yang kekurangan dana dalam bentuk pembiayaan bagi investasi sektor riil. merealokasi sumber keuangan secara efisien dan mendorong penurunan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan alokasi dana ke dalam berbagai bentuk kesempatan. investasi, memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB III METODOLOGI. perubahan rasio-rasio CAMEL yang bersifat kuantitatif. Secara singkat, rasio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

ANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

ANALISIS KINERJA BANK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan. Perkembangan industri

DAFTAR ISI. Abstraksi Prakata. Daft ar Tabel dan Gambar

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia sejak tahun 1990-an tumbuh pesat. Industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. menandai awal terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia. Nilai

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

diteliti yaitu Bank BNI Syariah. Selanjutnya akan dibahas mengenai Sumber Data yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi. Peran strategis bank bukan hanya sebagai wahana

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor


BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA PERBANKAN. /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

Transkripsi:

I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perbankan Indonesia memiliki peranan penting dalam membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi dewasa ini. Hal ini karena peran perbankan yang berfungsi sangat penting sebagai lembaga perantara untuk menyalurkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana kepada masyarakat yang kekurangan dana dalam bentuk pembiayaan bagi investasi sektor riil. Untuk itu pemulihan fbngsi intermediary perbankan melalui restrukturisasi diharapkan akan meningkatkan kembali mobilisasi dana, merealokasi sumber keuangan secara efisien dan mendorong penurunan tingkat bunga sehingga kepercayaan masyarakat dan investor secara berangsur-angsur pulih dan pada akhirnya akan memacu kembali pertumbuhan ekonomi. Secara umum restrukturisasi perbankan menyangkut upaya untuk mempercepat penyelesaian masalah solvabilitas dan pemulihan profitabilitas perbankan. Penyelesaian solvabilitas berkaitan dengan perbaikan shuktur neraca suatu bank, yakni sisi aktiva yang terkait terutama dengan penyelesaian kredit bermasalah, sedangkan di sisi pasiva akan lebih berkaitan dengan upaya rekapitalisasi perbankan. Menurut Joyosumarto (1998 : halaman 2-6) pada dasarnya strategi untuk melakukan restrukturisasi perbankan dimaksud, dapat dibedakan kedalam 2 tahapan kegiatan yang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :

1. Tahap pemulihan kepercayaan kepada perbankan Tahap ini bertujuan untuk mengembalikan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dengan cara Pemerintah dan bank sentral bertindak melindungi kepentingan para penyimpan. Kebijakan yang ditempuh adalah dengan memberikan jaminan penuh kepada deposan dan kreditur dalam dan luar negeri, karena apabila terjadi penurunan kepercayaan terhadap lembaga perbankan, maka akan terjadi capitalflight sehingga menyebabkan krisis perbankan semakin dalam. 2. Tahap penyelesaian masalah solvabilitas bank Secara lebih spesifik ditentukan melalui dua pendekatan. Disisi asset dilakukan penyehatan kualitas asset bank melalui program restrukturisasi pinjaman (debt restructuring) maupun melalui penyerahan "bad assei' kepada Asset Management Unit (AMU). Dengan penyelesaian seperti diatas diharapkan kualitas asset bank akan membaik. Sementara itu secara bersamaan disisi liability dilakukan restrukturisasi liability bank melalui program rekapitalisasi. Dengan program dimaksud diharapkan bank yang bersangkutan akan menjadi lebih solven dan memenuhi ketentuan permodalan yang diharapkan. Selanjutnya bank tersebut dapat memiliki keleluasaan untuk tumbuh dan berkembang. Pengalihan bad asset ke AMU akan memperbaiki kualitas aktiva produktif bank, Peningkatan kualitas ini akan memberikan keleluasaan kepada bank untuk melakukan ekspansi karena kondisi permodalan bank

