BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Menurut UU No. 36

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan bukan menjadi hal baru bagi negara berkembang, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. itu dari segi kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, maupun kebutuhan papan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhannya oleh negara. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1)

BAB VII PENUTUP. primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang sangat penting, karena setiap warga Negara berhak untuk hidup sehat.hakatas kesehatan tersebut dilindungi oleh konstitusi seperti yang tercantum pada UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi Kemanusiaan (Indonesia, 2014).Serta dalam Falsafah dan Dasar Negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga termasuk pada bidang kesehatan. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Ketentuan ini penting untuk memastikan akses yang adil bagi semua warga negara, untuk memperoleh tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang baik dan tepat dalam pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau.(indonesia, 2009) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan terhadapmasyarakat melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi upaya peningkatan kesehatan perorangan dan masyarakat pada setiap lapisan, agar dapat dilayani dengan optimal dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan dasar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga sangat perlu untuk selalu dibenahi, dalam rangka mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat dan murah (Indonesia, 2009). Usaha dalam bidang kesehatan tersebut sebenarnya telah dirintis oleh pemerintah sejak dahulu, antara lain melalui PT Askes dan PT Jamsostek (Persero). PT ASKES dan PT Jamsostek melayani pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta.untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah juga memberikan jaminan kesehatan yaitu melalui sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).Tetapi sistem-sistem tersebut masih terbagi-bagi antara Askes dengan Jamsostek, sehinggabiaya kesehatan serta mutu pelayanan menjadi sulit untuk dikendalikan. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40 tahun 2004 ini pada dasarnya berisi bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)(BPJS, 2013).JKN menitikberatkan pada pelayanan kesehatan yang layak untuk seluruh warga. MenurutUndang-Undang No. 40 Tahun 2004 tersebut, JKN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam pasal 5 dan 52 UU tersebut harus dibentuk suatu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia(Indonesia, 2004).Dengan adanya JKN diharapkan seluruh penduduk Indonesia akan terlindungi dalam suatu sistem kesehatan nasional(balqis, 2013). Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan untuk memberikan manfaat terhadap pelayanan kesehatan kepada masyarakat.tantangan dalam pelaksanaan JKN ini tidak hanya terletak pada kesiapan infrastruktur dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga mengenai ketersediaan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan. Ketersediaan sarana dan prasarana,tenaga kesehatan, alat kesehatan dan obat-obatan untuk menunjang pelayanan kesehatan masih merupakan suatu masalah yang dapat menghambat pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan maksimal.saat ini di Indonesia, jumlah tenaga kesehatan mencukupi tetapi ketersediaannya terkendala oleh penyebarannya yang tidak merata.menurut data dari kementerian kesehatan pada tahun 2012 jumlah tenaga kesehatan lebih banyak di kota-kota besar sedangkan untuk di daerah-daerah pedesaan dan daerah terpencil masih kekurangan tenaga kesehatan, obat-obatandan sarana prasarana, sehingga pelayanan kesehatannya masih sangat minim/kurang. Salah satu program SJSN adalah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan menjamin pesertanya untuk memperoleh manfaat dalam pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Program ini telah dimulai sejak 1 Januari 2014 dan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang merupakan hasil transformasi PT Askes (Persero).Dalam UU SJSN tersebut disebutkan bahwa seluruh rakyat Indonesia wajib menjadi peserta program ini dan juga wajib membayar iurannya.khusus iuran bagi fakir miskin dan orang tidak mampu, UU ini mengamanahkan kepada Pemerintah untuk membayarnya.sejak diundangkannya UU BPJStersebut, fasilitas kesehatan mulai ditingkatkan, tetapi kondisi ini belum terlaksana dengan maksimal. Puskesmasmerupakan pilar dari pelayanan dasar dalam bidang kesehatan, sehingga puskesmas sangat penting perannya dalam penyelenggaraan Sistem Jaminan Nasional.Mengingat pentingnya peranan puskesmas dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan tersebut maka sangat diperlukan kesiapan puskesmas terhadap sumber-sumber daya yang ada dan dukungan dari berbagai pihak dalam menunjang terlaksananya Sistem Jaminan Kesehatan ini. Sehingga berdirinya sebuah puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium(kesehatan, 2014). Setiap fasilitas kesehatan (Faskes) berkewajiban menjamin tersedianya alat-alat kesehatan yang bermutu, aman dan laik pakai, sebab apabila alat kesehatan tersebut tidak bermutu, aman dan laik pakai maka akan mengakibatkan proses pelayanan terhadap kesehatan menjadi terganggu. Alat kesehatan tidak hanya terkait dengan prosedur/tindakan diagnosa, kuratif, rehabilitatif tetapi juga mencakup promotif, preventif, dan paliatif.selain itu alat kesehatan merupakan produk teknologi yang bebas dari resiko yang dapat membahayakan pasien, tenaga kesehatan dan lingkungan.sehingga alat kesehatan dan bangunan merupakan aset puskesmas yang nilai investasinya besar. Sejak tahun 2014 program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS menuntut puskesmas harus dapat menangani 144 jenis diagnosa, sebagaimana yang tercantum dalam SKDI (Standar Kompetensi

