OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Monthly Market Update

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

1. Tinjauan Umum

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

Kondisi Perekonomian Indonesia

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Februari 2017 RESEARCH TEAM

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

Diskusi Terbuka INFID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Kinerja CENTURY PRO FIXED

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

ANALISIS TRIWULANAN:

CARLISYA PRO MIXED Dana Investasi Syariah Campuran

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

USD FIXED INCOME FUND

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

CARLINK PRO MIXED Dana Investasi Campuran 31-Jan-17 NAV: 2,

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q3

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

Transkripsi:

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi di akhir kuartal 2015. Meskipun optimism itu harus sedikit tercederai dengan melesetnya target pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2016. Secara umum, beberapa indikator menyiratkan adanya perbaikan pada kuartal II 2016 dengan adanya potensi capital inflow limpahan Brexit dan efek positif dari tax amnesty. Meskipun demikian, kewaspadaan tidak bisa kita lepaskan mengingat adanya gejolak eksternal yang terus menghantui,terlebih dengan belum ajegnya fundamental perekonomian Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi Kinerja pertumbuhan ekonomi yang membaik di kuartal IV tahun 2015 lalu membuat banyak pihak optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik pada kuartal I 2016. RIU FEB UI memprediksikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5.08%. Proyeksi ini sama dengan proyeksi yang dilakukan dalam Survey Proyeksi Indikator Makroekonomi yang dilakukan oleh BI. Bank Dunia meskipun sempat melakukan revisi akan tetapi masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2016 masih berada di kisaran angka sekitar 5%. PERTUMBUHAN EKONOMI 5.2 5.1 5 4.9 4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 I II III IV I II 2015 2016 Sumber : BPS, diolah *garis merah merupakan prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II oleh RPM FEB UI

Akan tetapi berdasarkan hasil yang dirilis oleh BPS beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa ternyata angka pertumbuhan ekonomi Indonesia meleset di bawah target yang diharapkan yaitu berada di angka 4.92%. Dari sisi domestik,masih belum efektifnya dampak belanja pemerintah menjadi salah satu alasan melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut. Belanja pemerintah pada awal tahun biasanya masih terbatas sehingga dampaknya belum dapat terlalu dirasakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu dari sisi konsumsi RT meskipun masih memberikan kontribusi paling besar dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi,akan tetapi pada kuartal I pertumbuhan konsumsi rumah tangga cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Upaya pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan investasi juga belum terlalu menampakkan hasil yang signifikan karena perilaku investor yang juga masih wait and see di tengah ketidakpastian perekonomian global. Sedangkan dari sisi eksternal, masih rendahnya harga komoditas dan terus turunnya harga minyak ditambah masih melambatnya perekonomian Tiongkok serta perekonomian AS yang masih stagnan masih menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan ekonomi di Indonesia. Dirilisnya data neraca perdagangan yang meskipun menunjukkan posisi surplus akan tetapi nilai ekspor dan impor tercatat turun,sehingga hal ini belum mampu berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah optimis dengan segala langkah kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya khususnya dalam memperbaiki iklim usaha akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal-kuartal selanjutnya. RPM FEB UI juga memprediksikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan bouncing dan berada di angka sekitar 5.1%. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang rutin dilakukan oleh Bank Indonesia mengindikasikan adanya pertumbuhan kegiatan usaha yang tinggi pada triwulan II- 2016 jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 18.40% di triwulan II dibandingkan di triwulan I yang hanya sebesar 5.8%. Peningkatan kegiatan usaha tersebut terlihat terjadi hampir di semua sektor, terutama adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industry pengolahan. Selain itu, hasil survey juga memperlihatkan membaiknya kinerja keuangan dunia usaha. Saldo Bersih (SB) kondisi likuiditas dan rentabilitas pada triwulan II tercatat masing-masing sebesar 37.66% dan 38.96%. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 34.75% dan 31.88%. Hal ini terjadi karena pelaku di dunia usaha berpendapat bahwa pada triwulan II akses pembiayaan yang lebih mudah terkait kredit perbankan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu berdasarkan Survey Konsumen yang dilakukan oleh BI pada bulan Mei 2016 terjadi peningkatan pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 112.1. Kenaikan ini menurut BI didorong oleh naiknya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini dan juga didorong oleh ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian selama 6 bulan mendatang. Inflasi Setelah pada bulan sebelumnya sempat mengalami deflasi, pada bulan Mei 2016 BPS mencatat terjadi inflasi bulanan sebesar 0.24% dan inflasi tahunan tercatat sebesar 3.3%. Angka inflasi tahunan tersebut merupakan angka inflasi tahunan terendah sejak tahun 2009.

