PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 54/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

BAB II SASARAN DAN PERSYARATAN. A. Sasaran THL-TB Penyuluh Pertanian yang mempunyai wilayah kerja dan berdomisili di wilayah kerjanya.

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN TELADAN BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TELADAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 23/Permentan/OT.140/4/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN TELADAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GURU SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN (SPP) BERPRESTASI

PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN TELADAN

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2014 KEMENTAN. Penilaian. Pusat Pelatihan. Pertanian. Pedesaan. Berprestasi. Pedoman.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/OT.140/4/2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

FORM 1 ..., Yang Bersangkutan, (...) Keterangan : *) Coret yang tidak perlu

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2012, No juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 4. Undang-Undang N

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 28/Permentan/OT.140/4/ / TENTANG PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI

5. Badan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bulungan. 6. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PELATIHAN PERTANIAN SWADAYA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

G U B E R N U R J A M B I

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN INFORMASI PENYULUHAN PERTANIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

Transkripsi:

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2013 TANGGAL : 21 Maret 2013 PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengamanatkan antara lain bahwa pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan berusaha. Untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam program pembangunan nasional, petani sebagai pelaku utama dituntut untuk mengembangkan usahatani yang produktif, menguntungkan dan mandiri. Oleh karena itu, diperlukan petani yang berkualitas, andal serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis. Petani diharapkan mampu membangun usahatani yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan dalam melestarikan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan data BPS (tahun 2003), penguasaan lahan oleh rumah tangga petani di Indonesia masih rendah yaitu kepemilikan lahan kurang dari 0,49 ha sebesar 56,41%, kepemilikan lahan 0,50-1,99 ha sebesar 32,32% dan kepemilikan lahan lebih dari 2 ha hanya sebesar 11,27%. Demikian pula tingkat pendidikan anggota rumah tangga petani di Indonesia 67,66% masih rendah (tidak sekolah 8,08%, tidak/belum tamat lulus SD 46,19% dan lulus SD 46,19%). Kondisi ini memerlukan upaya yang dapat meningkatkan motivasi petani agar mereka mau dan mampu mengembangkan usahatani yang berdaya saing tinggi, produktif, menguntungkan dan mandiri. Dengan kondisi tersebut, salah satu bentuk motivasi bagi petani untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dalam mengelola usahatani dilakukan pemberian penghargaan kepada petani berprestasi, sehingga tujuan revitalisasi pertanian dapat tercapai. Untuk memperoleh obyektivitas dalam penetapan petani berprestasi yang akan memperoleh penghargaan, perlu disusun pedoman yang mengatur tata cara dan mekanisme penilaian petani yang berprestasi dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya. Penilaian petani berprestasi dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penilaian tersebut harus memberikan gambaran yang akurat dan terukur terhadap kinerja petani yang dinilai. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian petani berprestasi yaitu (1) penilaian harus mempunyai hubungan dengan kinerja petani yang dinilai; 1

(2) adanya standar atau ukuran yang dipakai untuk menilai kinerja petani; dan (3) sistem penilaian yang mudah dipahami dan dimengerti. Berdasarkan tuntutan perkembangan lingkungan strategis dan unsur penilaian yang perlu disempurnakan, maka Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/ KP.120/7/2007 perlu disesuaikan kembali. B. Maksud dan Tujuan Pedoman penilaian petani berprestasi dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi pelaksana yang terlibat dalam penetapan petani berprestasi. Sedangkan tujuan penilaian terhadap calon petani berprestasi yaitu memberikan motivasi kepada petani untuk lebih meningkatkan kinerja dan produktifitas dalam pengembangan agribisnis. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Penilaian petani berprestasi meliputi sasaran dan persyaratan, penilaian, organisasi pelaksana penilaian, pemberian penghargaan, dan pembiayaan. D. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usahatani (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan), yang menjadi pengurus/anggota kelompoktani; 2. Petani berprestasi adalah petani yang berkualitas, andal, produktif, berkemampuan manajerial, berperan dalam organisasi petani dan pelestarian lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan; 3. Kelompoktani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota; 4. Penyuluh Pertanian adalah penyuluh pertanian yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP) yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam melakukan seleksi calon petani berprestasi di wilayah binaan masing-masing. 5. Usahatani adalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari sarana produksi, produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang. 6. Penghargaan adalah bentuk apresiasi dari pemerintah yang diberikan kepada petani berprestasi. 2

