaan Kadar Karet Kering... 126 4.3 Analisis Pemeriksaan Aspal... 127 4.3.1 Pemeriksaan Penetrasi aspal... 127 4.3.2 Pemeriksaan Titik Lembek... 127 4.3.3 Pemeriksaan Kehilangan Berat Aspal... 127 4.3.4 Pemeriksaan Daktilitas... 128 4.3.5 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal... 128 4.3.6 Pemeriksaan Titik Nyala... 128 4.4 Karakteristik Campuran AC-WC... 129 4.5 Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik... 129 4.5.1 Stabilitas... 130 4.5.2 Flow... 131 4.5.3 Marshall Quotient... 132 4.5.4 Voids In Mix (VIM)... 133 4.5.5 Voids In Mineral Agregat (VMA)... 134 4.5.6 Voids Filled Bitumen (VFB)... 135 4.6 Grafik Perbandingan VIM-PRD Dengan VIM-Marshall Terhadap Kadar Aspal... 135 4.7 Penentuan Kadar Aspal Optimum... 136 4.8 Analisis Karakteristik Campuran AC-WC Bergradasi Halus Pada Kadar Aspal Optimum... 137 v

4.9 Hasil Uji Stabilitas Marshall Sisa Pada Kadar Aspal Optimum... 138 4.10 Analisis Pemeriksaan Aspal (KAO) dengan Penambahan Lateks... 138 4.10.1 Pemeriksaan Penetrasi... 139 4.10.2 Pemeriksaan Titik Lembek... 139 4.10.3 Pemeriksaan Daktilitas... 139 4.10.4 Pemeriksaan Titik Nyala... 140 4.11 Grafik Hubungan Kadar Aspal Optimum dengan Penambahan Lateks... 140 4.11.1 Stabilitas... 140 4.11.2 Flow... 141 4.11.3 Marshall Quotient... 142 4.11.4 Voids In Mix (VIM)... 143 4.11.5 Voids In Mineral Agregat (VMA)... 143 4.11.6 Voids Filled Bitumen (VFB)... 144 BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 147 5.1 Simpulan... 147 5.1 Saran... 149 DAFTAR PUSTAKA... 150 LAMPIRAN Lampiran A : Hasil Pemeriksaan Agregat, Lateks, dan Aspal... 153 Lampiran B : Perhitungan Karakteristik Campuran... 167 Lampiran C : Dokumentasi... 185 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penyebaran Beban Roda... 5 Gambar 2.2 Lapis perkerasan jalan... 6 Gambar 2.3 Contoh tipikal macam-macam gradasi agregat... 13 Gambar 2.4 Susunan butir-butir agregat berbentuk bulat... 16 Gambar 2.5 Susunan butir-butir agregat berbentuk kubus... 17 Gambar 2.6 Pertimbangan Volume Pori Agregat untuk Penentuan SG... 19 Gambar 2.7 Lateks... 26 Gambar 2.8 Volumetrik Campuran Beraspal... 52 Gambar 2.9 Hubungan VIM-Marshall, VIM-PRD dengan Kadar Aspal... 57 Gambar 2.10 Contoh Penentuan Kadar Aspal OptimumError! Bookmark not defined. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian... 63 Gambar 3.2 Grafik Gradasi Pilihan Rencana...Error! Bookmark not defined. Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan stabilitas rata-rata... 130 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan flow rata-rata... 131 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshall Quotient ratarata... 132 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VIM rata-rata... 133 Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VMA rata-rata... 134 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VFB rata-rata... 135 Gambar 4.7 Grafik perbandingan VIM-PRD dengan VIM-Marshall... 136 Gambar 4.8 Bar chart penentuan kadar aspal optimum... 137 Gambar 4.9 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada Stabilitas rata-rata... 140 Gambar 4.10 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada Flow rata-rata... 141 Gambar 4.11 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada Marshall Quotient rata-rata... 142 Gambar 4.12 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada VIM rata-rata... 143 Gambar 4.13 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada VMA rata-rata... 144 Gambar 4.14 Grafik hubungan variasi lateks terhadap total perekat pada VFB rata-rata... 145 vii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis Pohon Penghasil Karet... 25 Tabel 2.2 Komposisi Lateks... 27 Tabel 2.3 Syarat mutu lateks pekat... 29 Tabel 2.4 Sifat-sifat lateks pekat... 30 Tabel 2.5 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70... 38 Tabel 2.6 Ketentuan Agregat Kasar... 40 Tabel 2.7 Ketentuan Agregat Halus... 41 Tabel 2.8 Persyaratan Gradasi Agregat Campuran Laston (AC)... 42 Tabel 2.9 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)... 43 Tabel 2.10 Suhu Pemanasan untuk Material Campuran... 47 Tabel 2.11 Konversi pembacaan dial gauge stabilitas ke kn untuk alat uji tekan Marshall model H-4454.100... 54 Tabel 2.12 Rasio Kolerasi Stabilitas...Error! Bookmark not defined. Tabel 3.1 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji... 75 Tabel 3.2 Ayakan untuk agregat halus dan agregat kasar... 77 Tabel 3.3 Susunan Fraksi Halus... 78 Tabel 3.4 Susunan Fraksi Kasar... 78 Tabel 3.5 Ukuran saringan yang digunakan untuk agregat kasar setelah pengujian... 81 Tabel 3.6 Berat kering minimum benda uji... 83 Tabel 3.7 Ukuran ayakan untuk penyaringan basah... 83 Tabel 3.8 Proporsi Rencana Campuran Agregat AC-WC... 106 Tabel 3.9 Konversi Proporsi Material... 107 Tabel 3.10 Kebutuhan Material untuk 1, 2, dan 3 buah sampel... 108 Tabel 3.11 Kekentalan aspal keras untuk pencampuran dan pemadatan... 110 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan agregat kasar... 124 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan agregat halus... 125 Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan lateks... 126 Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan aspal penetrasi 60/70... 128 Tabel 4.5 Nilai karakteristik campuran AC-WC... 129 Tabel 4.6 Nilai karakteristik campuran AC-WC pada kadar aspal optimum (5,7%)... 137 Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan aspal penetrasi 60/70 dengan ditambah lateks... 139 Tabel 4.8 Nilai karakteristik campuran AC-WC dengan penambahan lateks.. 145 viii

