LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 14TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IZIN USAHA INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI ACEH UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

WALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI USAHA DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 48 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 48 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG IJIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DALAM BIDANG INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL DENGAN

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 7 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERIZINAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan iklim usaha serta menjamin kepastian berusaha khususnya usaha industri yang sehat, maka Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Izin Usaha Industri dipandang perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kondisi saat ini; b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a di atas, perlu diatur kembali Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan dan Perizinan di Bidang Perindustrian dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699 ); 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4046); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910); 2

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 37 Tahun 1998 tentang Penyidik Pegawai negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Dati II Bekasi (Lembaran Daerah tahun 1998 Nomor 39 Seri D); 15. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E). Memperhatikan : Keputusan DPRD Kota Bekasi Nomor 13/174.2/DPRD/2009 tentang Persetujuan 4 (empat buah) Rancangan Peraturan Daerah Menjadi Peraturan Daerah. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI dan WALIKOTA BEKASI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERIZINAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Bekasi: 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3

3. Walikota adalah Walikota Bekasi. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi. 5. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi nilai penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. 6. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, perusahaan persekutuan atau badan hukum yang berkedudukan di Indonesia. 7. Izin Industri adalah izin yang dikeluarkan dan diberikan kepada perusahaan industri untuk melaksanakan kegiatan produksi komersial berupa Izin Usaha Industri (IUI), dan Tanda Daftar Industri (TDI) serta Izin Perluasan. 8. Persetujuan Prinsip adalah surat yang diberikan kepada perusahaan industri untuk melakukan persiapan-persiapan dalam rangka pembangunan pabrik dan sarana produksi sebelum melaksanakan produksi komersial. 9. Perluasan adalah penambahan kapasitas produksi melebihi 30% (tiga puluh persen) dari izin kapasitas produksi yang telah diberikan. 10. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan. 11. Formulir permohonan Izin Usaha Industri adalah daftar isian yang memuat data perusahaan yang diisi dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus/penanggung jawab untuk mendapatkan Izin Usaha Industri. 12. Perusahaan Perorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh perorangan yaitu seorang manusia pribadi yang juga bertindak sebagai pengusaha yang mengurus dan mengelola sendiri perusahaan miliknya itu termasuk didalamnya mengelola dan mengawasi setiap perusahaan secara langsung dan tidak merupakan badan hukum atau persekutuan. 13. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perusahaan Milik Negara atau Daerah, Perusahaan Komanditer (CV), Firma (Fa) dan Koperasi. 14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pengusaha untuk memenuhi kewajibannya memperoleh Izin Usaha Industri dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. BAB II IZIN USAHA INDUSTRI Pasal 2 (1) Setiap pendirian perusahaan Industri, wajib memperoleh Izin Usaha Industri. (2) Terhadap semua industri tertentu dalam kelompok industri kecil dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh Izin Usaha Industri kecuali bila dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan. 4

(3) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) yang diberlakukan sama dengan Izin Usaha Industri. (4) Jenis Industri tertentu dalam kelompok industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu industri kecil yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Pasal 3 Pemberian Izin Usaha Industri dilakukan melalui Persetujuan Prinsip atau Tanpa Persetujuan Prinsip. Pasal 4 (1) Izin Usaha Industri melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada perusahaan industri yang melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan /instalasi peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan. (2) Izin Usaha Industri melalui Persetujuan Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas bukan merupakan izin untuk melakukan produksi komersial. (3) Dalam melaksanakan Persetujuan Prinsip, perusahaan industri yang bersangkutan wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan pembangunan pabrik dan sarana produksi setiap 1 (satu) tahun sekali paling lambat pada tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya. Pasal 5 (1) Izin Usaha Industri tanpa melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada perusahaan industri yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik, sarana produksi dan telah melakukan proses produksi secara komersial. (2) Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Industri wajib menyampaikan informasi kemajuan pabrik dan sarana produksi setiap tahun paling lambat pada tanggal 31 Januari pada tahun berikutnya. Pasal 6 (1) Industri Kecil yang wajib memiliki Tanda Daftar Industri sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) Industri Kecil yang dimaksud sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebagai berikut : 5

a. Sampai dengan Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak wajib memiliki Tanda Daftar Industri, kecuali perusahaan yang bersangkutan menghendaki Tanda Daftar Industri. b. Di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memiliki Tanda Daftar Industri. (3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp.200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memiliki Izin Usaha Industri. Pasal 7 (1) Perusahaan Industri yang melakukan perluasan industri melebihi 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan sesuai Izin Usaha Industri diwajibkan memiliki Izin Perluasan. (2) Perluasan industri kurang dari 30% (tiga puluh persen) wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala Perangkat Daerah dan apabila telah melampaui 30% (tiga puluh persen) maka berlaku ketentuan sebagaimana ayat (1). Pasal 8 (1) Izin Usaha Industri diberikan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dari masing-masing jenis industri. (2) Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dari masing-masing jenis industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan perundangundangan yang berlaku. Pasal 9 Syarat dan tata cara untuk memperoleh Persetujuan Prinsip, Izin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Izin Perluasan sebagaimana dimaksud Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 7 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB III MASA BERLAKU IZIN Pasal 10 (1) Persetujuan prinsip berlaku 2 (dua) tahun selama dalam persiapan, dan selanjutnya wajib mendaftar untuk membuat Izin Usaha Indusri. 6

