DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU 59 (1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka IP (1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka terbatas. Keterangan: Anggota parlemen, selain berperan sebagai wakil rakyat juga adalah merupakan wakil partai. Oleh sebab itu khususnya untuk Pemilu 2009, pemahaman Fraksi IP atas Sistem Proporsional dengan daftar calon terbuka adalah sistem proporsional terbuka terbatas, dalam arti adanya nomor urut calon sehingga partai dapat menentukan kader-kader terbaiknya untuk duduk di parlemen. Sistem proporsional terbuka murni mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya maupun bagi rakyat pemilih dalam menentukan pilihannya.
Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka dengan mempertimbangkan alokasi suara untuk partai. B S Terbuka terbatas (129) + IP (109) = 238 Terbuka murni (58) + (57) + (53) + (52) + (45) + (14) + S (13) + B (20) = 312 PERSYARATAN PARPOL IKUT PEMILU 77 Persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a meliputi: d. memperhatikan keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai sekurangkurangnya 30% (tiga puluh perseratus) IP e. memperhatikan dengan sungguh-sungguh keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus).
AKLAMASI: Semua fraksi sepakat dengan naskah RUU B S mengupayakan dengan sungguh-sungguh keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai sekurang-kurangnya 35% (tigapuluh lima perseratus) mengakomodasi keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai sekurang-kurangnya 30% 141 (1) Dokumen persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) meliputi: d. Surat pernyataan keterwakilan perempuan oleh pengurus parpol; IP B S Keterangan: Sinkronisasi dengan RUU Parpol dalam Pasal Peralihan d. Surat pernyataan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tigapuluh perseratus) oleh pengurus parpol; Dihapus d. Surat pernyataan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) oleh pengurus parpol.
Sebut 30% perempuan (57) + (52) = 109 Tidak sebut 30% perempuan (129) + IP (109) + (45) + B (20) + (14) + S (13) + (58) = 388 Dihapus (53) ELECTORAL TRESHOLD 82 a. memperoleh sekurang-kurangnya 5% ( lima perseratus) jumlah kursi DPR IP a. memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga persen) jumlah kursi DPR a. memperoleh sekurang-kurangnya 5% ( lima perseratus) jumlah kursi DPR a. memperoleh sekurang-kurangnya 4% (empat perseratus) jumlah kursi DPR B S a. memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga perseratus) jumlah kursi DPR Dihapus a. memperoleh sekurang-kurangnya 3% (tiga perseratus) jumlah kursi DPR a. memperoleh sekurang-kurangnya 2% (dua perseratus) jumlah kursi DPR DAERAH PEMILIHAN 181 Pasal 25 (2) Setiap daerah pemilihan anggota DPR mendapatkan alokasi antara 3 (tiga) sampai dengan 12 (dua belas) kursi (2) Alokasi kursi untuk setiap daerah pemilihan untuk DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sekurang-kurangnya 3 (tiga) dan sebanyak-banyaknya 6 (enam).
IP B Tambahan ayat baru: (3) Penetapan daerah pemilihan dengan alokasi kursi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan KPU (2) Setiap daerah pemilihan anggota DPR mendapatkan alokasi antara 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) kursi. Tambahan ayat baru: (3) Penetapan daerah pemilihan dengan alokasi kursi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan keputusan KPU (Diperlukan exercise terkait masalah magnitude alokasi kursi) (2) Setiap daerah pemilihan anggota DPR mendapatkan alokasi 3 (tiga) sampai dengan 10 (sepuluh) kursi. S PENCALONAN ANGGOTA LEGISLATIF 367 Pasal 62: Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 harus memperhatikan keterwakilan bakal calon perempuan paling sedikit 30%. (1) Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada Pasal 55 harus memuat paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan pada akumulasi daftar calon di setiap provinsi.
Tambahan ayat baru: (2) Daftar calon disusun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dengan cara selang-seling 2:1 IP B S Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada pasal 61 harus mengupayakan dengan sungguh-sungguh paling sedikit 35%. Daftar bakal calon sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 dengan memperhatikan keterwakilan bakal calon perempuan paling sedikit 30%. Daftar calon sebagaimana dimaksud pada pasal 59 harus memperhatikan keterwakilan bakal calon perempuan paling sedikit 30%. PENETA CALON TERPILIH 1051 Pasal 207: (1) Calon terpilih anggota DPR dan D ditetapkan oleh KPU. IP (1) Calon terpilih anggota DPR dan D ditetapkan oleh KPU dengan ketentuan calon minimal memperoleh prosentase tertentu dari BPP atau bilangan calon terpilih.
1056 Pasal 208: (1) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan perolehan suara terbanyak masing-masing calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota dalam satu partai politik pada satu daerah pemilihan. B S IP (1) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan perolehan suara calon sekurangkurangnya (25% sampai 50%) BPP dari satu partai politik dalam satu daerah pemilihan. (menunggu arahan DPP) Tambah ayat baru: (2) Jika tidak ada calon yang mencapai perolehan suara (25% sampai 50%) dari BPP maka caleg terpilih ditetapkan sesuai nomor urut pada daftar calon. (1) Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan pada perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu di suatu Daerah Pemilihan, dengan ketentuan: a. nama calon yang mencapai 25% angka BPP untuk DPR, 50% angka BPP untuk DPRD provinsi, 75% angka BPP untuk DPRD kabupaten/kota ditetapkan sebagai bakal calon terpilih; b. apabila bakal calon terpilih sebagaimana
dimaksud pada butir a lebih dari satu orang yang sama atau lebih besar dari 25% BPP, maka penentuan calon terpilih dikembalikan kepada nomor urut daftar calon di daerah pemilihan yang bersangkutan; c. apabila tidak ada calon terpilih yang memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan pad huruf a, penetapan calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut pada daftar calon di daerah pemilihan yang bersangkutan; d. apabila bakal calon terpilih sebagaimana dimaksud pada butir a memenuhi sama atau lebih dari 25% BPP lebih dari jumlah perolehan kursi yang diperoleh oleh partai bersangkutan maka calon terpilih untuk mengisi kelebihan kursi tersebut ditetapkan berdasar nomor urut. Calon terpilih anggota legislatif ditetapkan berdasarkan perolehan suara terbanyak masingmasing calon anggota legislatif dalam satu partai politik pada satu daerah pemilihan.
B (1) Penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik peserta pemilu didasarkan pada perolehan kursi Partai Politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan dengan ketentuan: a. nama calon yang mencapai angka BPP ditetapkan sebagai calon terpilih; b. nama calon yang tidak mencapai angka BPP, penetapan calon terpilih ditetapkan berdasarkan perolehan suara terbanyak sekurang-kurangnya 15% dari angka BPP yang diperoleh calon di daerah pemilihan yang bersangkutan; c. nama calon yang tidak mencapai perolehan suara terbanyak sekurang-kurangnya 15% dari angka BPP, penetapan calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut pada daftar calon di daerah pemilihan yang bersangkutan. Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan pada perolehan kursi Partai Poliltik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan, dengan ketentuan: a. nama calon yang mencapai angka BPP ditetapkan sebagai calon terpilih; b. nama calon yang tidak mencapai angka BPP, penetapan calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut pada daftar calon di daerah pemilihan yang bersangkutan. PUSKAPOL FISIP UI, Diolah dari naskah persandingan DIM RUU Pemilu (www.dpr.go.id)
www.parlemen.net