DAFTAR ISTILAH AC = Asphalt Concrete, Lapisan Aspal Beton (Laston). AC-Base = Asphalt Concrete-Base, laston sebagai lapisan pondasi. AC-BC = Asphalt Concrete-Binder Course, laston sebagai lapisan pengikat. AC-WC = Asphalt Concrete-Wearing Course, laston sebagai lapisan aus. KKK = Kadar karet kering Adhesi = kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara aspal dengan agregat. Agregat = sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan. Agregat halus = agregat dengan ukuran butir lolos saringan No. 8 tertahan saringan No. 200. Agregat kasar = agregat dengan ukuran butir tertahan saringan No. 8. Aspal = material pengikat dengan unsur utama bitumen. Aspal cair = campuran aspal keras dengan bahan pencair dari penyulingan minyak bumi. Aspal emulsi = campuran aspal keras dengan bahan pengemulsi. Aspal keras = aspal yang berbantuk padat pada suhu ruang. Aspal minyak = aspal yang merupakan residu dari minyak bumi. Bahan pengisi (Filler) = agregat halus yang lolos saringan No.200. Base = lapis pondasi atas, lapisan perkerasan yang berada diantara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah. Batuan beku = batuan yang berasal dari magma yang mendingin atau membeku. Batuan metamorf = batuan yang berasal dari batuan sedimen atau batuan beku yang mengalami perubahan bentuk akibat perubahan tekanan dan temperature kulit bumi. Batuan sedimen = batuan yang berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman. Bitumen = zat perekat ( cementitious) terutama mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch. Bleeding = keluarnya aspal yang mengisi rongga dalam campuran. Deformasi plastis = penurunan pada lapisan beraspal dan biasanya disertai perubahan bentuk kearah samping. Degradasi = perubahan ukuran butiran karena adanya penghancuran. Durabilitas = keawetan, kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim. ix

Fatigue Resistance = ketahanan terhadap lelah, kemampuan campuran untuk menahan lendutan akibat beban berulang-ulang tanpa terjadi alur dan retak. Fleksibilitas = kelenturan, kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Ffleksible Pavement = Perkerasan lentur. Flow = Kelelehan, besarnya perubahan bentuk plastis campuran beraspal hingga batas keruntuhan. Gradasi = distribusi partikel-partikel agregat berdasarkan ukuran butir. Gbt = berat jenis aspal. Gsb = berat jenis bulk total agregat. Gse = berat jenis efektif campuran maksimum. Gmb = berat jenis campuran padat, perbandingan berat dengan volume campuran. Gmm = berat jenis maksimum campuran. Hotmix = Campuran aspal panas. Impermeabilitas = kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Irreversible = tidak dapat mengikuti perubahan suhu. Kadar aspal optimum = kadar aspal tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi semua sifat campuran beton aspal. Keawetan (Durability) = kemampuan campuran untuk menahan pengaruh buruk lingkungan dan iklim. Kelenturan = kemampuan campuran untuk mengakomodasi lendutan permanen pada batas-batas tertentu tanpa mengalami retak. Kohesi = kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan. Laston = lapis aspal beton. Latasir = lapis tipis aspal pasir Lataston = lapis tipis aspal beton. Marshal Quotient = ratio antara stabilitas dan flow. Pbabs = kadar aspal yang terasbsorbsi, persentase teehadap berat total agregat. PRD = Persentage Refusal Density, kepadatan mutlak. Selimut Aspal = film aspal, tebal lapisan aspal yang menyelimuti butir agregat, tidak teermasuk yang diserap agregat. Skid resistant = tahanan gesekan antara roda kendaraan dengan permukaan perkerasan (jalan). Stabilitas = kemampuan campuran aspal untuk menahan beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk. Sub base = lapisan pondasi bawah, lapisan perkerasasn yang berada diantara lapisan pondasi bawah dan tanah dasar. Sub grade = tanah dasar, lapisan terbawah dari perkerasan dapat berupa tanah asli atau tanah stabilitas. x

Surface = lapisan permukaan, lapisan perkerasan yang berada diatas lapisan pondasi. Lapisan ini paling besar menerima beban lalu lintas. VFB = persen ruang diantara partikel agregat (VMA) yang terisi aspal tidak termasuk aspal yang terserap agregat, dinyatakan dalam persen terhadap VMA. VIM = ruang udara diantara partikel agregat yang diselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dalam persen terhadap volumen bulk total campuran. VMA = volume rongga di antara partikel agregat pada suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji campuran. xi