PENGGUNAAN STRATEGI PENGELOLAAN DIRI (SELF- MANAGEMENT)UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEMALASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII E MTs AL ROSYID DANDER-BOJONEGORO Trio Isnansyah Marwi 1, Drs. Sutijono, M.M 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menguji penggunaan strategi pengelolaan diri (self management) untuk mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa kelas VIII E MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-experimental design dengan one group pretest-posttest design. Metode pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui malas belajar siswa. Subyek penelitian adalah 8 siswa MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro yang memiliki skor malas belajar tinggi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik dengan menggunakan uji tanda, dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N=8 dan X=0 diperoleh =0,004. Bila dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,004 < 0,05, dengan demikian H ο ditolak dan H a diterima. Maka, hipotesis penelitian penggunaan strategi pengelolaan diri (self management) dapat mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa kelas VIII E MTs Al-Rosyid Dander Bojonegoro dapat diterima. Kata kunci :strategi pengelolaan diri (self management), kemalasan belajar.
Pendahuluan Abdurrahman (2003) aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Jika mereka mempunyai semangat belajar yang tinggi, siswa akan mudah untuk berkonstrasi dalam menangkap apa yang ia pelajari, tetapi jika mempunyai semangat belajar yang kurang, bisa dipastikan akibat yang muncul adalah rasa malas belajar. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa siswa merasa enggan untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Anak malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, pelajaran sekolah. Dalam hal ini orangtua menyadari bahwa anak mereka malas belajar mendapatkan nilai yang kurang memuaskan ketika di sekolah. Malas belajar merupakan sesuatu yang sulit dilacak, lebih-lebih bila kedua orangtua anak setiap hari disibukkan oleh berbagai kegiatan mereka sendiri. Sutedja (1989:2), berbagai penyelidikan menemukan bahwa pada umumnya anak mulai menunjukkan sifat malas belajar pada saat minatnya untuk bersekolah mulai memudar. Jadi, orangtua harus mengikuti perkembangan belajar anak dengan seksama bila anak mereka mulai mengungkapkan rasa tidak senang tentang teman-temannya di sekolah atau beberapa gurunya, atau terhadap pelajaran yang diterimanya. Pada umumnya pengungkapan rasa tidak senang dan sifat malas mulai ditunjukkan antara lain berupa mengulang kembali anak bila sudah duduk di kelas 2 atau 3 pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) SD (sekolah dasar) dan berlanjut sampai ia mengakhiri usia remajanya. ataupun mempelajari hal-hal lain di luar
Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar. Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, Musbikin (2009:9), malas belajar timbul dari beberapa sebab, antara lain dari dalam diri anak (intrinsik) dan faktor dari luar anak (ekstrinsik). Rasa malas yang timbul dalam diri anak dapat disebabkan tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu, kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sedangkan faktor dari luar anak (eksntrinsik) atau faktor eksternal tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk menjadi malas belajar. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak adanya dukungan dari orangtua, faktor kemiskinan, lingkungan yang tidak nyaman, dan fasilitas yang tidak mendukung. Oleh karena itu, perlu dilakukan bantuan untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan layanan konseling. Adapun salah satu cara untuk mengatasi tingkat kemalasan belajar dengan menggunakan strategi self management yaitu pengubahan tingkah laku atau kebiasaan dengan pengaturan dan pemantauan yang dilakukan oleh konseli sendiri dalam bentuk latihan
