BAB I PENDAHULUAN. diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, tidak sedikit orang yang memiliki berbagai macam bentuk investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal

kinerja keuangan, diperlukan tolak ukur tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alternatif dalam berinvestasi yang dapat dipilih pemodal adalah investasi di

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Perkembangan nilai perusahaan, khususnya perbankan selama lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya seefisien dan seefektif

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. pertanyaan dari tujuan penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk saham mempunyai tingkat risiko yang tinggi karena sifatnya

PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BEI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang ditawarkan atau

SKRIPSI. Oleh : ANGGORO NUR FAJAR B

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam menunjang pertumbuhan perusahaan, karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. melalui investasi pada suatu perusahaan dinilai prospektif atau menguntungkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. efek sebagaimana yang dimaksud Undang-Undang No. 8 Tahun 1995.

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan suatu perekonomian diikuti juga dengan. bisnis perusahaan. Untuk mendapatkan modal yang besar dan terikat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Meskipun saham memungkinkan para pemodal untuk. perubahan-perubahan yang terjadi. Baik pengaruh eksternal maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bursa Efek Indonesia telah menjadi penting dari berkembangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasinya selain di bank atau investasi berwujud seperti emas

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu

Judul : Pengaruh Economic Value Added (EVA), Return On Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (aktiva lancar dan utang lancar). Manajemen modal kerja ini

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB I PENDAHULUAN. (1) Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

penurunan, mendorong tiap-tiap perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa mendatang. Para investor dapat membeli saham, obligasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. tertarik dengan Earning per Share (EPS). Selain melakukan pengukuran laba

Oleh: Inayah B

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu investasi ditinjau dari sudut pandang manajemen keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

) TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melakukan sebuah investasi, sebaiknya investor melakukan analisis

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan ekspansi perusahaan, pengembangan perusahaan, penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sudah baik. Jika dinilai kinerja kurang baik maka diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan sehingga. tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return

tingkat laba bersih sebelum bunga atau pajak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan memegang peranan penting bagi perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bahwa disamping perbankan, pasar modal sudah menjadi alternatif sebuah

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham di pasar modal (go public). Pasar modal mempertemukan calon

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

PENDAHULUAN. kemauan para usahawan untuk memanfaatkan peluang yang ada semaksimal

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi para investor dalam menanamkan dananya selain memiliki tujuan jangka pendek juga memiliki tujuan jangka panjang berupa harapan untuk memperoleh pendapatan berupa return atas investasinya. Pendapatan yang diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident yield) dan capital gain (Jogiyanto, 2013). Divident yield merupakan tingkat kembalian (return) yang diterima investor dalam bentuk tunai setiap akhir periode pembukuan. Capital gain diperoleh apabila nilai jual instrumen tersebut lebih tinggi daripada nilai belinya. Harga pasar saham yang semakin tinggi menunjukkan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh investor karena semakin meningkatnya harga saham maka akan menghasilkan capital gain yang semakin besar. Dalam menanamkan sahamnya, investor berharap memperoleh return saham yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu diperlukan berbagai jenis informasi relevan yang mampu menggambarkan nilai kinerja perusahaan yang dapat digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasinya. Secara umum analisis terhadap return saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Husnan, 2009). Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang 1

akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Sedangkan analisis teknikal dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan harga saham (kondisi pasar) di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dimasa yang akan datang. Analisis fundamental dibagi menjadi tiga pendekatan yaitu analisis faktor ekonomi makro yang mempengaruhi perusahaan, analisis industri terkait, dan analisis kondisi perusahaan. Analisis fundamental yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kondisi perusahaan melalui analisis kinerja keuangan perusahaan berupa rasio-rasio keuangan yang diperoleh dari data laporan keuangan. Menurut Sartono (2012), rasio keuangan dikelompokkan dalam empat kategori dasar yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Dari data-data rasio keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dapat dijadikan acuan bagi investor untuk menilai kinerja dari perusahaan sehingga akan mempengaruhi keputusan untuk memilih investasi saham pada perusahaan yang memiliki kinerja yang lebih baik. Sebagai alat ukur kinerja perusahaan, penggunaan analisis rasio keuangan dianggap masih mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk menentukan apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Hal ini dianggap sebagai kelemahan, sehingga agar kelemahan tersebut dapat teratasi maka muncullah suatu konsep baru alat ukur kinerja perusahaan yaitu EVA (Economic Value Added) pada tahun 1990-an. EVA atau nilai tambah ekonomis dipopulerkan oleh George Bennet Stewart III dan Joel M. Stern (1991), 2

