BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit periodontal adalah suatu keadaan dengan kerusakan pada struktur

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL OLEH DOKTER GIGI DI PRAKTEK KOTA MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, obat terbagi menjadi dua yaitu obat paten dan obat generik.

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans dan

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan. oleh mikroorganisme patogen.menurut WHO tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infeksi rongga mulut hingga menyebabkan abses atau

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. 1 Data dari The World Oral Health Report pada tahun 2008, menyatakan penyakit yang berhubungan dengan gigi dan mulut merupakan penyakit terbanyak di dunia. 2 Ada dua penyakit pada gigi dan mulut yang umum terjadi di dunia, yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. 3 Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal tertinggi menurut WHO tahun 2007 terdapat di Asia dan Amerika, sedangkan terendah di Afrika. 4 Hasil data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia adalah 60%, sedangkan prevalensi karies gigi adalah 46,6%. 3 Karies gigi dan penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri yang menyerang jaringan keras dan lunak di rongga mulut. Bakteribakteri yang menginisiasi terjadinya penyakit gigi dan mulut dikenal dengan bakteri biofilm. 3 Bakteri biofilm merupakan flora normal rongga mulut yang saling berhubungan satu sama lainnya dan merupakan suatu substrat yang solid berupa matriks eksopolimer. Di dalam rongga mulut, terdapat beberapa multi spesies bakteri biofilm

yang tidak hanya berhubungan dengan pembentukan plak dan karies gigi, tetapi dapat mengakibatkan infeksi pada jaringan lunak dan periodontal. 5 Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri biofilm dan mikroflora normal yang dapat ditemukan pada rongga mulut. Mikroflora ini dapat bersifat patogen terhadap host apabila dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi, seperti pengonsumsian obat jenis kortikoksteroid atau antibiotik spektrum luas dalam jangka panjang yang mengakibatkan perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi tidak seimbang. 6,7 Infeksi oleh jenis bakteri ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Tanda-tanda khas pada jaringan atau organ tubuh yang terinfeksi oleh bakteri ini yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. 7 Beberapa penyakit infeksi pada rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yaitu abses periodontal, angular cheilitis dan denture stomatitis. 6,8,9 Pencegahan pembentukan bakteri biofilm merupakan proses penting dalam mengendalikan penyebaran infeksi. Pencegahan tersebut dapat menghindari kerusakan jaringan gigi dan penyakit periodontal. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghambat atau merusak struktur bakteri biofilm seperti menggunakan obat antimikroba. 10,11 Antimikroba merupakan obat yang dapat membunuh infeksi mikroba pada manusia, sedangkan antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan suatu mikroba, seperti fungi dan bakteri tanah yang memiliki kemampuan mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. 12 Secara garis besar, antimikroba dibagi

menjadi dua jenis yaitu antimikroba yang membunuh bakteri (bakterisid) dan menghambat petumbuhan bakteri (bakteriostatik). Antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan senyawa kimianya, yaitu golongan Beta Laktam, Aminoglikosida, Makrolida, Tetrasikilin, Kloramfenikol, Fluorokuinolon dan Sulfonamida. 13 Pemilihan antibiotik tersebut didasarkan pada analisis mikrobiologi dari bagian yang terinfeksi dan tanda-tanda klinisnya. Antibiotik merupakan terapi yang sering digunakan oleh dokter gigi untuk membunuh bakteri spesifik dan non spesifik etiologi periodontal. Berikut ini adalah contoh antibiotik yang sering digunakan oleh dokter gigi: turunan Penisilin (Amoksisilin), Siprofloksasin, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Klindamisin, Metronidazol. 14,15 Amoksisilin dan Siprofloksasin merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan oleh dokter gigi di Indonesia. 16 Berdasarkan tinjauan Farmakovigilan dari 334 pasien pada bulan Oktober - November 2012 di Klinik Dens Dental, Sragen, Yogyakarta, dokter gigi dari klinik tersebut sering meresepkan antibiotik dalam pengobatan penyakit gigi dan mulut dengan presentase Amoksisilin (53,57%), Siprofloksasin (35,71%), Co-amoksiklav (9,52%) dan lain lain (1,19%). 17 Bahkan orang awam seringkali ditemukan membeli obat antibiotik tersebut secara bebas tanpa resep dokter. 16 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan sebanyak (86%) rumah tangga di Indonesia menyimpan obat antibiotik tanpa resep dokter, dengan proporsi tertinggi di Kalimantan Tengah (93,4%) dan terenda h di

