BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERANCANGAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. kematangan yang berbeda dan merupakan faktor bawaan. Masing-masing anak

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN. sebagai pengembangan bakat dan minat anak adalah attaractif behavior.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

Lapas Kelas I A Kedungpane

Bab V Konsep Perancangan

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Konsep Penataan Massa

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

BAB V LANDASAN PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 5.1.Program Dasar Perencanaan Program Ruang a. Kelompok Kegiatan Pertandingan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Lampiran 1 Hasil Penilaian

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. efisiensi dan efektivitas (Masri, 2010: 27). Kedua hal tersebut merupakan masalah

BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.


BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada pembahasan kali ini merupakan hasil dari analisa pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis diperoleh berdasarkan dan disesuaikan dengan tema perancangan dan integrasi antara tema dengan nilai-nilai islam. Sesuai dengan tema yang digunakan pada perancangan sekolah tinggi fotografi malang yaitu dekonstruksi dengan menggunakan salah satu tenkis fotografi berupa sudut pengambilan gambar serta sifat fisik air. 5.2 Konsep Khusus Konsep awal berangkat dari gerakan air yang tidak teratur. Air akan berbetuk seperti bentuk tempat yang di tempatinya, jika berada di mangkok air akan berbentuk seperti mangkok tersebut, jika berada dalam gelas maka air akan berbentuk seperti bentu gelas tersebut. Hal ini seperti tema dekonstruksi pada perancangan sekolah tinggi fotografi ini yang mengambil angle (sudut pandang) sebagai perbandingannya. Karena setiap objek,gejala, peristiwa ataupun apa saja yang sama namun jika kita lihat dengan sudut pandang yang berbeda maka output yang dihasilkan juga akan berbeda. 127

5.2.1 Konsep Tapak Dalam mencari lokasi tapak yang digunakan untuk proses perancangan harus menggunakan beberapa pertimbangan. Diantarnya lokasi berada di daerah pendidikan, akses menuju lokasi tidak terlalu sulit sehingga memudahkan mahasiswa atapun calon mahasiswa untuk menuju lokasi sekolah tinggi fotografi malang ini berada. Selain itu hal penting yang tidak boleh terlewatkan dalam penentuan pemilihan lokasi adalah lokasi berada pada daerah dengan peraturan daerah tentang ijin pendirian bangunan yang layak. lokasi tapak yang berapa di pinggir jalan dengan dikelilingi bangunanbangunan lain di ketiga sisinya menjadikan akses menuju tapak hanya bisa dicapai dari arah utara saja. Nantinya dibuat akses satu arah untuk mencegah penumpukann di pintu masuk. Untuk efisiensi lahan, semua fungsi bangunan dikumpulkan menjadi bangunan tunggal. Angin dengan tekanan terbesar bersal dari arah utaraselatan,sebaliknya. Dengan bentuk bangunan yang sedemikian rupa angin dapat mengalir ruangan dengan lancar. Kebisingan terbesar berasal dari arah jalan raya. Untuk menguranginya bisa dengan memberi peredam antar sumber bising dengan bangunan yaitu dengan memberi vegetasi sebagai peredamnya. Karena pada sisi Bagian timur dari Bangunan mempunyai bidang yang cukup luas sehingga sinar matahari yang mengenai bidang ini lebih intens yang dapat menyebabkan panas pada ruangan di dalamnya. Untuk mengatasinya maka 128

