BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BABII TINJAUAN PUSTAKA. . Aspal adalah bahan padat atau semi padat yang merupakan senyawa

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN GILSONITE SEBAGAI ZAT ADITIF PADA PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN SPESIFIKASI HRS - WC

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk melayani bebanlalu lintas. Agregat yang dipakai dapat berupa

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISA KEHANCURAN AGREGAT AKIBAT TUMBUKAN DALAM CAMPURAN ASPAL ABSTRAK

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II KERANGKA TEORITIS. terletak diantara lapisan dasar tanah dan roda kendaraan, yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanah liat. Fungsi perkerasan adalah untuk menahan atau memikul beban lalu. perkerasan jalan dibagi atas dua kategori yaitu:

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Abstract. Kata Kunci : Asphalt Concrete Wearing Course, SPSS, Karakteristik Marshall. Abstract

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan,maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Sukirman, 2003) Menurut Sukirman dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1992, berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas 3 (tiga) macam yaitu: 1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavements), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. 2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavements), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (Portland cement) sebagai bahan pengikat pelat beton dengan atau tanpa tulangan, diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis fondasi bawah. 3. Konstruksi perkerasan komposit ( composite pavements ), yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat berupa perkerasan kaku diatas perkerasan lentur atau pun sebaliknya. Untuk konstruksi perkerasan lentur sendiri terdiri atas: 1. Lapis permukaan (surface course ), berfungsi sebagai: 7

8 a. Lapisan yang memberikan suatu permukaan yang rata dan tidak licin, b. Lapisan yang mendukung dan menyebarkan beban vertical atau horizontal atau gaya geser dari kendaraan, c. Lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan, d. Sebagai lapis aus. 2. Lapis fondasi atas ( base course ), berfungsi sebagai: a. Lapis pendukung lapis permukaan, b. Pemikul beban vertical dan horizontal, c. Lapisan peresapan bagi lapis fondasi bawah. 3. Lapis fondasi bawah (sub base course ), berfungsi sebagai : a. Lapisan yang menyebarkan beban roda, b. Lapisan peresapan, c. Lapisan pencegah masuknya tanah dasar ke lapis fondasi, d. Lapisan pertama pada pembuatan struktur perkerasan. 4. Tanah dasar (sub grade ), tanah dasar merupakan tanah asli, permukaan tanah galian yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk peletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. 2.2. Aspal Bahan dasar dari aspal adalah hidrokarbon yang umum disebut sebagai bitumen. Aspal yang umum digunakan saat ini terutama berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi, dan disamping itu mulai banyak pula digunakan aspal yang berasal dari pulau Buton. Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen kecil, umumnya 4%-10%

9 berdasarkan berat atau 10%-15% berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang relative mahal (Sukirman, 1992). Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal dapat berubah menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kepori-pori yang ada pada penyemprotan / penyiraman pada pelaksanaan macadam atau pelaburan. Jika temperaturnya mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat thermoplastic )(Sukirman,.1992). 2.3. Agregat Menurut Sukirman (2003) agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmenfragmen. Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah atau mineral lainnya berupa agregat hasil alam maupun hasil pengolahan yang digunakan sebagai bahan utama penyusun jalan. Agregat berbentuk pecah akan memiliki gaya gesek dalam yang tinggi dan saling mengunci, sehingga akan menambah kestabilan

10 konstruksi lapis keras guna menghasilkan stabilitas yang tinggi disyaratkan bahwa minimum 40% dari agregat yang tertahan saringan no.4 memiliki paling sedikitnya 1 bidang pecah (Krebs and Walker, 1971) 2.4. Filler Filler adalah sekumpulan mineral agregat yang umumnya lolos saringan no.200. Filler atau bahan pengisi ini akan mengisi rongga antar apartikel agregat kasar dalam rangka mengurangi besarnya rongga, meningkatkan kerapatan dan stabilitas dari massa tersebut. Rongga udara pada agregat kasar diisi dengan partikel yang lolos saringan 200, sehingga membuat rongga udara lebih kecil dan kerapatan massanya lebih besar (Sukirman, 1992 ) 2.5. Additive Karet Ban-Dalam Bekas Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis) (http://industrikaret.wordpress.com/). Proses pembuatan ban dalam menggunakan tiga bahan utama yaitu karet,karbon hitam dan pelumas. Ketiga material tersebut kemudian dilebur jadi satu agar tercipta gumpalan karet. Kemudian dilanjutkan ke tahapan berikutnya sampai menjadi ban dalam. Sifat-sifat dari karet sebagai berikut : 1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna. 2. Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah. 3. Mempunyai daya aus tinggi 4. Tidak mudah panas (low heat build up) 5. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan.