pemantauan diri, pengendalian rangsangan serta pemberian penghargaan pada diri sendiri. Dalam penggunaan strategi ini diharapkan konseli dapat mengatur, memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri untuk mendapatkan perubahan kebiasaan yang dikehendaki. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan dalam latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: "Apakah strategi self management dapat mengurangi tingkat kemalasan belajar pada kelas VIII E di MTs Al Rosyid Dander-Bojonegoro?" Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan strategi self management untuk mengurangi tingkat kemalasan belajar pada kelas VIII E di MTs Al Rosyid Dander - Bojonegoro. memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi malas belajar siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor dari luar diri individu (eksternal). Faktor internal meliputi motivasi diri, keadaan fisik, dan keadaan psikis. Faktor internal meliputi: lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan anak, dan sikap orangtua, fasilitas yang tidak mendukung. Akibat yang muncul dari malas belajar adalah timbulnya rasa enggan, tidak bersemangat, tidak bisa konsentrasi pada mata pelajaran (Hakim, 2000:62). Malas belajar yang dialami oleh banyak anak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur memiliki sifat malas belajar, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Malas Belajar Malas belajar merupakan suatu keadaan seseorang merasa enggan untuk Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku
pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. mengidentifikasi secara eksplisit perilaku yang diinginkan, kondisi dan level perubahan; Konselor menjelaskan semua Strategi Self Management Self-management adalah strategi yang memberikan kesempatan pada klien untuk mengatur atau memantau perilakunya sendiri dengan satu strategi atau kombinasi strategi untuk mengubah perilaku. Ada tiga macam strategi self management, yaitu: self monitoring, stimulus control, dan self reward (Cormier & Cormier, 1985). Strategi self management terdiri dari 11 tahapan, yaitu: Konseli mengidentifikasi dan mencatat perilaku sasaran dan mengendalikan antecedent konsekuensi. Langkah ini melibatkan amatan diri (self monitoring) dimana konseli mengumpulkan data dasar berkenaan dengan perilaku yang akan dirubah; Konseli mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dan arah perubahan (tujuan) dengan kemungkinan strategi self management; Konseli memilih salah satu atau lebih strategi. Konselor perlu menekankan bahwa konseli dapat memilih beberapa strategi dan hal itu menjadi tanggung jawab konseli; Konseli menyatakan komitmen untuk melaksanakan langkah 2 dan 4, mula-mula konseli meyatakan komitmen secara verbal dengan menspesifikkan apa dan seberapa besar perubahan yang ditentukan dan langkahlangkah tindakan yang dipilih untuk menghasilkan perubahan tersebut; Konselor menginstruksikan dan memodelkan strategi yang dipilih. Selanjutnya konselor dapat menginstruksikan kepada konseli untuk melaksanakan strategi yang dipilih; Konseli mempraktekkan strategi yang dipilih dan konseli juga dapat menggunakan strategi secara efektif jika
mereka diberi kesempatan untuk mempraktekkan prosedur dibawah arahan konselor; Penggunaan strategi pilihan, selanjutnya konseli menggunakan strategi dalam situasi nyata; Data konseli direview oleh konselor dan konseli, kemudian konseli melaksanakan atau membuat revisi program. Setelah itu merekam frekuensi penggunaan masing-masing strategi dan perilaku sasaran; Analisis atau pemetaan data hasil penguatan diri dan lingkungan untuk kemajuan konseli. Konseli memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan dalam pencapaian tujuan dengan cara mereview data yang telah direkam yang dikumpulkan selama Metode Penelitian ini termasuk jenis penelitian pre-experimental design karena peneliti tidak memakai variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009). Bentuk rancangan preexperimental design ini memakai one group pretest-posttest design, yaitu jenis rancangan yang memakai pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest) untuk membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan. Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut: Pre-test Teatment Post-test O1 X O2 Desain Penelitian (Arikunto, 2010) implementasi strategi; Membuat peta data hasil penguatan diri dan lingkungan kemajuan konseli. Pemetaan (analisis data) dapat meningkatkan penguatan diri dan dapat mendatangkan dukungan lingkungan untuk mempertahankan perubahan konseli dalam waktu yang lama. Subyek penelitian ini pada siswa kelas VIII E MTs Al Rosyid yang memiliki skor malas belajar tinggi dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu angket. Sebelum alat pengumpul data di atas disebarkan pada subyek penelitian, angket terlebih dahulu diujikan