analis keuangan di dalam kantor konsultan Stern Steward Management Service of New York, Amerika Serikat. EVA telah dikenal secara luas di dunia internasional sebagai suatu pendekatan yang telah teruji dalam mengukur kinerja perusahaan memberikan nilai tambah bagi para pemegang sahamnya. Menurut Stewart (1991), EVA merupakan alat ukur terbaik atas kinerja perusahaan, bahkan Stewart menyatakan untuk meninggalkan penggunaan EPS, ROE, ROI dan menggantikannya dengan EVA sebagai alat ukur yang paling tepat dalam menentukan harga saham. EVA dinilai mampu memberikan solusi bagi perusahaan dalam upaya mendorong proses penciptaan nilai (value creation) karena dinilai mampu menutup kelemahan berbagai metode pengukuran kinerja keuangan konvensional seperti EPS (Earning per Share), ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Asset). Jika model ROI atau ROE berhenti hanya pada laba (return) yang diraih, EVA mengurangi laba dengan biaya modal sehingga manajemen perusahaan dituntut mampu memilih investasi dengan return optimum dengan tingkat risiko yang minimum. Dengan pendekatan EVA pemegang saham bisa melihat dengan jelas berapa besar nilai tambah yang diraih perusahaan. EVA lebih baik dalam menjelaskan return saham dibandingkan ukuran kinerja tradisional (Stewart, 1994 dalam Biddle et al, 1997). Dengan demikian, EVA memiliki kemampuan untuk menggantikan kinerja pendapatan berbasis tradisional untuk pengukuran kinerja perusahaan dalam menjelaskan saham. Sejumlah penelitian empiris mendukung argumen ini dan menemukan bahwa asosiasi EVA dengan return saham lebih unggul daripada ukuran kinerja akuntansi berbasis tradisional seperti laba. Sebagai contoh, O'Byrne (1996) 3

berpendapat bahwa EVA melebihi laba dalam menjelaskan variasi return saham. Lehn dan Makhija (1996) juga menyatakan bahwa EVA mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan return saham dibandingkan dengan ROA (Return on Asset). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005) menyimpulkan bahwa EVA mempunyai hubungan lebih kuat dan signifikan dengan harga saham bila dibandingkan dengan ROE. Dari hasil penelitian yang dilakukan Dodd dan Chen (1996) menyimpulkan bahwa EVA dan ROA memiliki hubungan dengan return saham tetapi ROA mengungguli EVA dalam menentukan return saham. Di sisi lain, beberapa studi berpendapat sebaliknya yaitu menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan lebih kuat antara EVA dan return saham jika dibanding dengan analisis kinerja tradisional yang menggunakan rasio keuangan. Penelitian yang paling berpengaruh dalam pernyataan ini dilakukan oleh Biddle et al (1997) yang menemukan bahwa laba memiliki keterkaitan yang lebih tinggi dengan return saham dibandingkan EVA dan earning mendominasi EVA dalam menjelaskan return saham. Sementara itu studi yang dilakukan Visaltanachoti et al (2008) menyimpulkan bahwa tiga ukuran kinerja berbasis akuntansi tradisional: cash flow from operations (CFO), earnings (EBIT), dan residual income (RI) memiliki hubungan yang lebih kuat dalam menjelaskan saham 90 sektor jika dibandingkan dengan EVA. Salehi dan Mahmoodi (2011) juga menunjukkan bahwa pengukuran berbasis akuntansi lebih unggul dibandingkan pengukuran berbasis nilai dimana return saham mempunyai hubungan lebih kuat dengan ROA, ROE dan EPS bila dibandingkan dengan EVA. Begitu pula hasil penelitian 4