BAB II SASARAN DAN PERSYARATAN A. Sasaran Sasaran yang akan dinilai sebagai calon petani berprestasi yaitu petani sebagai pelaku utama kegiatan usahatani yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan. B. Persyaratan Petani yang akan diberi penghargaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Persyaratan Umum a. Warga Negara Indonesia; b. Usia maksimal 56 tahun; c. Mampu membaca dan menulis; d. Sehat jasmani dan rohani; e. Bertempat tinggal di wilayah usahataninya; f. Tidak menerima penghargaan sebagai petani berprestasi tingkat nasional dalam 2 (dua) tahun terakhir dari Kementerian Pertanian; g. Bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), aparat desa/kelurahan; h. Sumber mata pencaharian utama dari usahatani; dan i. Mengelola usahatani sendiri. 2. Persyaratan Khusus a. Mengelola usahatani (budidaya) paling kurang 3 (tiga) tahun terakhir secara terus menerus; b. Menjadi pengurus/anggota kelompoktani dan direkomendasikan oleh kelompoktaninya; c. Mengelola skala usahatani utama*) dengan perkiraan sebagai berikut: Maksimal Skala Usahatani No Sub Sektor Jawa, Bali, Sumatera Luar Jawa, Bali, Sumatera 1 Tanaman pangan 1 ha 2 ha 2 Hortikultura 0,5 ha 1 ha 3 Perkebunan 2 ha 4 ha 4 Peternakan Skala Usaha a. Ternak besar (sapi 5 15 ekor potong/perah) b. Ternak kecil 50 100 ekor (kambing, domba) c. Ternak unggas: Ayam buras Ayam ras Itik 250-1.000 ekor 5.000-10.000 ekor 250-1.000 ekor 3

Keterangan: *) Usahatani utama adalah usahatani dominan yang dikelola oleh petani yang bersangkutan. 3. Persyaratan Administrasi a. Identitas calon petani berprestasi yang dilengkapi dengan pasphoto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar sebagaimana tercantum dalam Form 1; b. Rekomendasi tertulis dari pengurus kelompoktani sebagaimana tercantum dalam Form 2; c. Profil usahatani yang dikelola sebagaimana tercantum dalam Form 3; d. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP); dan e. Usulan tertulis dari kelembagaan penyuluhan/dinas yang membidangi penyuluhan pertanian kabupaten/kota. BAB III PENILAIAN A. Aspek Penilaian Penilaian terhadap petani berprestasi dilakukan berdasarkan aspekaspek sebagai berikut: 1. Identitas Petani (Bobot 100) a. Status kepemilikan lahan (Bobot 10); b. Pendidikan (Bobot 20); c. Jumlah tanggungan keluarga (Bobot 20); dan d. Penghasilan/bulan (Bobot 50). 2. Teknis (Bobot 400) a. Jenis Usahatani; b. Lama Berusahatani; c. Rencana Usahatani; d. Pencatatan Usahatani; e. Teknologi Usahatani; f. Peningkatan Produktivitas Usahatani; dan g. Peningkatan Pendapatan Usahatani. 3. Pengembangan Kemampuan Diri (Bobot 250) a. Kemampuan memecahkan masalah usahatani; b. Kemampuan akses informasi teknologi; c. Pemanfaatan sumber permodalan; dan d. Kemampuan menjalin kemitraan. 4. Kedudukan dalam Kelembagaan (Bobot 100) a. Status dalam kelembagaan petani; dan b. Status dalam kelembagaan ekonomi. 5. Peran Petani dalam Pemberdayaan Masyarakat (Bobot 150) 4

a. Aktif mengikuti pertemuan penyuluhan pertanian perdesaan setahun terakhir; b. Aktif mengikuti kegiatan penyuluhan perdesaan (kursus, magang, studi banding, demonstrasi) setahun terakhir; dan c. Aktif melaksanakan kegiatan penyuluhan bagi petani lain (kursus, magang, studi banding, demonstrasi) setahun terakhir. Bobot penilaian masing-masing unsur dari setiap aspek untuk penetapan petani berprestasi sebagaimana tercantum dalam Form 4. B. Metode Penilaian Penilaian calon petani berprestasi dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1. Verifikasi Persyaratan Verifikasi persyaratan dimaksudkan untuk memeriksa persyaratan umum, persyaratan khusus, dan persyaratan administrasi calon petani yang diusulkan. Apabila tidak memenuhi persyaratan, maka calon petani yang diusulkan dianggap gugur. 2. Observasi lapangan Observasi lapangan dimaksudkan untuk menilai secara langsung kinerja dan usahatani calon Petani berprestasi. C. Prosedur Penilaian Prosedur penilaian dilakukan secara berjenjang sebagai berikut: No Tingkat Kegiatan 1 Desa/kelurahan a. Penyuluh pertanian melakukan seleksi terhadap petani yang memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus; b. Petani yang memenuhi persyaratan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian (form 4); c. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, penyuluh menetapkan 1 (satu) orang petani dengan nilai tertinggi dari setiap desa/kelurahan binaannya untuk diusulkan kepada Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan dengan melampirkan form 1, form 2, dan form 3. 2 Kecamatan a. Tim Penilai Balai Penyuluhan Kecamatan melakukan penilaian terhadap petani yang diusulkan dari setiap desa/kelurahan dan melakukan observasi lapangan; b. Tim Penilai Balai Penyuluhan Kecamatan memilih dan menetapkan 3 (tiga) orang calon petani berprestasi untuk diusulkan kepada Kepala Badan Penyuluhan/kelembagaan yang 5