pada sebelah timur sisi bangunan diberi penghalang sinar matahari langsung berupa vegetasi maupun bentukan yang memberi space antar dinding luar dan ruang didalamnya, seperti koridor sehingga panas tidak langsung masuk pada ruangan. Karena pada sisi timur, selatan dan barat pada lokasi telah tertutup bangunan-bangunan yang lain, maka pada bagian utara yang berhadapan dengan jalan raya di jadikan sebagai point dengan membentuk tatanan landscape. Dengan bentukan bangunan yang asimetris maka pada tiap sisi bangunan akan memberikan kesan yang berbeda-beda. Vegetasi dapat dijadikan sebagai pengarah pada jalur yang ada dalam lokasi. Pohon yang hanya terdapat pada area yang dekat dengan jalan raya mengharuskan penanaman pohan disekitar bangunan untuk mengurangi panas matahari langsung mengenai bangunan sepanjang hari. 5.2.2 Konsep Bentuk Ide bentuk awal berangkat dari gerakan air yang tidak teratur. Air akan berbetuk seperti bentuk tempat yang di tempatinya, jika berada di mangkok air akan berbentuk seperti mangkok tersebut, jika berada dalam gelas maka air akan berbentuk seperti bentu gelas tersebut. 129

Hal ini seperti tema dekonstruksi pada perancangan sekolah tinggi fotografi ini yang mengambil angle (sudut pandang) sebagai perbandingannya. Karena setiap objek,gejala, peristiwa ataupun apa saja yang sama namun jika kita lihat dengan sudut pandang yang berbeda maka output yang dihasilkan juga akan berbeda. 5.2.3 Konsep Utilitas Pada perancangan Sekolah Tinggi Fotografi Malang ini, sistem utilitas yang berkaitan dengan bangunan sekolah ini diantaranya distribusi air bersih yang bersal dari PDAM dan sumur bor yang berfungsi sebagai cadangan apabila pasokan air dari PDAM kurang. Pada bangunan ini air digunakan untuk 130

keperluan kamar mandi, wastafel, pantry, sistem kebakaran, keperluan perawatan landscape,dll. Pada pendistribusian air ini menggunakan sistem down feed, yaitu dari dari tangki bawah disalurkan ke tangki atas yang kemudian di teruskan kesejumlah ruangan yang membutuhkan. Perletakan tangki atas diatas membutuhkan perhatian pada struktur bangunan yang menopangnya. Selain itu, kebersihan tiap-tiap tangki harus terus dikontrol untuk menjamin kualitas air yang akan disalurkan. Kelebihan tangki yang diletakkan diatas, yaitu apabila terjadi pemadaman listrik air masih tetap bisa disalurkan, namun harus disediakan jalur khusus petugas untuk menuju tangki tersebut. Untuk tangki yang diletak dibawah, pendistribusiannya masih membutuhkan pompa. Adapun skema pendistribusianya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut : PDAM Tangki Bawah Pompa Tangki Atas Sumur Bor Hydran Tiap Unit Yang Membutuhkan Sedangkan untuk sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2, yaitu sistem air kotor cair dan air kotor padat. Pada sistem air kotor cair sebelum air masuk resapan harus melalui bak kontrol terlebi dulu. 131

Skema pembuanga air kotor dapat dilihat pada bagan berikut ini : Dapur/Pantry Kotoran Cair Bak Kontrol Resapan KM/WC Kotoran Padat Septic Tank Untuk sistem pembuangan sampah, nantinya sampah-sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah unorganik. Sampah dikumpulkan ditempat sampah yang diangkut sacara manual setiap pagi dan sore. Setelah itu diangkut ke tempat pembuangan sementara. Skema sistem distribusi sampah dapat dilihat dibawah ini : Sampah Organik Sampah Unorganik Cleaning Service TPS TPA Sementara untuk sistem pendistribusian listrik utama berasal dari PLN. Untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang terjadi, maka digunakan sumber listrik cadangan dari generator listrik yang akan menyala secara otomatis apabila 132

listrik saluran listrik dari PLN terputus. Adapun skema sistem jaringan listrik sebagai berikut : PLN MDP SDP Panel Pembagi Generator Listrik Selain itu sistem komunikasi yang akan digunakan adalah telepon, faximile dan jaringan internet. Jaringan telepon akan mempermudah komunikasi pengelola baik antar ruangan maupun dengan pihak dari luar sekolah tinggi. Faximile akan mempermudah pengelola dan mahasiswa jika akan mengirim maupun menerima emile. Sedangkan jaringan internet akan membantu mahasiswa dan pengelola menyusuri dunia maya. Adapun skema sistem komunikasi sebagai berikut : Bagan sistem Komunikasi Listrik Telepon PABX Distribusi Utama Kontak Telepon Faximile Komputer Internet Sumber : Analisa (2012) 133