Gorontalo (74,7%), sedangkan di Sumatera Barat (85,2%). Proporsi tersebut tergolong cukup tinggi di Asia. 18 Penggunaan antibiotik secara irasional dalam terapi atau pencegahan profilaksis bakteri adalah faktor utama terjadinya resistensi. Penyebaran resistensi bakteri dipermudah oleh lemahnya kontrol infeksi dan penggunaan antibiotika spektrum luas. 16 Semakin luas efek antibiotik terhadap mikroorganisme, semakin besar perubahan mikroflora normal dan semakin besar pula suatu mikroorganisme tunggal yang resisten terhadap antibiotik untuk menjadi dominan, menyerang inang, dan menyebabkan infeksi. 19 Beberapa strain bakteri dari Pneumococcus, Enterococcus, Pseudomonas aeruginosa, dan Tuberculosis ditemukan telah resisten terhadap beberapa antibiotik. 13 Munculnya bakteri-bakteri patogen yang resisten terhadap satu (antimicrobacterial resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multiple drug resistance) sangat menyulitkan proses pengobatan infeksi. 14 Walaupun antibiotik tersebut mempunyai manfaat untuk mencegah dan mengobati penyakit gigi dan mulut, tetapi efek samping dapat timbul bila antibiotik digunakan secara terus menerus dan irasional berupa peningkatan bakteri yang resisten. Bakteri dikatakan resisten ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas anti bakteri obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak dapat menimbulkan lebih banyak resiko penyakit infeksi. 16

Untuk mengetahui resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik, penulis memilih dua antibiotik yang banyak digunakan berdasarkan data yang ditemukan pada pengobatan infeksi Staphylococcus aureus yaitu Amoksisilin dan Siprofloksasin. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui perbedaan resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik amoksisilin golongan Beta Laktam dengan antibiotik siprofloksasin golongan fluorokuinolon. Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit umum tipe B pendidikan dan sebagai rumah sakit rujukan bagi rumah sakit tipe C dengan cakupan wilayah kerja Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Sumatera Utara bagian Selatan dimana rumah sakit umum ini memiliki fasilitas Laboratorium yang lengkap dan modern. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana uji resistensi bakteri Stahylococcus aureus terhadap obat antibiotik Amoksisilin yang merupakan golongan Beta Laktam (β-laktam)? 2. Bagaimana uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik Siprofloksasin yang merupakan golongan fluorokuinolon?

3. Bagaimana perbedaan uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus. Terhadap antibiotik Amoksisilin pada golongan Beta Laktam (β -Laktam) dengan obat antibiotik Siprofloksasin pada golongan fluorokuinolon? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik yang memiliki golongan berbeda berdasarkan senyawa kimianya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik golongan Beta Laktam (β -Laktam) dimana dalam hal ini peneliti menggunakan obat antibiotik Amoksisilin. 2. Untuk mengetahui uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik golongan fluorokuinolon dimana dalam hal ini peneliti menggunakan obat antibiotik Siprofloksasin. 3. Untuk mengetahui perbedaan uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik Amoksisilin pada golongan Beta

Laktam (β -Laktam) dan obat antibiotik Siprofloksasin pada golongan fluorokuinolon. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini mampu memberikan manfaat : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai perbedaan uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik golongan Beta Laktam (β-laktam) dan golongan fluorokuinolon. 2. Untuk menambah wawasan bagi peneliti cara menguji resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu. 3. Untuk mengetahui jenis golongan obat antibiotik yang sudah atau belum mengalami resistensi terhadap pertumbuhan bakeri Staphylococcus aureus. 4. Untuk memberikan informasi ilmiah kepada Dinas Kesehatan dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengenai obat antibiotik sudah atau belum mengalami resisten terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 5. Untuk memberikan informasi ilmiah dan wawasan kepada masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pemilihan jenis obat antibiotik yang lebih efektif dalam mengobati penyakit infeksi gigi dan mulut yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

6. Untuk bahan referensi tambahan terhadap peneliti selanjutnya yang memiliki hubungan terhadap uji resitensi bakteri terhadap obat antibiotik golongan Beta Laktam (β-laktam) dan golongan fluorokuinolon. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan uji resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap obat antibiotik golongan Beta Laktam (β -Laktam) yaitu obat antibiotik Amoksisilin dan obat antibiotik golongan fluorokuinolon yaitu obat antibiotik Siprofloksasin. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratorium dengan menggunakan metoda Post Test-Only Group Design.