11 2.6. KarakteristikPerkerasan 2.6.1. Stabilitas Stabilitas lapis perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan jalan menerima beban lalulintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur atau pun bleeding. Stabilitas terjadi dari geser antar butir, pengunci anantar pertikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan terlalu kaku sehingga mudah mengalami retakan, disamping itu karena volum antar agregat kurang, mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. (Sukirman, 1992 ). 2.6.2. Durabilitas (durability) Durabilitas dari lapis keras adalah ketahanan lapis keras tersebut terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas. Faktor yang dapat mempertinggi durabilitas adalah jumlah aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, pemadatan yang benar, campuran aspal dan batuan yang rapat air, serta kekerasan dari batuan penyusun lapis perkerasan tersebut (The Asphalt Institute., 1983 ). 2.6.3. Fleksibilitas (flexibility ) Fleksibilitas dari suatu campuran perkerasan menunjukkan kemampuan untuk menahan lendutan / tekukan misalnya dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan kecil dari lapisan bawahnya terutama lapisan tanah dasar( subgrade), tanpa mengalami keretakan. Untuk meningkatkan kelenturan, pemakai agregat dengan gradasi terbuka sangat sesuai, tetapi dengan pemakaian tersebut akan

12 dihasilkan stabilitas tidak sebaik apabila menggunakan gradasi rapat. Sifat aspal terutama daktilitasnya sangat menentukan kelenturan perkerasan. Aspal yang mempunyai daktilitas rendah, maka dalam campuran perkerasan akan menghasilkan suatu perkerasan yang fleksibilitasnya rendah. (The Asphalt Institute, 1983 ). 2.6.4. Kekesatan (skid resistance) Yang dimaksudkan disini adalah kemampuan dari permukaan perkerasan untuk memperkecil terjadinya roda kendaraan slip atau tergelincir terutama pada waktu permukaan jalan dalam keadaan basah. Permukaan jalan yang kasar mempunyai kekesatan yang lebih baik daripada permukaan jalan yang halus. Permukaan jalan yang terlalu kasar menyebabkan gangguan kenyamanan akibat bunyi yang timbul pada gesek antara ban dengan permukaan jalan, serta ban menjadi mudah aus. Permukaan perkerasan yang mengalami bleeding, kekesatannnya menjadi rendah. Oleh karena itu kadar aspal yang cukup masih tersedia rongga udaranya (3%-5%) untuk pemuaian aspal, akan membantu terjadinya nilai kekesatan yang optimum (The Asphalt Institute, 1983). 2.6.5. Ketahanan Kelelehan ( fatique resistance ) Menurut Sukirman dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1992, ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis tipis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur (rutting )dan retak. Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelehan adalah : 1. VITM, yaitu volume (%) rongga campuran. Persen rongga yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan menyebabkan kelelehan yang lebih cepat.

13 2. VMA (Void in Mineral Agregat), yaitu persen rongga dalam agregat. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi akan mengakibatkan lapis perkerasan menjadi lebih fleksibel. 2.6.6. Kemudahan untuk dikerjakan (workablility ) Menurut Sukirman dalam Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1992, workability adalah kemudahan suatu campuran untuk dicampur, dihamparkan dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Factorfaktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah: 1. Gradasi agregat, agregat bergradasi rapat / baik akan lebih mudah dilaksanakan daripada agregat yang bergradasi lain. 2. Temperature campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat thermoplastic. 3. Kandungan bahan pengisi( filler). 2.7. Hasil Penelitian yang Relevan Salah satu penelitian yang pernah dilakukan yang dapat dijadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah ; 1. Nurkhayati (2007), melakukan penelitian yang dilakukan dengan membandingkan beberapa campuran aspal yang menggunakan beberapa variasi kadar lapisan luar karet vulkanisir pada aspal ( 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% ), serta diteliti juga mengenai perbandingan sifat-sifat campuran HRS-WC dengan menggunakan acuan kadar optimum rencana ( Pb) yang kemudian divariasiakan menjadi variasi kadar aspal ( 6%, 6,5%, 7%, 7,5% dan 8% ) pada kondisi standar ( 2x75 ) tumbukan dan terakhir dilakukan

14 penelitian untuk campuran HRS-WC dengan acuan kadar aspal optimum (KAO) yang kemudian kadar aspalnya divariasikan ( 6,6%, 7,1%, 7,6% dan 8,1% ) serta ditambahkan variasi kandungan karet pada masing- masing kadar aspal ( 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% ) pada kondisi standar (2x75) tumbukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KAO yang dipakai (7,1%) sangat mempengaruhi hasil dari Density, VMA, VIM, Flow, Stabilitas, MQ dan IRS. Campuran HRS-WC dengan berbagai modifikasi prosentase karet pada aspal mampu meningkatkan serta mempertahankan kerapatannya, ikatan antar agregat dengan aspal sebagai bahan pengikat semakin kuat sehingga dapat menahan beban lalu lintas yang berat tanpa terjadi bleeding, keawetan meningkat, elastisitas aspal meningkat dan semakin fleksibel. Penambahan karet pada aspal belum tentu menghasilkan kualitas campuran yang jelek. Untuk jenis campuran HRS-WC dengan variasi kadar karet pada aspal akan menghasilkan nilai struktural campuran aspal yang lebih baik sewaktu aspal 7,1 % dengan penambahan karet pada aspal sebesar 2%. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada jenis additive yang digunakan yaitu karet ban- dalam bekas ban motor, juga kadar additive yang digunakan yaitu ( 0%, 4%, 5% dan 6% ) terhadap kadar aspal sebesar ( 6%, 6,5%, 7% dan 7,5% ) yang mengacu pada persyaratan petunjuk Spesifikasi Umum Divisi-6 Perkerasan Aspal, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010.