Sementara itu untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna sekolah tinggi fotografi malang ini, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah sistem keamanan bangunan. Sistem keamana yang harus sesuai dengan standar itu diantara sistem bahaya kebakaran dan bahaya petir. 1. Sistem Bahaya Kebakaran Untuk mencegah terjadinya kebakaran,maka pada bangunan ini harus memenuhi syarat-syart sebagai berikut : berbahan struktur utama dan finishing tahan api Berjarak bebas dengan bangunan sekitarnya Memiliki tangga kebakaran sesuai aturan Memiliki sistim pencegahan terhadap sistim elektrikal Memiliki pencegahan terhadap sistim Penangkal petir Memiliki alat kontrol untuk ducting pada sistim Pengkondisian udara Memiliki sistim pendeteksian dengan sistim alar Automatic smoke system dan heat ventilating Memiliki alat kontrol terhadap lift Apabila terjadi kebakaran, penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya ada 4 macam cara yaitu : a. Penguraian, yaitu memisahkan benda-benda yang dapat terbakar dari sumber api. 134

b. Pendinginan, yaitu menyemprotkan air pada benda yang terbakar. c. Isolasi/lokalisasi, yaitu menyemprotkan bahan kimia CO2 d. Blasting effect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tingg, misal dari bahan peledak. Tipe Alat Pemadam dan Pencegah Kebakaran antar lain : a. Fire hydrant, alat ini menggunakan bahan baku air, dimana terbagi dalam 2 zona, yaitu zona dalam bangunan dan zona luar bangunan. Ada beberapa syarat dalam pemasangan hidran yaitu: Sumber persediaan air hidran harus diperhitungkan pemakaiannya selama 30 60 menit dengan daya pancar 200 galon / menit. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lain harus mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat. Selang kebakaran berdiameter 1.5 2 terbuat dari bahan tahan panas dan panjang selang 20 30 m. Kopling penyambungan sama dengan kopling unit pemadam kebakaran. Penempatan hidran harus jelas, mudah dijangkau, mudah dibuka dan tidak terhalang oleh benda-benda lain. Hidran yang berada di halaman harus memakai katup pembuka dengan diameter 4 untuk 2 kopling, 6 untuk 3 kopling dan 135

mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950 liter/menit setiap kopling. b. Sprinkler, yaitu alat pemadam yang akan bekerja secara otomatis bila terjadi bahaya kebakaran. Pemasangan alat ini harus memperhatikan kapasitas air yang dipakai fire reservoir, pompa tekan sprinkler, kepala sprinkler, alat bantu lainnya. c. Halon gas, pada daerah yang tidak boleh menggunakan air untuk memadamkan kebakaran misalnya ruang arsip, maka pemadaman api akibat kebakaran dapat menggunakan gas halon, dimana tabung halon diletakkan dan dihubungkan dengan kepala sprinkler. d. Fire damper, alat ini untuk menutup ducting pipe yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, sehingga bila terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut. e. Smoke and Heating Ventilating, alat ini dipasang di area yang terhubung dengan udara luar, sehingga bila terjadi kebakaran, asap yang timbul segera mengalir keluar bangunan. f. Tangga kebakaran, tangga ini berfungsi sebagai tempat melarikan diri bila terjadi kebakaran. Adapun syaratnya antara lain : Terbuat dari konstruksi beton dan baja yang tahan selama 2 jam. Dipisahkan dari ruangan2 lain dengan dinding beton yang tebalnya min.15 cm / tebal tembok 30 cm dan tahan terhadap kebakaran selama 2 jam. 136