kepada 30 responden untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ini uji validitas dihitung menggunakan korelasi Product Moment. Dari perhitungan keseluruhan item diperoleh hasil bahwa jumlah pernyataan yang valid sebanyak 27 item dari 48 item yang diujikan. Dengan demikian 27 item pernyataan yang valid akan digunakan untuk mengukur malas belajar siswa kelas kelas VIII E MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro. Dari perhitungan reliabilitas diperoleh 8 siswa kelas VIII E MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro yang termasuk dalam kategori memiliki malas belajar tinggi. Ke-8 siswa tersebut adalah MSA, AB, MAN, NFA, SH, AI, MIM, ST. Selanjutnya, 8 siswa tersebut diberikan perlakuan konseling kelompok strategi pengelolaan diri sebanyak 5 kali pertemuan. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan strategi self management selama 5 kali pertemuan, menggunakan rumus Alpha diperoleh selanjutnya mengukur kembali tingkat r hitung = 0,897. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan korelasi sangat kuat. Kesimpulan itu dapat diketahui dari tabel Pedoman untuk memberikan Koefisien Korelasi, untuk nilai korelasi 0,80-1,000 memiliki hubungan sangat kuat. kemalasan belajar siswa dengan menggunakan angket kemalasan belajar yang sama seperti pada pengukuran awal. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kemalasan belajar oleh 8 siswa kelas MTs Al Rosyid Dander tersebut setelah memperoleh perlakuan Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran layanan konseling kelompok dengan strategi self management. awal yang diperoleh melalui angket,
Berdasarkan hasil pengukuran akhir diketahui bahwa ke-8 siswa mengalami perubahan yang signifikan dari malas belajar menjadi tidak. Dari ke-8 subjek tersebut mengalami perubahan malas belajar dari tinggi ke sedang. Subyek MSA dari skor 64 menjadi 52, AB dari skor 59 menjadi 53, MAN dari skor 57 menjadi 54, NFA dari skor 67 menjadi 54, SH dari skor 63 menjadi 52, AI dari skor 58 menjadi 52, MIM dari skor 57 menjadi 53, ST dari skor 58 menjadi 52. Hal itu menunjukkan bahwa malas belajar menurun setelah pemberian konseling kelompok dengan strategi pengelolaan diri. strategi self management dapat mengurangi tingkat malas belajar siswa kelas VIII E MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro. Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu perlakuan strategi dalam konseling kelompok sebanyak 5 kali pertemuan. Sebaiknya dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam melaksanakan perlakuan sehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal. Selain itu, lebih untuk memperhatikan faktor lain yang belum diamati dalam penelitian ini karena rasa malas manusia bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan malas belajar terlihat pula dalam proses analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji tanda atau sign test menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,004 lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga H ο ditolak dan H a diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, artinya Simpulan dan Saran Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi penggunaan strategi self management dapat mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa kelas VIII E MTs Al-Rosyid
Dander Bojonegoro dapat diterima. Dengan demikian, penggunaan strategi self management dapat mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa kelas VIII E MTs Al Rosyid Dander Bojonegoro. Saran diberikan bagi petugas bimbingan dan bagi peneliti lain. Konselor sekolah perlu melatih siswa untuk mengelola diri mereka agar mampu mengurangi rasa malas belajar secara mandiri melalui tahap-tahap yang terdapat dalam strategi self management. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk melakukan penelitian lebih luas dan komprehensif mengenai penggunaan strategi self management untuk mengurangi tingkat kemalasan belajar siswa agar dapat meminimalisir Selain itu, lebih untuk memperhatikan faktor lain yang belum diamati dalam penelitian ini karena rasa malas manusia bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Cormier, W. H. Cormier, L. S. 1985. Interviewing Strategies for Helper Fundamental Skills and Cognitive Behavioral Interventions Second Editions. Monterey California: Publishing Company. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya..?. Jogjakarta: Diva Press. Sutedja, Heryanto. 1989. Mengapa Anak Anda Malas Belajar? Jakarta: PT Gramedia. jumlah siswa yang merasa malas dalam belajar. Sebaiknya dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam melaksanakan perlakuan sehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal.