BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

SKRIPSI SULASTRI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hamil merupakan kodrat bagi wanita, khususnya kehamilan pertama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

Transkripsi:

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak, padahal anak merupakan generasi penerus bangsa karena itu kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas dimulai sejak masa anak-anak. Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga kehidupan selanjutnya, oleh karena itu upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan anak sangatlah penting. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa balita ini terjadi perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi yang berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Masa ini juga dibentuk perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian (Soetjiningsih, 1998). Perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi tetap berkembang, sehingga perlu 1

2 mendapatkan perhatian. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak dalam kandungan. Lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak, salah satunya saat anak sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit (Soetjiningsih, 1998) Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan seharihari, dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem pendukung keluarga (support system) yang tersedia serta ketrampilan koping dalam menangani stress (Nursalam et al, 2005). Di Indonesia 30% dari 180 anak antara 3 sampai 12 tahun mempunyai pengalaman dengan rumah sakit (Smet et al, 1993). Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkatan usia. Penyebab kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering

3 merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan prilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robet Order cit Nursalam (2005) bahwa seseorang yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres akan terjadi penekanan sistem imun. Adanya penekanan pada sistim imun selain menghambat proses penyembuhan juga menyebabkan waktu perawatan lebih lama dan bahkan mempercepat terjadinya komplikasikomplikasi selama perawatan sehingga memerlukan peran perawat dalam meminimalkan stress tersebut (Subowo cit Nursalam, 2005). Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak dan bayi sangat penting. Pasien anak-anak yang merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawatan yang penuh dengan perhatihan akan mempercepat proses penyembuhan. Karena itu perlu dilakukan perbaikan kinerja perawat, khususnya mengenai pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami distress hospitalisasi salah satunya dengan menggunakan model pendekatan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan menekan pada pemenuhan perawatan aspek fisik (atraumatik care), aspek psikis (memfasilitasi koping yang konsuktif ), aspek sosial (menciptakan hubungan yang teraupeutik dan lingkungan yang konstruktif dengan melibatkan

4 keluarga dan perawatan). Penerapan model ini salah satunya diwujudkan dalam bentuk terapi bermain (Nursalam et al, 2005). Bermain adalah penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu, adanya ruang bermain khusus bagi anak adalah sangat penting untuk memberikan rasa aman dan menyenangkan. Pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit, perlu memperhatikan prinsip-prinsip bermain dan permainan yang sesuai dengan usia atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga tujuan bermain yaitu untuk mempertahankan proses tumbuh kembang, dapat dicapai secara optimal. Disamping itu keterlibatan orang tua dalam aktifitas bermain sangat penting karena anak akan merasa aman, sehingga mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka (Wong&Whally, 2004). Rumah Sakit Sarila Husada Sragen merupakan rumah sakit yang pelayanannya dikhususkan bagi ibu dan anak. Jumlah pasien anak di Rumah Sakit Sarila Husada Sragen selama tahun 2005 adalah 1.350 anak dan jumlah pasien anak sampai bulan April 2006 adalah 345 anak. Pelaksanaan terapi bermain di Rumah Sakit Sarila Husada Sragen masih sangat kurang. Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang di bangsal anak terapi bermain belum menjadi salah satu program dalam pemberian asuhan keperawatan anak di rumah sakit tersebut. Sehingga pelaksanaan terapi bermain lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa praktek daripada oleh perawat yang bekerja di bangsal anak tersebut.

5 Berdasarkan observasi penulis fasilitas bermain yang tersedia masih sangat kurang dalam menunjang pelaksanaan terapi bermain, fasilitas bermain yang ada lebih banyak dalam bentuk pleasure play seperti jungkat-jungkit, ayunan, dan kursi putar. Selain itu meskipun tersedia fasilitas bermain tetapi pasien banyak yang bermain sendiri atau bersama keluarga baik dengan mainan yang dibawa sendiri atau memanfaatkan fasilitas bermain di Rumah Sakit, sehingga hal ini tidak menurunkan kecemasan anak terhadap petugas kesehatan maupun lingkungan. Ini terlihat dengan banyaknya anak yang masih ketakutan, rewel, menjerit, menyerang secara fisik bila didekati perawat. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti adakah pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak pre sekolah yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Sarila Husada Sragen. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terapi bermain berpengaruh terhadap kecemasan anak pre sekolah yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Sarilah Husada Sragen

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan pada anak pre sekolah yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Sarila Husada Sragen. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat kecemasan pada anak pre sekolah yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Sarila Husada Sragen yang diberi terapi bermain. b. Mengetahui tingkat kecemasan pada anak pre sekolah yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Sarila Husada Sragen yang tidak diberi terapi bermain. c. Mengetahui perbedaan pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan pada anak pre sekolah yang dirawat antara yang diberi terapi bermain dan yang tidak diberi terapi bermain di instalasi rawat inap Rumah Sakit Sarila Husada Sragen. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan masukan yang bermakna untuk meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan anak khususnya mengenai pentingnya terapi bermain untuk menurunkan kecemasan selama dirawat di rumah sakit.

7 2. Bagi Instansi Rumah Sakit a. Meningkatkan kesadaran perawat khususnya perawat di ruang anak mengenai pentingnya terapi bermain sebagai salah satu intervensi dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan selama dirawat di rumah sakit sebagai efek hospitalisasi. b. Memberikan masukan pada instansi untuk meningkatkan fasilitas bermain sesuai dengan tumbuh kembang sebagai sarana pelaksanaan terapi bermain. 3. Bagi Pendidikan dan Peneliti Selanjutnya Sebagai sumber bacaan dan data dasar yang dapat digunakan untuk pendidikan dan penelitian selanjutnya tentang pelaksanaan terapi bermain yang tepat. E. Keaslian Penelitian 1. Herliana, L (2001) penelitian yang dilakukan berjudul Pengaruh pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperasi anak usia pre sekolah yang sedang mengalami hospitalisasi di IRNA II RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif yang menekankan pada pengaruh terapi bermain bagi tingkat kooperasi/ kerjasama anak usia pre sekolah yang sedang dirawat di IRNA II RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terapi bermain ternyata memberikan pengaruh terhadap tingkat kooperasi anak, dimana akan meningkat setelah diberikan terapi bermain.

8 2. Simanjuntak, E.Y. (2005) penelitian yang dilakukan berjudul Peran perawat dalam pelaksanaan terapi bermain pada anak pre sekolah di ruang rawat inap instalasi kesehatan anak Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan peran perawat dalam pelaksanaan terapi bermain pada anak pre sekolah berdasarkan kuesioner dengan kategori cukup dan observasi dengan kategori sangat kurang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini menekankan pada pengaruh terapi bemain terhadap kecemasan anak pre sekolah, dan penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sarila Husada Sragen, sehingga objek yang diteliti berbeda. Selain itu penelitian ini menggunakan metode analitik kuantitatif dengan pendekatan static group comparison.