menjadi lebih baik. Mengingat penyerahan diatas dilakukan dengan nilai buku sebesar nihil, maka sebagai akibatnya ekuitas bank &an menjadi negatif. Untuk itu dengan program rekapitalisasi, ekuitas negatif tersebut hams ditutupi dengan setoran modal dari pemilik dengan harapan bank dapat meluaskan kegiatan usahanya dan akan memperbaiki kinerjanya. Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) persiapan untuk melakukan proses rekapitalisasi ini sudah dimulai sejak tahun 1999. Hal ini ditandai dengan dimulainya pelimpahan aktiva produktif buruk yakni untuk kualitas aktiva produktif diragukan dan macet kepada Asset Management Unit pada bulan Maret 1999. Sampai dengan akhir tahun 1999 pelimpahan tersebut sudah mencapai lebih dari Rp23 triliun. Setelah proses penyerahan "bad asset" kepada Asset Management Unit selesai, maka selanjutnya dilaksanakan tahapan due diligence dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa struktur keuangan BRI telah dapat dipercaya dan bebas dari adanya potential loss dan uji atas kebenaran saldo ekuitas yang negatif untuk menentukan besarnya tambahan ekuitas yang dibutuhkan, tahapan selanjutnya adalah penyusunan business plan, stress test dan penggantian jajaran manajemen, sehingga pada bulan Juli 2000 BRI telah menerima rekapitalisasi tahap I yakni sebesar 70% dari estimasi kebutuhan modal yang diperlukan atau Rp20,4 triliun dan tahap 11 sebesar Rp8,7 triliun dilaksanakan pada bulan Oktober 2000 sehingga seluruhnya menjadi Rp29,l triliun. Tujuan dilakukannya rekapitalisasi

dengan aktiva produktifnya yang akan mengganggu kelangsungan usaha. Untuk itu, pada bulan Juli dan Oktober 2000, Pemerintah melakukan rekapitalisasi yakni melalui proses penyetoran modal dari Pemerintah yang dilaksanakan dengan cara seakan-akan terdapat arus kas masuk untuk tambahan modal sebesar Rp29,l trilun, namun pada saat yang sama kas tersebut harus dibelikan obligasi Pemerintah Dalam struktur neraca BRI setelah rekapitalisasi yakni posisi bulan Oktober 2000, walaupun saldo ekuitas telah positif narnun akan terlihat seakan-akan penempatan pada obligasi Pemerintah sebesar Rp29,l triliun dibiayai oleh dana masyarakat mengingat dana tidak berbiaya dan ekuitas digunakan untuk penempatan pada aktiva yang tidak menghasilkan. Mengingat obligasi Pemerintah tersebut berbunga hanya sekitar 12% padahal cost of money BRI mencapai 18%, dimasa yang akan datang akan terdapat kemungkinan kerugian sebesar Rp1.449 miliar (perhitungan lihat lampiran 1) yang akan berpengaruh terhadap ekuitas BRI pada masa yang akan datang. Dengan latar belakang seperti diatas agar BRI tetap bisa going concern, maka sangat diperlukan suatu strategi untuk menempatkan aktiva produktif selain obligasi Pemerintah yang berasal dari rekapitalisasi secara optimal yakni yang mempunyai tingkat keuntungan portofolio minimal 6% agar bisa menutup potensial loss yang ada sehingga persyaratan Capital Adequacy Ratio (CAR) sesuai ketentuan dapat tercapai.

Sebenarnya dalam mengoperasikan sebuah bank, masih ada indikator-indikator lain selain CAR yang masih perlu diperhatikan, seperti besarnya persentase aktiva produktif yang diklasifikasikan dibanding total aktiva produktif, kualitas manajemen, besarnya earning yang diperoleh yang diukur dari return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) serta likuiditas yang dimiliki dimana indikator-indikator ini biasanya disebut dengan CAMEL. Namun demikian dari ke 5 indikator diatas, ratio CAR biasanya menjadi fokus perhatian mengingat indikator ini dianggap dapat mewakili indikator-indikator lainnya seperti misalnya apabila ratio CAR suatu bank baik, maka indikator-indikator yang lainnyapun relatif baik pula sebab ratio CAR yang baik tentu akan ditunjang oleh ekuitas dan perolehan laba yang tercermin dalam ROA dan ROE yang tinggi. Dan untuk mendapat laba yang optimum tadi tentu saja aktiva produktif bank yang bersangkutan hams mempunyai kualitas yang bagus dengan ditunjang oleh manajemen yang handal. B. Identifikasi Masalah Dengan gambaran di atas tampak bahwa di BRI saat ini telah terjadi kemungkinan kerugian walaupun telah diterima obligasi Pemerintah untuk tambahan modal dalam program rekapitalisasi. Untuk mencari jalan keluar atas permasalahan diatas, setidaknya terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan yakni :

1. Melakukan efisiensi dengan tujuan menekan biaya overhead supaya lebih rendah 2. Menaikkan fee base income dengan tujuan untuk menutup kerugianpada net interest income sehingga bottom line tetap terjaga 3. Menjual obligasi pemerintah kepasar dengan harapan BRI dapat menempatkan dana yang diterima dari penjualan tersebut kepada aktiva produktif yang menghasilkan return yang tinggi. 4. Mengoptimalkan penempatan aktiva produktif selain obligasi Pemerintah yang berasal dari rekapitalisasi kedalam suatu komposisi tertentu sehingga menghasilkan return yang optimal. Dari beberapa alternatif di atas, nampaknya alternatif ke 4 yakni mengoptimalkan penempatan aktiva produktif lebih realistis untuk dipilih dengan alasan sebagai berikut : 1. Melakukan efisiensi dan menaikkan fee base income nampaknya bisa kurang berhasil mengingat pilihan diatas selalu terkait dengan teknologi. Memilih alternatif 1 ataupun 2 selalu membutuhkan waktu yang lama yakni sejak pemilihan sofnyare sampai dengan tahap implementasi, padahal disisi lain potential loss dari dari obligasi Pemerintah hams segera ditutup. 2. Apabila obligasi Pemerintah tersebut dijual tampaknya pasar belum bisa menyerap sebagai akibat masih berlangsungnya krisis moneter. Disisi lain besarnya obligasi yang dapat diperjualbelikan dipasar tersebut juga ditentukan oleh Bank Indonesia bersama Pemerintah dengan

memperhatikan kondisi pasar dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pemilihan alternatif ke 4 dapat dilaksanakan dengan cara menempatkan semua aktiva produktif selain obligasi Pemerintah pada suatu portofolio yang menghasilkan keuntungan yang optimal dengan resiko seminimal mungkin agar target CAR sesuai ketentuan dapat dicapai. C. Batasan Masalah Pada dasamya faktor-faktor yang berpengamh terhadap CAR adalah besmya ekuitas dan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Mengingat besmya ekuitas sangat dipengamhi bukan saja dari pendapatan yang berasal dari aktiva produktif yang ditempatkan tetapi juga dipengamhi oleh fee base income yang diperoleh dan besarnya biaya dana serta overhead, maka untuk memudahkan analisis yang akan dikaji hanya sisi penempatan aktiva produktif diluar penyertaan dan rekening administratif karena kedua aktiva produktif tersebut jumlahnya relatif kecil, sedangkan sisi yang lainnya dianggap tetap. Alasan utama dari asumsi diatas adalah karena untuk ukuran perbankan Indonesia umumnya pendapatan utama bank masih didominasi oleh pendapatan yang berasal dari penempatan aktiva produktif, walaupun sekarang ini ada beberapa bank yang sudah mencoba untuk memaksimalkan fee base income-nya.

D. Rumusan Masalah Dari rangkaian pembahasan diatas, maka rumusan masalah untuk penulisan ini adalah : Bagaimana mendapatkan susunan portofolio aktiva produktif yang tepat pada Bank BRI agar dapat mendukung tercapainya standar CAR yang ditentukan. E. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji sampai sejauh mana pengaruh dari adanya obligasi Pemerintah yang berasal dari rekapitalisasi terhadap kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang, termasuk menelaah kualitas masing-masing aktiva produktif dan mengalisis portofolio dari aktiva produktif tersebut sehingga didapatkan portofolio yang optimal. Dari analisis diatas diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut penempatan aktiva produktif sehingga CAR sesuai ketentuan dapat tercapai. P. Ruang Lingkup Analisis atas strategi penempatan aktiva produktif ini akan dilaksanakan di Kantor Pusat BRI mengingat hal-ha1 yang bersifat kebijakan adalah merupakan wewenang Direksi. Sedangkan portofolio yang menjadi dasar analisis akan diambil dari data historis dan business plan. Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk mengalokasikan besarnya aktiva produktif yang harus ditempatkan ke setiap unit kerja.