PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

dokumen-dokumen yang mirip
AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BAB X PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

LAMPIRAN A TUGAS KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KULIT. Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

ALUR PROSES PENYAMAKAN

PENGARUH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN PERAN PENGRAJIN DALAM PENGELOLAAN LIMBAHNYA

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8

TIPE DAN SUMBER PEMBANGKIT LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

II. DESKRIPSI PROSES

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

III. BAHAN DAN METODE

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris tidak hanya terfokus pada masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. DASAR TEORI. dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

Karakteristik Limbah Ternak

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Transkripsi:

BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit wetblue, kulit kras) menjadi kulit jadi (Sri Waskito, 1998). Industri penyamakan kulit dapat dimasukkan dalam industri kimia, karena 90% dari proses penyamakan menyangkut dan/atau mempergunakan bahan-bahan kimia (Balai Penelitian Kulit-Depperin Yogyakarta, 1980) sehingga usaha ini akan menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan organik dari bahan baku dan polutan kimia dari bahan pembantu proses. Di samping itu juga dihasilkan limbah padat dari hasil pembersihan daging, bulu dan gumpalan lemak. Limbah padat juga banyak mengandung kapur, garam dan bahan kimia pembantu dalam proses penyamakan. 3.2. Proses Penyamakan Kulit dan Sumber Limbah Pada dasarnya penyamakan kulit itu ada 4 macam yaitu penyamakan nabati, penyamakan minyak, penyamakan sintetis dan penyamakan mineral. Penyamakan nabati menggunakan bahan penyamak dari kulit kayu antara lain gambir, akasia, mangrove, quebraco, tara, dll (Sri waskito, 1998). dan cara penyamakan ini tidak menggunakan bahan penyamak yang lain, cukup dengan merendam kulit dalam air yang dicampur dengan bahan penyamak 12

beberapa minggu sampai kulit masak. Dengan demikian limbah utama dari proses penyamakan kulit tersebut adalah bahan-bahan organik yang mudah untuk didegradasi secara biologis (Iswahyuni, 1997 dalam Hatibi, 1998). Gambar 3.1. Penjemuran Bahan Baku Kulit Akasia dan Proses Penyamakan Nabati Dengan Cara Perendaman. Penyamakan Minyak dilakukan dengan menggunakan bahan penyamak dari minyak ikan. Biasanya sebelum kulit disamak dengan bahan penyamak minyak, terlebih dahulu disamak dengan formalin. Penyamakan sintetis dilakukan dengan menggunakan bahan penyamak sintetis (syntans) yang dibuat dari bahan-bahan kimia organik yaitu merupakan kondensasi asam phenolsultonic dan formaldehyde. Bahan penyamak ini dapat memberikan warna putih atau kuning tua pada kulit jadinya (finish leather). Penyamakan mineral menggunakan bahan penyamak Krom (Cr) dan Aluminium. Bahan penyamak Cr, biasanya menggunakan garam Cr basa yang mempunyai valensi III. Hasil dari proses penyamakn mineral antara 13

lain : kulit upper (kulit boks), kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dan lain-lain (Ir. Sri Waskito, 1998). Penyamakan kulit mineral terdiri dari 3 tahap yaitu: Beam house, Tanning, dan Finishing (Iswahyuni, 1997 dalam Hatibi,1998). Bahan baku yang digunakan adalah kulit binatang (sapi, kerbau, kambing dll) terutama hasil dari rumah potong hewan (RPH) (KLH, 2002). Berdasarkan Penelitian KLH (2002), secara garis besar proses penyamakan dapat dijelaskan sebagai berikut : 3.2.1. Pra-Penyamakan (Beam house) berikut: Proses yang ada pada pra-penyamakan adalah sebagai Pencelupan kulit dalam air selama satu malam untuk menghilangkan darah, kotoran, larutan garam dan protein. Menghilangkan bulu dengan perendaman dalam kapur, proses pengapuran pada prinsipnya untuk menghilangkan bagian kulit yang tidak diperlukan (Sharphouse, 1989 dalam Hatibi, 1998) dan sodium sulfida sebagai bahan pembengkak kulit. Pengolahan menggunakan kapur kembali (reliming). Pencukuran dan penghilangan mekanis jaringan ekstra dari sisi daging kulit, selanjutnya pemisahan (menggunakan kapur) 2/3 lapisan atas dari bagian bawah. Penghilangan kapur dengan menggunakan asam lemah (latic acid) dan pemukulan/bating dengan menggunakan bahan kimia 14

pembantu untuk menghilangkan sisa-sisa bulu dan protein yang hancur. Pengawetan memakai larutan garam dan asam sulfur untuk pengasaman sampai ph tertentu guna mencegah pengendapan garam-garam krom pada serat kulit. Gambar 3.2. Bahan baku kulit & drum Untuk Perendaman Gambar 3.3. Pencukuran dan Penghilangan Mekanis Jaringan Ekstra Kulit 3.2.2. Penyamakan (Tanning) Penyamakan krom dilakukan dengan menggunakan krom sulfat. Proses ini untuk menstabilkan jaringan protein (Collagen) dari kulit. 15

Gambar 3.4. Proses Penyamakan Krom 3.2.3. Pasca Penyamakan (Finnishing) berikut : Proses yang ada pada pasca penyamakan adalah sebagai Pressing (sammying) untuk menghilangkan kelembaban kulit segar. Pencukuran (shaving) Pewarnaan dan pelembutan kulit yang sudah disamak dengan menggunakan minyak-minyak emulsi (fatliquoring), didahului dengan sekali-sekali penyamakan sekunder menggunakan tanin sintesis (syntans) dan ekstrak penyamakan. Pengeringan dan pencukuran akhir. 16