Dokter Indonesia) tahun 2012, yang artinya bahwa 144 penyakit tersebut harus dilayani di Puskesmas sehingga tidak boleh dirujuk ke Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan. Tetapi dalam kenyataannya dari 144 diagnosa yang harus ditangani di Puskesmas tersebut, masih banyak diagnosa penyakit yang dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Lanjutan yaitu Rumah Sakit. Pada tahun 2015 Kota Solokdengan jumlah penduduk sebanyak 64.466 jiwa yang terdiri dari 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan,serta memiliki 4 (empat) buah Puskesmas. Puskesmas Tanah Garam dan Puskesmas KTK terletak di Kecamatan Lubuk Sikarah sedangkan Puskesmas Tanjung Paku dan Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan.Dari 4 Puskesmas yang ada di Kota Solok hanya 1 (satu) yang merupakan Puskesmas Rawat Inap yaitu Puskesmas Tanah Garam. Dan Puskesmas yang sudah berkategori ISO9001:2008 yaitu Puskesmas Tanah Garam dan Puskesmas KTK yang keduanya berada di Kecamatan Lubuk Sikarah sedangkan Puskesmas Tanjung Paku dan Puskesmas Nan Balimo yang berada di Kecamatan Tanjung Harapan belum berkategori ISO. Pada tahun 2014 jumlah rujukan dari Puskesmas Tanjung Paku dan Puskesmas KTK ke Fasilitas lanjutan (Rumah Sakit) masih tinggi, hal ini tampak pada tabel 1.1 dibawah ini : Tabel 1.1 Kunjungan dan Rujukan di Puskesmas Tanjung Paku dan Puskesmas KTK tahun 2014 Puskesmas KTK Puskesmas Tanjung Paku Bulan Kunjungan Rujukan Persentase Kunjungan Rujukan Persentase Januari 336 33 9.8 1,130 111 9.8 Februari 428 59 13.8 1,678 90 5.4 Maret 539 58 10.8 1,207 204 16.9 April 581 60 10.3 1,305 203 15.6 Mei 435 120 27.6 1,336 201 15.0 Juni 505 97 19.2 1,307 254 19.4 Juli 435 84 19.3 1,401 246 17.6 Agustus 428 80 18.7 1,845 220 11.9 September 533 81 15.2 1,794 217 12.1 Oktober 645 84 13.0 1,555 204 13.1 Nofember 623 103 16.5 1,471 216 14.7 Desember 578 78 13.5 1,518 185 12.2 Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Tanjung Paku dan Puskesmas KTK Dari tabel 1.1 diatas tampak bahwa jumlah rujukan dari puskesmas ke tingkat lanjutan selama tahun 2014 yang masih tinggi yaitu 10% sampai 28% yang dilihat dari laporan rujukan

Puskesmas KTK dan Puskesmas Tanjung Paku.Puskesmas masih berwenang untuk mengobati pasien tetapi karena terbatasnya alat medis, sehingga dalam menegakkan diagnosa yang memerlukan rontgen, laboratorium lengkapmengakibatkan pasien dirujuk, demikian juga yang terjadi di Kota Bengkulu(Yandrizal, 2013). Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan, yang menyebutkan bahwa batasan besarnya angka rujukan dari puskesmas ke Rumah Sakit yaitu maksimal sebesar 15%. Apabiladilihat dari keadaan yang terjadidimana angka rujukan di puskesmas Kota Solok masih cukup tinggi maka harus dicari penyebab dari tingginya angka rujukan tersebut yang ditinjau dari segi sarana dan prasarana, obat-obatan dan alat kesehatan dan tenaga kesehatan. Selain dari itu, faktor eksternal berupakeadaan pasien sebagai peserta BPJS juga mempengaruhi besarnya angka rujukan dari fasilitas kesehatan primer/puskesmas ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit).Seperti pasien tersebut biasa memperoleh obat dari dokter spesialisyang ada di RS atau penyakit yang diderita tidak bisa diobati/ditangani di Puskesmas akibat keterbatasan alat kesehatan.program Pemerintah tentang Jaminan Kesehatan Nasional yangdikelola oleh BPJS Kesehatan sejak Januari 2014 lalu, yang berarti telah 2 (dua) tahun program ini berlangsung maka perlu dianalisis sampai sejauh mana implementasi/penerapan JKN di Puskesmas yang ada di Kota Solok. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dimana angka rujukan dari fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) ke Rumah sakit masih tinggi yang dikaitkan dengan ketersediaan sarana dan prasarana, obat-obatan dan tenaga kesehatan di puskesmas maka permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut yaitubagaimana implementasi JKN di Puskesmas Kota Solok. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahuiimplementasi JKN di Puskesmas Kota Solok tahun 2015. 2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya ketersediaan input (kebijakan, dana kapitasi, sarana dan prasarana, obatobatan dan alat kesehatan, sumber daya manusia) dalam pelaksanaan JKN di Puskesmas Kota Solok. b. Diketahuinya proses (penetapan kebijakan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi) dalam pelaksanaan JKN di Puskesmas Kota Solok. c. Untuk mengetahui penyebab dari tingginya angka rujukan BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan JKN di Puskesmas Kota Solok D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis o Pengembangan ilmu kajian administrasi rumah sakit terhadap pelaksanaan JKN di Puskesmas. 2. Praktis o Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah/dinas Kesehatan Kota Solok dalam mengoptimalkan pelaksanaan JKN di Puskesmas Kota Solok.