BAB I PENDAHULUAN. epidemik campak di Nigeria, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

Gambaran Kesiapsiagaan Perawat Puskesmas dalam Manajemen Bencana di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa akibat wabah penyakit menular (Depkes, 2007) alam di negara ini juga telah menyebabkan kerugian ekonomi paling sedikit US

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gempa bumi tersebut antara lain terjadi beberapa kali di wilayah Aceh, Nias,

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

Informasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, tsunami, banjir dan

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PENGALAMAN MENGIKUTI ASSESSMENT OLEH PUSAT KRISIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Fasilitasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

Upaya-upaya dalam rangka menekan dampak akibat bencana sangat diperlukan pengaturan organisasi, tata laksana hubungan kerja, koordinasi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN GERAKAN PRAMUKA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 12/23/2009 1

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi masyarakat baik secara material maupun non material. Kehilangan

Transkripsi:

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Beberapa bencana yang telah terjadi di dunia pada tahun 2005 antara lain gempa bumi di Pakistan, badai Stan di Guatemala, badai Katrina di Amerika Serikat, gempa bumi dan banjir di India, gempa bumi di Indonesia, banjir di China, gempa bumi di Iran, epidemik campak di Nigeria, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009). Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak diantara dua samudera besar dan terletak di wilayah lempeng tektonik yang rawan terhadap gempa bumi (DepKes RI, 2005). Statistik bencana yang terjadi di Indonesia antara lain: (1) gempa dasyat dengan kekuatan 9 SR yang memicu tsunami di Aceh, 26 Desember 2004: 165 ribuan meninggal dengan kerugian materi 48 trilyun; (2) gempa bumi dengan kekuatan 6,2 SR di Yogya dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006: 5716 meninggal dan 306.234 rumah hancur dengan kerugian materi 29,1 trilyun; (3) gempa 7,7 SR mengguncang Pangandaran dan pantai selatan Pulau Jawa yang memicu tsunami pada 17 Juli 2006: 645 meninggal dan 198 rumah hancur dengan kerugian materi 1,3 trilyun; (4) 2 September 2009 gempa berkekuatan 7,3 SR terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 46 tewas dan korban luka lebih dari 100 orang; (5) gempa 1

16 dasyat pada 30 September 2009 dengan kekuatan 7,6 SR yang mengguncang Sumatera Barat dengan korban ratusan orang. Tercatat hingga 1 Oktober 2009 pukul 16:40 WIB korban mencapai 529 orang (www.p2kp.org, 2009). Disamping bencana alam, Indonesia mempunyai potensi munculnya bencana akibat ulah manusia seperti penggundulan hutan, penebangan liar yang dapat menyebabkan banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan konflik sosial. Seiring dengan perkembangan industrialisasi dan makin meningkatnya penggunaan bahan kimia, bahan radioaktif berpotensi timbulnya bencana akibat ulah manusia (DepKes RI, 2006). Berkaitan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam maka sejak 11 Desember 1987 PBB telah mengeluarkan Resolusi no.42/169 yang mencanangkan dimulainya dekade tahun 1999-2000 sebagai dekade kerjasama internasional dalam usaha mengurangi dampak bencana alam terhadap umat manusia di dunia. Sejarah telah mencatat bahwa pada tahun 1994 telah dikeluarkan deklarasi yang lebih dikenal sebagai The Yokohama Strategy. Deklarasi tersebut pada intinya merupakan suatu pernyataan dari seluruh bangsa-bangsa di dunia bahwa the post disaster pre-disaster mitigation, prevention and (Oemarmadi, 2008). Mengevaluasi dari pelaksanaan The Yokohama Strategy, pada tahun 2005 World Conference on Disaster Reduction di Hyogo, Jepang,