yang dilakukan Hartono dan Chendrawati (1999) bahwa ROA merupakan pendekatan yang lebih baik dari pada EVA dalam menjelaskan return saham. Dari berbagai penelitian empiris tentang ukuran kinerja mana yang lebih baik dalam penciptaan nilai perusahaan secara umum hasilnya masih terdapat perbedaan pendapat manakah yang lebih superior dalam menjelaskan return saham, apakah EVA ataukah analisis kinerja tradisional yang lebih unggul. Bahkan penelitian yang dilakukan Sumiyana dan Hendrian (2011) menunjukkan bahwa kombinasi dari ROE dan EVA tidak dapat menjelaskan variasi return saham. Penelitian ini juga menemukan bahwa kombinasi ROE tinggi dan EVA tinggi tidak bisa menjelaskan variasi return saham yang lebih tinggi daripada yang lain. Dengan masih adanya perbedaan pendapat ini membuat penelitian lanjutan masih menarik untuk dilakukan. Penelitian ini akan diaplikasikan pada kelompok perusahaan manufaktur dengan pertimbangan bahwa perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur memiliki kepekaan yang berbeda dengan perubahan kondisi ekonomi (Tuasikal 2002). Perusahaan non manufaktur memiliki perubahan yang relatif besar terhadap perubahan pasar, misalnya sektor keuangan dan properti. Perusahaan yang memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap pasar mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai resiko pasar yang lebih tinggi. (Harianto dan Sudono, 1998 dalam Tuasikal 2002). Dengan demikian sebelum menjatuhkan pilihan terhadap saham mana yang akan dibeli, investor mempertimbangkan industri mana yang memiliki prospek kedepan. 5

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas dimana masih terdapat research gap terkait superioritas EVA terhadap analisis kinerja tradisional melalui pendekatan rasio keuangan dalam menjelaskan return saham maka dalam penelitian ini akan diuji kembali apakah EVA dan pendekatan rasio keuangan tradisional yang diwakili EPS, ROA, dan ROE dapat berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012 dengan menggunakan dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE) dan pertumbuhan perusahaan (Price to Book Value). Juga akan diteliti apakah memang EVA lebih superior daripada analisis kinerja tradisional melalui pendekatan rasio keuangan dalam menjelaskan return saham pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012. 1.2 Rumusan Masalah Hasil penelitian yang beragam tentang penggunaan pendekatan EVA dan pendekatan rasio keuangan tradisional masih terlihat dalam berbagai penelitian empiris tentang ukuran kinerja mana yang lebih baik dalam menjelaskan return saham. Keadaan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan studi lanjutan tentang pengaruh penggunaan pendekatan EVA dan rasio keuangan terhadap return saham di dalam pasar modal Indonesia. Dengan demikian dapat dilihat manakah pendekatan yang lebih superior dalam menjelaskan return saham antara pendekatan EVA bila dibandingkan dengan pendekatan rasio keuangan tradisional yang diwakili EPS (Earning per share), ROA (Return on Asset), dan ROE (Return 6

on Equity) dalam menjelaskan return saham pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini akan diuji kembali kembali apakah EVA dan rasio keuangan tradisional yang diwakili Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) dalam menjelaskan return saham pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012 sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian yaitu: 1. Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap return saham? 2. Apakah Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham? 3. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham? 4. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham? 5. Apakah EVA lebih superior dalam menjelaskan return saham jika dibandingkan dengan rasio keuangan tradisional yang diwakili EPS, ROA, dan ROE pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012? 7

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh EVA, EPS, ROA, dan ROE terhadap return saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012. 2. Menganalisis superioritas EVA dalam menjelaskan return saham jika dibandingkan dengan rasio keuangan yang diwakili EPS, ROA, dan ROE pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain ; 1. Bagi investor dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal agar dapat mencapai return yang optimal. 2. Bagi emiten dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan finansial guna meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat memobilisasi dana dari pihak ketiga. 3. Bagi dunia akademik, penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan analisis fundamental. 8

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab, masing-masing bab akan membahas hal-hal sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini menjelaskan dasar teori dari penelitian yang akan dilakukan. BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian, penentuan sampel, periode penelitian, jenis dan sumber data, dan metode analisis data. BAB IV Analisis dan Pembahasan Bab ini membahas tentang hasil pengujian statistik disertai analisis tentang pengaruh EVA, EPS, ROA, dan ROE terhadap return saham perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2010-2012. BAB V Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Bab ini memberikan simpulan berdasarkan hasil analisis, dan menyebutkan keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian, dan implikasi teoritis dan praktis sebagai saran untuk penelitian selanjutnya. 9