I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
Tahun Bawang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat


I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

30% Pertanian 0% TAHUN

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. Realisasi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penduduk dan tenaga kerja di Indonesia yang hidup dan bekerja di sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (2013a) mencatat sebanyak 35,04 persen penduduk bekerja di sektor pertanian, 21,76 persen di sektor perdagangan,12,96 persen di sektor industri dan sebesar 30,23 persen bekerja di sektor lain seperti sektor jasa, keuangan, transportasi, dan lain sebagainya. Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan curah hujan dan cahaya matahari yang sangat menunjang bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini membuat negara Indonesia mempunyai karakteristik sebagai negara agraris, sehingga mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat besar. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki dapat dilihat dari kekayaan melimpah yang dimiliki Indonesia terutama dalam sektor pertanian. Salah satu subsektor yang memiliki kontribusi cukup tinggi bagi pertanian di Indonesia adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura berperan

2 sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2013a, jumlah rumah tangga yang bekerja pada subsektor hortikultura mencapai 10,6 juta rumah tangga atau sebesar 16,87 persen. Besarnya jumlah rumah tangga pada subsektor hortikultura menunjukkan bahwa subsektor ini berperan strategis dalam mensejahterakan masyarakat. Komoditas hortikultura antara lain terdiri atas tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Buah-buahan memiliki rataan pertumbuhan sebesar 0,14 persen setiap tahun, sebesar 5,54 persen adalah rataan pertumbuhan tanaman sayuran, 5,78 persen adalah tanaman hias dan tanaman obat-obatan memiliki rataan pertumbuhan sebesar 7,69 persen (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012). Salah satu komoditas hortikultura yang saat ini banyak dibudidayakan yaitu tanaman sayuran. Pertumbuhan rataan tanaman sayuran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi tanaman sayuran di Indonesia setiap tahunnya. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman sayuran unggulan yang diproduksi di berbagai wilayah. Produksi tanaman sayuran di Indonesia sangat berfluktuasi, terdapat beberapa jenis sayuran mengalami peningkatan produksi, tetapi ada pula sayuran yang mengalami penurunan produksi setiap tahunnya. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni 2008-2013 terdapat pada Tabel 1.

3 Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia tahun 2008-2012 Tahun N o. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 (%) 1 Bawang Merah 853.615 965.164 1.048.934 893.124 964.195 2,37 2 Bawang Putih 12.339 15.419 12.295 14.749 17.630 6,89 3 Bawang Daun 547.743 15.419 541.374 526.774 596.805-86,57 4 Kentang 1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232-0,08 5 Kubis 1.323.702 1.358.113 1.385.044 1.363.741 1.450.037 2,22 6 Kembang Kol 109.497 96.038 101.205 113.491 135.824 4,59 7 Petsai/Sawi 565.636 562.838 583.770 580.969 594.911 1,24 8 Wortel 367.111 358.014 403.827 526.917 465.527 4,74 9 Lobak 48.376 29.759 32.381 27.279 39.048-10,76 10 Kacang Merah 115.817 110.051 116.397 92.508 93.409-6,16 11 Kacang Panjang 455.524 483.793 489.449 458.307 455.562-0,10 12 Cabe Besar 695.707 787.433 807.160 888.852 954.310 7,54 13 Cabe Rawit 457.353 591.294 521.704 594.227 702.214 9,22 14 Paprika 2.114 4.462 5.533 13.068 8.610 19,47 15 Jamur 43.047 38.465 61.376 45.854 40.886-5,15 16 Tomat 725.973 853.061 891.616 954.046 893.463 4,75 17 Terung 427.166 451.564 482.305 519.481 518.787 4,70 18 Buncis 266.551 290.993 336.494 334.659 322.097 4,37 19 Mentimun 540.122 583.139 547.141 521.535 511.485-1,52 20 Labu Siam 394.386 321.023 369.846 428.197 428.061 0,99 21 Kangkung 323.757 360.992 350.879 355.466 320.093-0,58 22 Bayam 163.817 173.750 152.334 160.513 155.070-1,69 23 Melinjo 213.536 221.097 214.355 217.524 224.333 1,19 24 Petai 230.654 183.679 139.927 218.625 216.194-5,49 25 Jengkol 80.008 62.475 50.235 65.830 62.189-8,65 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013b. Salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan adalah tanaman kubis. Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman kubis di Indonesia mempunyai jumlah produksi yang paling tinggi di antara tanaman sayuran yang lain. Produksi tanaman kubis hampir setiap tahun mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2010 dimana produksi kubis mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 0,005 persen. Pertumbuhan tanaman kubis dari tahun 2008 sampai 2012 bernilai positif yaitu sebesar 2,22 persen.

4 Tanaman kubis atau kol (Brassica oleracea) adalah sayuran yang termasuk jenis Brassica atau cruciferous family. Sayuran ini dapat tumbuh di beberapa jenis tanah, tetapi tumbuh baik terutama di tanah yang subur, semakin subur tanah, semakin cepat tumbuhnya. Kubis merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah ditemukan dan memberikan nilai gizi yang sangat besar. Sayuran ini bisa dimakan mentah atau dimasak, tetapi sering ditambahkan ke sup atau rebusan. Selain digunakan dalam berbagai hidangan, kubis juga memberikan banyak manfaat kesehatan. Kubis kaya akan fitonutrien dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B, dan C. Ini semua adalah antioksidan alami, yang membantu mencegah kanker dan penyakit jantung, mencegah radikal bebas dan lain sebagainya (Cahyono, 1995). Kandungan nilai gizi pada kubis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nilai gizi dalam 100 gram kubis. Zat Gizi Jumlah Energi (kkal) 24,00 Protein (g) 1,40 Lemak (g) 0,20 Karbohidrat (g) 5,30 Kalsium (mg) 46,00 Phospor (mg) 31,00 Zat Besi (mg) 0,50 Vitamin A (μg) 10,00 Vitamin B (mg) 0,10 Vitamin C (mg) 50,00 Selenium (μg) 1,43 Sumber: Indriani, 2007

5 Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang menghasilkan tanaman kubis. Ditinjau dari segi wilayahnya, Provinsi Lampung merupakan wilayah yang memungkinkan untuk mengembangkan tanaman kubis. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di Provinsi Lampung tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di Provinsi Lampung tahun 2008-2012 Tahun Luas panen (ha) (%) Produksi (%) Produktivitas (ton/ha) (%) 2008 1.026-22.840-22,26-2009 1.096 6,39 17.023-34,17 15,53-43,34 2010 1.036-5,79 16.265-4,66 15,70 1,08 2011 726-42,70 14.656-10,98 20,19 22,24 2012 696-4,31 13.803-6,18 19,83-1,82 Rata rata - 11,60-14,00-5,46 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013c. Dilihat dari Tabel 3 tampak bahwa luas panen tanaman kubis cenderung mengalami penurunan dari tahun 2009-2012. Peningkatan luas panen hanya terjadi pada tahun 2008 ke 2009. Menurunnya luas areal tanaman kubis mengakibatkan produksi tanaman kubis juga menurun. Penurunan luas areal dan produksi tanaman kubis menyebabkan produktivitas tanaman kubis cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dimana dari tahun 2008 sampai 2012 perkembangan produktivitas adalah -5,46 persen. Kapubaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang masyarakatnya membudidayakan tanaman kubis. Produksi tanaman kubis di Provinsi Lampung dihasilkan oleh dua kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten

6 Tanggamus. Saat ini Kabupaten Lampung Barat masih mempunyai luas panen, produksi, dan produktivitas lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Tanggamus. Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman kubis di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis menurut kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2012. No Kabupaten Luas Panen (ha) Produksi Produktivitas (ton/ha) 1 Lampung Barat 469 10.158 21,66 2 Tanggamus 227 3.635 16,01 Lampung 696 13.803 19,83 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013c. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Kabupaten Tanggamus mempunyai produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Barat. Produksi tanaman kubis berbanding lurus dengan luas panen pada masing-masing kabupaten. Kabupaten Tanggamus mempunyai luas panen lebih kecil dibandingkan dengan luas panen di Kabupaten Lampung Barat, sehingga produksinya juga lebih sedikit. Produktivitas tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus sangat rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kubis di Kabupaten Lampung Barat. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam kegiatan budidaya tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus. Menurut Kurniati (2012), masalah produksi berkenaan dengan sifat usahatani yang selalu tergantung pada alam didukung faktor risiko yang menyebabkan tingginya peluang-peluang untuk terjadinya kegagalan produksi, sehingga berakumulasi pada risiko rendahnya pendapatan yang diterima petani.

Produktivitas 7 Risiko yang dihadapi petani kubis dapat berupa risiko hasil atau risiko produksi dan risiko harga jual produksi. Risiko hasil/produksi ditimbulkan antara lain karena adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca/alam, pasokan air yang bermasalah, dan variasi input yang digunakan. Kondisi alam sangat berpengaruh terhadap variasi hasil, misalnya dengan kondisi curah hujan yang sangat besar ataupun curah hujan yang sangat kecil, bisa menimbulkan gagal panen. Keadaan cuaca yang tidak dapat diprediksi ini seringkali menjadi penyebab turunnya produksi dan produktivitas tanaman kubis yang dihasilkan oleh petani. Di Provinsi Lampung, produktivitas tanaman kubis mengalami fluktuasi dari tahun 2008 sampai 2012. Fluktuasi produktivitas tanaman kubis dapat dilihat pada Gambar 1. 25 20 22,26 20,19 19,83 15 10 15,53 15,7 5 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 tahun Gambar 1. Fluktuasi produktivitas tanaman kubis di Provinsi Lampung tahun 2008-2012 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013c.

Harga di tingkat petani 8 Dilihat dari Gambar 1, produktivitas tanaman kubis di Provinsi Lampung mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2009, yakni sebesar 30,23 persen. Pada tahun berikutnya, produktivitas tanaman kubis mulai mengalami peningkatan, tetapi kembali mengalami penurunan sebesar 1,78 persen pada tahun 2012. Selain risiko hasil/produksi, risiko harga jual juga merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani kubis. Fluktuasi produktivitas tanaman kubis akan mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga baik di tingkat produsen maupun konsumen. Hal ini merupakan risiko yang harus dihadapi petani sebagai produsen dari tanaman kubis. Fluktuasi harga kubis di Kabupaten Tanggamus tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 2. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 3500 3250 3000 3000 2750 2700 2250 2300 2450 2075 1750 1800 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Gambar 2. Fluktuasi harga kubis di Kabupaten Tanggamus tahun 2013 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2014

9 Gambar 2 merupakan rata-rata harga tanaman kubis selama tahun 2013 pada tingkat produsen atau harga yang langsung diterima oleh petani. Dari gambar, dapat diketahui bahwa harga kubis sangat berfluktuasi setiap bulannya. Harga terendah pada Tahun 2013 adalah pada bulan Agustus dimana harga sebesar Rp 1.750,00, namun pada bulan berikutnya harga berangsur-angsur naik. Peningkatan harga yang cukup siginfikan adalah pada bulan november, dimana terjadi peningkatan harga dari Rp 1.800,00 menjadi Rp 3.250,00. Peningkatan harga ini diakibatkan oleh penurunan produksi tanaman kubis. Penurunan produksi tanaman kubis berkaitan dengan adanya risiko dalam budidaya tanaman kubis yakni berupa risiko produksi. Masalah risiko diakibatkan oleh ketidakmampuan petani untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Iklim dan kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah berubah, dan tidak dapat dikendalikan merupakan masalah yang harus dihadapi petani. Risiko tersebut akan mempengaruhi produksi tanaman yang dihasilkan, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh petani. Kecamatan Gisting merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tanggamus yang masyarakatnya membudidayakan tanaman kubis pada kegiatan usahataninya. Produksi tanaman kubis di Kecamatan Gisting merupakan produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Terdapat 4 kecamatan di Kabupaten Tanggamus yang memproduksi

10 tanaman kubis. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus tahun 2011 No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi Produktivitas (ton/ha) 1 Ulu Belu 9 113 12,56 2 Gisting 122 2.804 22,98 3 Gunung Alip 2 25 12,50 4 Sumberejo 94 1.409 14,98 Jumlah 227 4.351 19,17 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 Tabel 5 menunjukkan luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Gisting merupakan kecamatan yang mempunyai produksi tanaman kubis tertinggi di Kabupaten Tanggamus, dimana hampir 50 persen produksi tanaman kubis di Kabupaten Tanggamus berasal dari Kecamatan Gisting. Produktivitas tanaman kubis di Kecamatan Gisting adalah sebesar 22,98 ton per hektar. Menurut Cahyono (1995), jika pemeliharaan kubis dilakukan secara intensif, maka produktivitas potensial tanaman kubis dapat mencapai 40-60 ton per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa produksi tanaman kubis yang dihasilkan oleh petani kubis di Kecamatan Gisting masih tergolong rendah. Produktivitas hasil pertanian sangat ditentukan oleh jumlah kombinasi faktorfaktor produksi yang digunakan, salah satunya yaitu lahan. Lahan atau tanah merupakan faktor produksi yang penting karena lahan merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya (Suratiyah, 2008).

11 Di Kecamatan Gisting, kegiatan usahatani kubis dilakukan pada tipe lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan yang berbeda akan mendapatkan risiko yang juga berbeda. Hal ini dikarenakan kedua jenis lahan ini memiliki kesuburan tanah yang berbeda, sehingga produktivitas yang dihasilkan dari kegiatan usahatani kubis yang dilakukan juga berbeda. Hasil usahatani kubis pada kedua jenis lahan ini juga dipengaruhi berbagai kombinasi input yang digunakan selama proses produksi, seperti penggunaan benih, jumlah pupuk dan pestisida yang diaplikasikan serta tenaga kerja selama proses produksi berlangsung. Dengan kombinasi input yang serasi dan disesuaikan dengan keadaan lahan dalam proses produksinya, diharapkan petani akan memperoleh produksi yang maksimal, sehingga pendapatan yang diterima petani juga maksimal. Besarnya risiko yang diterima petani dengan penggunaan lahan yang berbeda perlu diketahui, karena risiko akan mempengaruhi hasil yang akan diterima oleh petani. Apabila biaya usahatani yang dikeluarkan, penerimaan dan pendapatan petani dapat diketahui, maka besarnya peluang risiko yang akan dihadapi petani untuk usahatani kubis pada kedua lahan juga akan dapat diperkirakan. Selanjutnya, risiko dan ketidakpastian yang akan dihadapi petani harus dapat diatasi agar kerugian dapat diminimalisasikan. Oleh karena itu, petani harus mengetahui seberapa besar risiko usahatani yang dihadapi dalam melakukan budidaya tanaman kubis baik pada lahan kering maupun pada lahan sawah tadah hujan.

12 Perbedaan lahan dalam budidaya tanaman kubis di Kecamatan Gisting akan memperoleh produksi dan hasil yang berbeda, sehingga perlu diketahui perbandingan pendapatan usahatani kubis pada kedua jenis lahan ini. Selain perbedaan pendapatan, perbedaan risiko pada kedua jenis lahan ini juga perlu diketahui, karena risiko yang dihadapi petani akan berbeda mengingat kedua lahan ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam kegiatan budidaya kubis yang dilakukan juga akan berbeda. Dalam mengahadapi risiko, petani kubis dapat berperilaku berani, netral dan enggan terhadap risiko. Pada dasarnya tidak ada satu pun petani yang berani mengambil risiko tanpa mengharapkaan hasil yang lebih besar. Hal tersebut bergantung pada sikap dan perilaku individu yang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Faktor-faktor sosial ekonomi seperti umur, pendidikan dan pengalaman usahatani serta faktor sosial lainnya dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus? 2) Bagaimana tingkat risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus? 3) Bagaimana perilaku petani terhadap risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus?

13 4) Bagaimana pengaruh risiko dan pendapatan usahatani serta faktor lainnya terhadap perilaku petani terhadap risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengkaji perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. 2) Mengkaji tingkat risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. 3) Mengetahui perilaku petani terhadap risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. 4) Mengkaji pengaruh risiko dan pendapatan usahatani serta faktor lainnya terhadap perilaku petani terhadap risiko usahatani kubis pada tipe lahan kering dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.

14 C. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1) Petani, sebagai bahan masukan dalam pengelolaan usahatani kubis dan perencanaan usahatani pada musim tanam selanjutnya. 2) Pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan informasi dalam merumuskan kebijakan sebagai usaha peningkatan produksi dan pengembangan usahatani kubis. 3) Peneliti lainnya sebagai bahan pertimbangan dan informasi untuk peneliti sejenis.