17 menghasilkan Hyogo Faramework for Action 2005-2015 yang mengidentifikasikan bahwa tantangan utama untuk masa mendatang adalah memastikan sebuah sistem penanggulangan bencana yang lebih sistematis sesuai dengan konteks sustainable development, dan membangun ketahanan nasional dengan meningkatkan kemampuan lokal dan nasional dalam mengelola dan mengurangi resiko bencana. Evaluasi ini menekankan pada pentingnya upaya penanggulangan bencana yang disokong dengan pendekatan yang lebih proaktif dalam menginformasikan, memotivasi dan melibatkan masyarakat di semua aspek penanggulangan bencana di lingkungan mereka. Hyogo Farmework for Action (HFA) menekankan bahwa kelangkaan sumber daya di tingkat daerah maupun nasional dapat ditanggulangi melalui kerjasama internasional dan mekanisme finansial, disamping meningkatkan eksploitasi sumber daya yang ada dan praktek-praktek penanggulangan bencana yang lebih efektif (HFA, 2005). Kegiatan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana selama ini banyak dilupakan, padahal justru pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan paska bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana (Rachmat, 2008).

18 Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di tingkat pusat adalah Menteri kesehatan dibantu oleh seluruh Pejabat Eselon 1 dibawah koordinasi Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB) yaitu Wakil Presiden, dan pelaksanaannya di Departemen Kesehatan dikoordinir oleh Sekertaris Jenderal dalam hal ini adalah Ketua Pusat Penanggulangan Krisis (PPK). Penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana di tingkat provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi bila diperlukan dapat meminta bantuan ke DepKes dibawah koordinasi Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PB) yang diketuai Gubernur, dan pelaksanaannya di lingkungan Dinkes Provinsi dikoordinir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan Surat Keputusan. Di tingkat Kabupaten/Kota penanggung jawab kesehatan dalam penanggulangan bencana adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila diperlukan dapat meminta bantuan ke Provinsi dibawah koordinasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (SATLAK PB) yang diketuai Bupati/Walikota, dan pelaksanaannya di lingkungan Dinkes Kabupaten/Kota dikoordinir oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan Surat Keputusan. Sedangkan di lokasi kejadian bencana, penanggulangan bencana adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pelaksana tugas pelayanan kesehatan dalam penanggulangan bencana di lokasi kejadian adalah Kepala Puskesmas.

19 Selain organisasi pemerintahan terdapat organisasi non-pemerintah yang turut serta dalam penanggulangan bencana (KepMenKes RI, 2007). Perawat sebagai lini depan pada suatu pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam penanganan pasien gawat darurat sehari-hari maupun saat terjadi bencana. Kompetensi perawat dalam fase kesiapsiagaan adalah pendidikan dalam keperawatan bencana, pelatihan untuk pencegahan bencana, mengamati pelayanan ditinjau dari peralatan dan sumber daya, serta melakukan konfirmasi dan membuat jejaring yang mendukung keperawatan (Ohara, 2007 cit, Hidayati, 2008). Tidak ada prosentase yang pasti mengenai jumlah perawat yang terlibat dalam manajemen bencana di masyarakat. Sampai saat ini kebutuhan tenaga perawat untuk menangani korban bencana di masyarakat sebanyak 33 % dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat. (DepKes RI, 2006). Zuhriyatin pada tahun 2009 menyebutkan bahwa sebagian besar perawat puskesmas telah memiliki sertifikasi PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat), meskipun tidak ada penjelasan mengenai batas masa berlakunya. Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya terletak pada jalur tektonik dan vulkanik, pada sisi utara terdapat vulkanik Merapi yang sangat aktif, dan pada sisi selatan (Samudra Hindia) terdapat Palung Jawa yang merupakan jalur subduksi lempeng Indo-Australia-Eurasia. Pertemuan lempeng Indo-Australia - Eurasia adalah penyebab utama terjadinya gempa tektonik pada kawasan ini. Sebanyak 14 kecamatan di

20 Yogyakarta termasuk dalam kawasan beresiko tinggi terhadap gempa bumi. Berdasarkan peta resiko bencana, 11 kecamatan berada di Kabupaten Bantul, dan masing-masing satu kecamatan di Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Gunungkidul serta Sleman. Keempat belas kecamatan itu adalah Kasihan, Sewon, Bantul, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Jetis, Pleret, Banguntapan, Piyungan, Kotagede, Nglipar, dan Berbah (Cahyana, 2010). Perlu diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan terbesar adalah perawat sebanyak 172 orang yang tersebar di 27 puskesmas induk di wilayah Bantul (Bank Data Puskesmas, 2009). Atas permintaan Departemen Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Yogyakarta dan Jawa Tengah, sebuah organisasi non pemerintaha IOM (International Organization for Migration) telah mengembangkan program untuk mengatasi kondisi penduduk yang rentan terhadap bencana pada tahun 2006. Sebagai langkah pertama, IOM mendukung pelatihan bagi pelatih (Training of the Trainers-ToT), program untuk pendeteksian dini, pemeriksaan yang memadai serta pencegahan penyakit mental di masyarakat yang terkena dampak bencana, melalui kerjasama dengan badan-badan kesehatan pemerintah serta Badan Kesehatan Dunia dan Universitas Gajah Mada. Program tersebut telah melatih 270 dokter, perawat dan tokoh masyarakat (IOM, 2006). Dari pelatihan bagi pelatih tersebut diharapkan peserta mampu mengembangkan pelatihan serupa di wilayah kerjanya (IOM, 2006).

21 Berdasarkan fenomena tersebut telah dijelaskan peran perawat pada tahap kesiapsiagaan bencana. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran kesiapsiagaan perawat puskesmas di Puskesmas Kasihan I Bantul dalam manajemen bencana. B. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam puskesmas dalam manajemen bencana di Puskesmas Kasihan I Bantul C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan perawat puskesmas dalam manajemen bencana di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui keterlibatan perawat dalam manajemen bencana sebelumnya b. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang kemungkinan bencana di kecamatan Kasihan Bantul. c. Untuk mengetahui keterlibatan perawat dalam persiapan bencana. d. Untuk mengetahui kesiapan perawat dalam menjalankan peran:

22 1) Membuat, memperbaharui dan mengimplementasikan disaster plan. 2) Melakukan pengkajian resiko pada komunitas seperti membuat peta bahaya dan analisis kerentanan. 3) Melakukan tindakan pencegahan bencana seperti rencana memindahkan populasi yang beresiko, menumbuhkan kewaspadaan masyarakat dan sistem peringatan dini. 4) Memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. 5) Mengikuti program pelatihan penanganan bencana. 6) Mempersiapkan diri dan keluarga dalam mengahadapi ancaman bencana. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi pengelola puskesmas Memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk meningkatkan level kesiapsiagaan perawat puskesmas dalam manajemen tanggap bencana. 2. Bagi perawat Memberikan informasi kepada perawat berhubungan dengan perannya pada tahap kesiapsiagaan bencana sehingga diharapkan mampu meningkatkan level kesiapsiagaan bencana.

23 3. Bagi institusi pendidikan Memberikan masukan untuk penelitian lanjutan tentang manajemen bencana dan mengintegrasikannya dalam kurikulum pendidikan keperawatan. E. Keaslian Penelitian kesiapsiagaan perawat puskesmas dalam Manajemen Bencana di Penelitian lain yang serupa dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2008) dan Zuhriyatin (2009). Penelitian Instalasi Rawat Darurat RSUP DR Sardjito Dalam Kesiapan Menghadapi Bencana Pada Tahap Preparedness mengetahui pengetahuan perawat pada tahap preparedness. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada fokus penelitian, subyek, waktu dan tempat penelitian. Penelitian ini lebih memfokuskan pada evaluasi peran perawat puskesmas dalam manajemen bencana di tingkat kecamatan. Penelitian Zuhriyatin (2009) tentang Peran Perawat Puskesmas pada Tahap Kesiapsiagaan Bencana di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menyoroti peran perawat dalam setiap tindakan kesiapsiagaan bencana gunung merapi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian, subyek

24 penelitian, waktu dan tempat penelitian. Penelitian ini lebih memfokuskan pada evaluasi peran perawat puskesmas dalam kesiapsiagaan bencana di wilayah yang memiliki resiko tinggi terhadap ancaman bencana.