(2) Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri berlaku selama perusahaan industri berproduksi dan untuk jangka waktu setiap 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal ditertibkan, wajib daftar ulang selambat-lambatnya diajukan 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya izin. BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN Pasal 11 (1) Bagi perusahaan industri yang telah memperoleh Izin Usaha Industri dan Izin Perluasan serta Tanda Daftar Industri (TDI) wajib melaporkan kegiatan hasil industri kepada Pemerintah Daerah dengan ketentuan sebagai berikut : a. untuk 6 (enam) bulan pertama tahun berjalan paling lambat setiap tanggal 31 Juli; b. untuk kurun waktu 1 (satu) tahun paling lambat 31 Januari tahun berikutnya. (2) Semua jenis industri dalam kelompok industri kecil sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (4) dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan kegiatan hasil industri. Pasal 12 Selain berkewajiban melaporkan kegiatan hasil industri sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) pemegang izin berkewajiban : a. melaksanakan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya, wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau membuat Surat Pernyatan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), yang berlaku bagi jenis-jenis industri yang ditetapkan; b. melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutan dan keselamatan kerja; c. melaksanakan kemitraan diantara industri besar, menengah, kecil, koperasi dan sektor-sektor ekonomi lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. BAB V KEWENANGAN PENERBITAN IZIN Pasal 13 (1) Walikota berwenang menerbitkan Persetujuan Prinsip, Tanda Daftar Industri, Izin Usaha Industri, dan Izin Perluasan dengan skala investasi sampai dengan 7

Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, walikota dapat melimpahkan kewenangan kepada pejabat yang ditunjuk. (2) Penerbitan Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri dilakukan apabila telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan kesiapan produksi komersial yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. (3) Pemeriksaan dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial dilakukan oleh Tim Teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 14 (1) Walikota melalui Perangkat Daerah melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap usaha industri bersama-sama Perangkat Daerah terkait lainnya. (2) Dalam melaksanakan Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota. BAB VII KLASIFIKASI IZIN Pasal 15 Izin Usaha Industri diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Industri Kecil dengan nilai Investasi Rp.5.000.000,-( lima juta rupiah ) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh Tanda Daftar Industri (TDI). 2. Industri Menengah dengan nilai investasi diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta) sampai dengan Rp.2.000.000.000,- (dua millyar rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh Izin Usaha Industri Menengah. 3. Industri Besar dengan nilai investasi diatas Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) sampai dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh millyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh Izin Usaha Industri Besar. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 (1) Setiap kegiatan usaha industri yang tidak memiliki Izin Usaha Industri Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri yang melanggar ketentuan Pasal 2 dan Pasal 6 diberikan sanksi penghentian usaha atau penutupan tempat usaha. 8

(2) Penghentian usaha atau penutupan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului tahapan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan selama 3 (tiga) bulan sejak peringatan pertama diberikan. (3) Tata cara pencabutan izin akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 17 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintahan Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana. (2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan/ atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Perusahaan yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dalam Pasal 2 ayat (1) dan (3),Pasal 7 (1) serta Pasal 10 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); 9

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 (1) Perusahaan yang telah dicabut IUI dan TDI dapat mengajukan keberatan kepada pejabat penerbit IUI dan TDI / pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pencabutan. (2) Pejabat penerbit IUI dan TDI/ pejabat yang ditunjuk, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan keberatan, dapat menerima atau menolak keberatan secara tertulis disertai alasan-alasan. (3) Dalam hal permohonan keberatan diterima, IUI dan TDI yang telah dicabut diterbitkan kembali. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 (1) Bagi perusahaan yang telah memiliki Izin Usaha Industri dan Izin Perluasan sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini, jika masa berlakunya belum mencapai 3 (tiga) tahun dinyatakan masih berlaku dan wajib daftar ulang. (2) Bagi perusahaan yang telah memperoleh persetujuan prinsip masa berlakunya lebih dari 2 (dua) tahun wajib untuk dilaporkan dan didaftarkan memperoleh Izin Usaha Industri Pasal 21 Pada saat diberlakukannya peraturan daerah ini, maka bagi semua perusahaan yang telah memiliki Tanda Daftar Industri (TDI), Izin Usaha Industri (IUI), dan Izin Perluasan atau Dokumen lain yang dipersamakan dari luar daerah wajib melakukan pemutihan. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Izin Usaha Industri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. 10

Pasal 23 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan dan / atau Keputusan Walikota. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 13 Juli 2009 WALIKOTA BEKASI Ttd/Cap H. MOCHTAR MOHAMAD Diundangkan di Bekasi pada tanggal 13 Juli 2009 SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI Ttd/Cap TJANDRA UTAMA EFFENDI Pembina Utama Madya NIP. 19520902 1977071 001 LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E 11