No Tingkat Kegiatan membidangi penyuluhan di kabupaten/kota dengan melampirkan form 1, form 2, dan form 3. 3 Kabupaten/ Kota a. Tim Penilai kabupaten/kota melakukan penilaian terhadap petani yang diusulkan dari setiap Balai Penyuluhan Kecamatan dan melakukan observasi lapangan; b. Tim Penilai kabupaten/kota memilih dan menetapkan 3 (tiga) orang calon petani berprestasi untuk diusulkan oleh Bupati/Walikota kepada Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan di provinsi dengan melampirkan form 1, form 2, dan form 3. 4 Provinsi a. Tim Penilai Provinsi melakukan penilaian dan observasi lapangan untuk memilih 3 (tiga) orang calon petani berprestasi untuk diusulkan oleh Gubernur sebagai calon petani berprestasi tingkat nasional; b. Gubernur menetapkan 3 (tiga) orang calon petani berprestasi tanpa peringkat untuk diusulkan kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian Pertanian disertai berkas persyaratan (umum, khusus, administrasi, dokumen pendukung sesuai indikator penilaian pada form 4, dan profil keberhasilan). 5 Pusat a. Tim Penilai Pusat melakukan seleksi administrasi dan observasi lapangan terhadap calon petani berprestasi yang diusulkan oleh Gubernur; b. Tim Penilai Pusat mengusulkan kepada Menteri Pertanian 1 (satu) orang petani berprestasi dari setiap provinsi; c. Menteri Pertanian menetapkan 1 (satu) orang petani berprestasi dari setiap provinsi sebagai Petani Berprestasi Tingkat Nasional. 6

BAB IV ORGANISASI PELAKSANA PENILAIAN A. Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana penilaian calon petani berprestasi dimulai dari kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan pusat sebagai berikut: 1. Kecamatan Tim Penilai Balai Penyuluhan Kecamatan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kecamatan ditetapkan oleh Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kecamatan dengan susunan keanggotaan terdiri atas unsur penyuluh pertanian dan organisasi petani. 2. Kabupaten/Kota Tim Penilai Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan susunan keanggotaan terdiri atas unsur badan pelaksana penyuluhan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan dan unit kerja yang membidangi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan dan/atau ketahanan pangan. 3. Provinsi Tim Penilai Provinsi ditetapkan oleh Gubernur dengan susunan keanggotaan terdiri atas unsur badan koordinasi penyuluhan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan dan unit kerja yang membidangi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan dan/atau ketahanan pangan. 4. Pusat Tim Penilai Pusat ditetapkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian atas nama Menteri Pertanian dengan susunan keanggotaan dari lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. B. Tugas Dan Tanggung Jawab 1. Kecamatan a. Tim Penilai Balai Penyuluhan Kecamatan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan bertugas melakukan penilaian baik kelengkapan administrasi maupun observasi lapangan terhadap calon petani berprestasi dan menetapkan 3 (tiga) orang calon petani berprestasi untuk diusulkan ke tingkat kabupaten/kota; b. Tim Penilai Kecamatan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan di kecamatan. 2. Kabupaten/Kota a. Tim Penilai Kabupaten/Kota bertugas memilih 3 (tiga) orang calon petani berprestasi yang diusulkan oleh Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan/kelembagaan yang membidangi penyuluhan; 7

b. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai Kabupaten/Kota dapat dibantu oleh Sekretariat Tim Penilai; c. Tim Penilai Kabupaten/Kota bertanggungjawab langsung kepada Bupati/Walikota. 3. Provinsi a. Tim Penilai Provinsi bertugas melakukan penilaian dan observasi lapangan untuk memilih 3 (tiga) orang calon petani tanpa peringkat yang selanjutnya ditetapkan oleh Gubernur sebagai petani berprestasi tingkat provinsi; b. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai Provinsi dapat dibantu oleh Sekretariat Tim Penilai; c. Tim Penilai Provinsi bertanggungjawab langsung kepada Gubernur. 4. Pusat a. Tim Penilai Pusat bertugas melakukan penilaian dan verifikasi kelengkapan administrasi serta observasi lapangan terhadap calon petani berprestasi yang diusulkan oleh Gubernur; b. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai Pusat dapat dibantu oleh Sekretariat Tim Penilai; c. Tim Penilai Pusat bertanggungjawab langsung kepada Menteri Pertanian. BAB V PENGHARGAAN Penghargaan diberikan kepada petani berprestasi di masing-masing tingkatan wilayah yang ditetapkan melalui Keputusan Camat, Bupati/Walikota, Gubernur dan Menteri Pertanian. BAB VI PEMBIAYAAN Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan penilaian dan pemberian penghargaan kepada petani berprestasi bersumber dari APBN dan APBD provinsi dan kabupaten/kota. BAB VII PENUTUP Pedoman Penilaian Petani Berprestasi merupakan acuan bagi para penyelenggara penyuluhan dari tingkat Pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam penilaian dan penetapan petani berprestasi. MENTERI PERTANIAN, SUSWONO 8