Inflasi Bulanan 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00-0.20 Jan feb mar april -0.40 2016-0.60 Sumber : BPS, diolah Sedangkan pada bulan Juni seiring bersamaan dengan momen Ramadhan angka inflasi naik dari bulan sebelumnya menjadi 0.66% dan inflasi tahunan adalah sebesar 3.45%. Mudik yang sudah menjadi salah satu tradisi tahunan menjelang lebaran menjadi faktor utama yang menyebabkan naiknya inflasi di bulan ini karena didorong oleh kenaikan harga tiket. Selain itu dari sektor bahan makanan, meningkatnya permintaan bahan makanan di bulan Ramadhan juga memberikan kontribusi positif terhadap inflasi Juni. Akan tetapi jika dibandingkan dengan angka inflasi pada bulan Ramadan tahun sebelumnya,angka inflasi Ramadan di tahun 2016 tercatat masih berada pada level yang rendah. Hal ini merupakan hasil upaya pemerintah untuk menjaga ketersediaan pangan menjelang hari raya dan upaya mengendalikan harga yang dilakukan melalui operasi pasar di beberapa wilayah. Untuk inflasi bulan Juli, diprediksikan akan berada pada kisaran yang lebih rendah dari bulan mengingat momen idul fitri yang jatuh pada awal bulan, sehingga tekanan terhadap harga-harga diperkirakan akan mulai kembali normal pasca lebaran. Nilai Tukar Rupiah Pada awal bulan Mei 2016, Rupiah ditutup menguat terhadap Dolar AS. Pergerakan positif tersebut terjadi sebagai respon positif terhadap data inflasi bulan April yang dirilis oleh BPS dimana pada bulan April terjadi deflasi sebesar 0.45%, yang merupakan angka deflasi terbesar sejak tahun 2000 hingga saat ini. Akan tetapi selama bulan Mei,Rupiah terus menghadapi tekanan dan bergerak pada level yang cenderung melemah. Pelemahan tersebut terjadi karena masih terpengaruh oleh faktor perekonomian global, selain itu juga dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi yang ternyata meleset di bawah target sehingga menimbulkan pesismisme pasar. Meskipun demikian Rupiah bukan satu-satunya mata uang di Asia yang mengalami depresiasi. Penguatan Dolar terjadi pasca diumumkannya hasil notulensi pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan ke depan. 13800 13600 13400 13200 13000 12800 12600 Kurs Sumber : kurs BI, diolah *kurs hanya sampai dengan tanggal 15 2016 Pada awal Juni, kurs Rupiah juga ditutup melemah di level sekitar 13.600 per Dolar AS. Data inflasi Mei yang dirilis oleh BPS ternyata belum mampu mendorong pergerakan Rupiah menjadi positif. Di sisi lain, Dolar AS juga cenderung mengalami pelemahan di awal bulan Juni setelah data ketenagakerjaan AS yang dirilis tidak sesuai target yang diharapkan sebelumnya. Selain itu, mulai menguatnya isu Brexit menjadi faktor yang membuat the Fed akhirnya memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga di bulan ini juga membuat Dolar masih cenderung bergerak melemah. Hal ini membuat Rupiah masih dapat terapresiasi meskipun hanya menguat tipis ditambah seiring mulai membaiknya harga komoditas di pasar international. Pengesahan UU Tax Amnesty yang rencananya akan mulai diimplementasikan

pada bulan Juli diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perbaikan mata uang Rupiah. Kejutan hasil referendum Brexit yang pada akhirnya memutuskan bahwa Inggris keluar dari Uni Eropa membuat Poundsterling terpuruk dan hal ini juga turut menyeret Rupiah berada di zona merah akibat kepanikan yang terjadi di pasar global meskipun dampaknya lebih dirasakan di pasar saham. Namun demikian, Rupiah diperkirakan memiliki kecenderungan yang menguat terhadap mengingat adanya potensi pengalihan investasi keluar Inggris menuju emerging markets, salah satunya Indonesia. Kondisi ini ditambah dengan mulai diberlakukannya tax amnesty per 1 2016 membuat mata uang Rupiah memiliki kecenderungan menguat di bulan Juli dan Agustus. Meskipun demikian pergerakan Rupiah masih akan kuat dipengaruhi oleh faktor eksternal dimana perekonomian global masih belum membaik, masih melambatnya perekonomian Tiongkok dan revisi angka pertumbuhan AS diperkirakan masih akan membayangi pergerakan Rupiah ke depan. IHSG Meskipun Rupiah cenderung ditutup melemah akan tetapi IHSG dibuka di zona hijau di awal bulan Mei 2016. Penguatan tersebut didukung oleh menguatnya saham di sektor finansial,property dan infrastruktur. Akan tetapi pergerakan IHSG di bulan ini secara umum bergerak fluktuatif cenderung melemah seiring pesimisme pasca dirilisnya data pertumbuhan ekonomi dan belum adanya kepastian tentang UU tax amnesty. Meskipun demikian,ihsg juga sempat beberapa kali rebound setelah dirilisnya data cadangan devisa di akhir April yang mengalami kenaikan dan membaiknya harga komoditas. Selain itu, menguatnya IHSG juga didukung oleh Ekspektasi pasar akan naiknya suku bunga acuan the Fed ke depan juga mengurangi sentimen pasar. 5200 5100 5000 4900 4800 4700 4600 4500 4400 Sumber : http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock/composite Pada perdagangan awal Juni, IHSG juga masih dibuka di zona hijau dengan penguatan utama berasal dari sektor infrastruktur,sektor tambang dan aneka industri. Akan tetapi menjelang pertengahan Juni, IHSG kembali cenderung melemah dengan aksi wait and see yang dilakukan oleh investor jelang FOMC meeting yang akan digelar tanggal 14-15 Juni dan isu Brexit sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek perekonomian Inggris jika keluar dari Uni Eropa. Dirilisnya data neraca perdagangan yang meskipun menunjukkan posisi surplus akan tetapi nilai ekspor dan impor tercatat turun,sehingga hal ini belum memberikan sentimen positif terhadap pergerakan IHSG. Meskipun demikian, IHSG juga sempat beberapa kali menguat pasca BI mengumumkan diturunkannya BI rate pada tanggal 16 Juni menjadi sebesar 6.5% dan juga adanya optimisme terkait pelaksanaan tax amnesty. Seiring dengan keluarnya hasil referendum Brexit yang secara mengejutkan memperlihatkan dukungan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa telah membuat kepanikan di pasar global dan menyebabkan hampir seluruh pasar Asia goyah sehingga turut menyeret IHSG ke zona merah. Dampak Brexit tersebut diprediksikan tidak terlalu signifikan terhadap Indonesia mengingat Inggris bukan merupakan mitra dagang utama, akan tetapi melemahnya perekonomian Inggris dan Eropa pasca Brexit akan berimbas terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok dan AS sebagai mitra dagang utama Indonesia. IHSG

Jelang akhir,kekhawatiran terhadap dampak Brexit mulai mereda sehingga bursa saham global kembali menghijau. Di Indonesia,dengan resmi disahkannya UU tax amnesty berhasil membawa sentimen positif terhadap pergerakan IHSG. Ekspektasi investor untuk mencari return yang lebih tinggi mendorong masuknya aliran dana dari Inggris ke Asia dimana salah satunya adalah Indonesia pasca digelarnya referendum Brexit. Selain itu, dengan dukungan tax amnesty diharapkan akan membuat aliran dana tersebut semakin besar, akan tetapi efektivitas kebijakan tersebut masih akan terus dipantau selama beberapa bulan ke depan. Penutup Kedepan, perekonomian Indonesia tampaknya masih akan dipengaruhi oleh kondisi global. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah strategis dalam hal memperbaiki kondisi perekonomian domestic, sehingga tekanan global tersebut tidak terlalu memberikan efek negatif yang signifikan.