Pelapisan permukaan dan buffing (finishing) Limbah cair dan padatan pada usaha ini dihasilkan dari berbagai sumber dan setiap sumber yang ada akan menghasilkan limbah dengan karakteristik yang berlainan. Tim Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), BPPT (2002), melakukan pemetaan sumber dan jenis polutan yang ada pada setiap unit proses yang dapat dilihat pada bagan alir proses penyamakan kulit (Gambar 3.5). 17

INPUT UNIT PROSES OUTPUT/LIMBAH Kulit Penggaraman Bakterisida, abu, soda, air Kapur, Na S, air 2 Perendaman Penghilangan bulu, pemrosesan dengan kapur Limbah cair : garam, kotoran Lb. cair : garam, asam Lb padat : bulu, serpihan kulit Lb. gas : H2S asam laktat, bats, NH Cl, air 4 Pencukuran, penghilangan daging & pemisahan Penghilangan kapur & bating Lb. padat : sisa cukuran daging Lb cair : asam, amonium Lb. gas : amonia Garam, asam sulfur, air Pengawetan Lb. cair : asam, garam Krom sulfat, garam, syntan, sodium format, abu soda, bacterisit Persediaan yang diawetkan Penyamakan Krom Pressing Pencukuran Lb. padat : serpihan, bahan pengawet 3+ Lb. cair : mengandung Cr, garam, syntan, bacterisit, Na format Lb. cair : mengandung Cr 3+, garam, syntan, bacterisit, Na format Lb. padat : mengandung Cr 3+ Ekstrak penyamakan, syntan, kalsiu format, tepung, lem, titanium dioksida, minyak, air Penyamakan sekunder, pewarnaan, fatliquoring Pengeringan, pencukuran & pensortiran Lb. cair : mengandung Cr 3+, ekstrak penyamakan, syntan, pewarna, gemuk Lb. padat : sisa pencukuran mengandung Krom Pelapisan permukaan Finishing Lb. gas : uap larutan, PRODUK KULIT Gambar 3.5. Diagram Alir Proses Penyamakan Kulit Sumber : P3TL, BPPT, 2002 18

3.3. Dampak Pencemaran Industri Penyamakan Kulit Tim Pencegahan Pencemaran Industri Kulit, Balai Penelitian Kulit Depperin Yogyakarta (1980) dalam makalah diskusinya menyatakan bahwa proses penyamakan mempunyai kaitan-kaitan secara terbuka dengan lingkungan sehingga terjadi interaksi yang cukup mendasar antara kegiatan penyamakan itu sendiri dengan lingkungan. dinyatakan pula bahwa secara garis besar interaksi itu muncul dalam 2 (dua) golongan yaitu yang menyangkut cairan dan yang menyangkut udara (gas). Interaksi yang menyangkut udara berupa bau yang kurang enak disebabkan proses pembusukan dari zat-zat organis seperti hasil buangan daging (fleshing), pengetaman (shaving) (Depperin Yogyakarta, 1980). Interaksi yang menyangkut air/cairan dampaknya terhadap lingkungan lebih mendasar dan jangka panjang (Depperin Yogyakarta, 1980). Bahan pencemar yang paling berperan dan sangat besar pengaruhnya terhadap gangguan keseimbangan lingkungan timbul dari digunakannya bahan kimia Krom (Cr) dan sulfida dalam proses penyamakan kulit tersebut (Depperin Kab. Garut, 1998). Dari penelitian para ahli (Sri Waskito, 2008), menyatakan bahwa limbah padat penyamakan kulit yang mengandung Cr III, tidak berdampak negatif pada kesehatan manusia maupun kelestarian lingkungan. Pada kondisi tertentu Cr valensi 3 tersebut teroksidasi menjadi Cr valensi 6, dalam batasan-batasan tertentu akan 19

berbahaya bagi kesehatan manusia maupun kelestarian lingkungan. Cr IV dapat menyebabkan kerusakan sel jaringan pada tubuh manusia antara lain jaringan jantung, ginjal dan jaringan lendir pada hidung (Sri Waskito, 2007). Sri Waskito dalam makalahnya juga menguraikan dampak pencemaran Cr III pada air, tanah serta kehidupan dalam tanah dan mikroorganisme dimana Cr III pada air dengan ph normal (7) tidak meracuni ikan, rumput laut dan bakteri yang hidup dalam air; pada tanah Cr III dalam limbah lumpur yang digunakan untuk pertanian tidak akan berdampak buruk bagi tanah itu sendiri, sedangkan tanah yang teraerasi dengan baik akan menyebabkan timbulnya Cr IV dengan potensial rendah; dan pada kehidupan dalam tanah serta mikroorganisme, Cr III dengan konsentrasi 10.000 ppm akan menutup transformasi nitrogen dalam tanah, akibatnya binatang dalam tanah (cacing) ukurannya akan mengecil. Beban pencemar dominan kedua yaitu berasal dari sulfida (Na2S) ialah adanya bau dan rasa yang tidak enak terhadap air sungai (recipient water). Pengaruh utama bahan pencemar sulfida adalah : Menurunkan kandungan oksigen utama (DO) Daya racunnya terhadap kehidupan air akan meningkat dengan menurunnya nilai ph, selain itu jauh lebih penting lagi adalah toksisitas gas H2S terhadap manusia (Depperin Kab. Garut, 1998) 20

Gambar 3.6. Dampak pembuangan limbah di sungai 21