Bahan2 finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak licin. Hand rail dari besi. Lebar minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang) Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangu-nan) dan semua pintu lainnya membuka ke arah ruangan tangga,kecuali pintu paling bawah membuka keluar dan langsung berhubungan dengan lingk.luar. Pintu tidak terbuka secara otomatis, kecuali pintu di bagian paling atas dan bawah. Seluruh komponen pintu terbuat dari bahan tahan api, mulai dari daun pintu, engsel, kunci dan pegangannya. Letak pintu terjauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak radius 25 m. Oleh karena itu diperlukan satu tangga kebakaran di dalam sebuah bangunan dengan luas 600m2, yang ditempati 50 70 orang. Perlu adanya alat penerangan secara otomatis dan bersifat emergency, sebagai penunjuk arah tangga. Perlu adanya exhaust fan penghisap asap di depan tangga dan pressure fan pemberi tekanan dalam ruang tangga. 2. Sistem Bahaya Petir Sistem yang digunakan adalah sistem Franklin/Konvensional, yaitu batang yang runcing dari bahan copper spit di pasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda dalam tanah yang dihubungkan dengan 137

control box untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan, (Mata Kuliah Utilitas, 2008). Adapun spesifikasi komponen instalasi penangkal petir dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. spesifikasi komponen instalasi penangkal petir Jenis Komponen Jenis Bahan Bentuk Ukuran Terkecil Penangkap tegak Tembaga Silinder pejal Diameter 10 mm Pita pejal 25 mm x 3 mm Baja galvanis Pita silinder pejal Pipa pejal Diameter 1 25 mm x 3 mm Batang tegak Tembaga Silinder pejal Pita pejal Diameter 8 mm 25 mm x 3 mm Baja galvanis Pita silinder pejal Diameter 8 mm Pipa pejal 25 mm x 3 mm Penangkap datar Silinder pejal Diameter 10 mm Tembaga Pita pejal 25 mm x 3 mm Pilin 50 mm Baja galvanis Silinder pejal Pita pejal Diameter ½ 25 mm x 4 mm 138

Silinder pejal 25 mm x 3 mm Penghantar Tembaga Pita pejal 50 mm Pilin Diameter 8 mm Tembaga Silinder pejal 25 mm x 4 mm Pita pejal Diameter ½ Elektroda tanah Baja galvanis Silinder pejal Pita pejal 25 mm x 4 mm Diameter ½ Sumber : Mata Kuliah Utilitas (2008) 5.2.4 Konsep Struktur Beberapa persyaratan struktur bangunan antara lain adalah sebagai berikut: Keseimbangan dan kestabilan, agar massa bangunan tidak bergerak akibat ganguan alam ataupun gangguan lain. Kekuatan, yaitu kemampuan bangunan untuk menerima beban yang ditopang. Fungsional yaitu fleksibilitas sistem struktur terhadap penyusunan pola ruang, sirkulasi, sistem utlitas dan lain-lain. Ekonomis dalam pelaksanaan maupun pemeliharan. Estetika, struktur dapat menjadi ekspresi arsitektur yang serasi dan logis. Struktur yang nantinya akan digunakan pada perancangan sekolah tinggi fotografi ini adalah struktur rangka baja. Hal ini karena struktur rangka baja 139

memiliki struktur yang kuat dalam bangunan, serta sistem pararel rangka bidang terdiri dari kolom baja menerus dan peyokong gelagar(grider) segitiga yang membentuk bidang segiempat dan sistem cross-bracing pada sisi rangka mencegah ketidakstabilan. Selain itu dalam pengerjaanya tidak memakan waktu yang lama serta steruktur ini memiliki usia pakai yang relatif lama. Namun hal yang hrus diperhatikan dalam proses pengerjaannya, pemasangan sambungan harus tepat untuk menghindari kemiringan pada pertemuan modul. Karena struktur ini disesuikan dengan bentukan yang khusus maka struktur ini harus memesan khusus dan membutuhkanbiaya tambahan serta perlu keahlian khusus dalam pemasangan sistem ini. 140