Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Jaringan Kerja untuk Inklusi. Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

A. Perspektif Historis

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

TINJAUAN MATA KULIAH...

Penyandang Cacat dan Permasalahannya

Disabilitas dan Pendidikan Inklusif pada Jenjang Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

MENUJU PENDIDIKAN INKLUSIF

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi

Landasan Pendidikan Inklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Di akhir sesi paket ini peserta dh diharapkan mampu: memahami konsep GSI memahami relevansi GSI dalam Pendidikan memahami kebijakan nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Memasuki akhir milenium kedua, pertanyaan tentang

Bagaimana? Apa? Mengapa?

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

Pendidikan Inklusif. Ketika hanya ada sedikit sumber. Judul asli: Inclusive Education Where There Are Few Resources

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI BACIRO KOTA YOGYAKARTA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT...

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan inklusif dalam dasa warsa terakhir memperoleh perhatian dari. Sehingga kajian tentang pendidikan inklusif makin

Centre for Disability Research and Policy

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA

PEMBELAJARAN INDIVIDUAL DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIT 2 HAKIKAT LAYANAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Suparno Edi Purwanto. Pendahuluan

Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar

Pendidikan Berkebutuhan Khusus II. Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

Pengembangan Program Resource Center (RC) SLBN Cileunyi dalam Mendukung Implementasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

MODEL PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG MISKIN DI PEDESAAN MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ANALISIS KEBUTUHAN RINTISAN IMPLEMENTASI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF (SPPI) PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB)

PROSPEK TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Lanjutan Hakikat Pendidikan Inklusif

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ABK DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Transkripsi:

Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama untuk tunarungu di Paris. 1784: Valentin Hauy mendirikan SLB pertama untuk tunanetra di Paris. pertengahan abad ke-19: Edward Seguin mengembangkan SLB untuk tunagrahita di Eropa dan Amerika. Tahun 1960-an: SLB telah didirikan di (semua) negara di dunia dengan model serupa: eksklusif.

Perkembangan SLB di Indonesia 1901: Dr. Westhoff mendirikan Blinden Instituut di Bandung (sekarang Wyata Guna dan SLB/A Bandung. 1927: SLB pertama untuk tunagrahita didirikan di Bandung. 1930: SLB pertama untuk tunarungu didirikan di Bandung. 2002: Terdapat 1118 SLB di Indonesia, untuk berbagai kategori kecacatan, dengan 48522 siswa (= ± 7,5% populasi ABK usia sekolah.

Implikasi Segregasi ABK punya akses yang lebih baik ke kegiatan kurikuler. Lingkungan sekolah lebih aksesibel. TETAPI: Persentase populasi ABK yang bersekolah sangat kecil: Sebagian besar SLB ada di perkotaan, sedangkan sebagian besar ABK ada di pedesaan; Perlu biaya besar untuk mendirikan SLB guna mengakomodasi seluruh populasi ABK usia sekolah. Segregasi memisahkan orang berkebutuhan khusus dari masyarakat umum sehingga: OBK cenderung berkesulitan untuk bersosialisasi; Mispersepsi masyarakat tentang OBK cenderung dipertahankan.

Perkembangan Pendidikan Inklusif di Dunia 1960-an: Pendidikan integrasi (terutama bagi tunanetra) mulai dipraktekkan di beberapa negara. 1980-an: Istilah inclusive education diperkenalkan dan dipraktekkan di Canada dan berkembang ke AS dan negara-negara lain. 1994: Istilah pendidikan inklusif pertama kali muncul dalam dokumen kebijakan internasional: The Salamanca Statement, The World Conference on Special Needs Education

Perkembangan PI di Indonesia 1960-an: Integrasi siswa tunanetra di sekolah menengah umum dimulai atas inisiatif individual. 1978-1986: Proyek Pendidikan Terpadu bagi anak tunanetra dengan bantuan teknis HKI. 1999: Pemerintah memperkenalkan gagasan pendidikan inklusif dengan bantuan teknis dari Universitas Oslo, melalui seminar dan lokakarya. 2002: Rintisan sekolah inklusif di beberapa kota.

Landasan Berpikir PI Manusia dilahirkan equal meskipun berbeda-beda. Masyarakat yang normal ditandai dengan keberagaman, bukan dengan keseragaman. Dengan inklusi, orang dapat saling menyadari adanya lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Integrasi ABK tercapai dengan sebaik-baiknya apabila mereka ditempatkan di sekolah inklusif. PI merupakan alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas antara ABK dengan teman-teman sebayanya dan akhirnya dengan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan PI menuntut usaha bersama: guru, staf sekolah, teman sebaya, orang tua, keluarga dan relawan Usaha bersama itu harus didasari keyakinan, komitmen dan niat baik semua pihak

Prinsip Dasar PI Selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus mengenal dan merespon terhadap kebutuhan yang berbeda-beda dari para siswanya, mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan belajarnya, dan menjamin diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada semua siswa. Hal itu dapat dicapai melalui penyusunan kurikulum yang tepat, pengorganisasian yang baik, pemilihan strategi pengajaran yang tepat, pemanfaatan sumber-sumber dengan sebaik-baiknya, dan penggalangan kemitraan dengan masyarakat sekitar.

Kekecualian Penempatan anak secara permanen di SLB atau kelas khusus di sekolah reguler seyogyanya merupakan suatu kekecualian: Untuk kasus-kasus tertentu di mana terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di kelas reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan anak, Bila diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan Bila kehadiran ABK terbukti mengangu kesejahteraan anak-anak lain di sekolah itu.

Faktor Pendukung Keberhasilan PI (1) Sikap dan Keyakinan yang Positif: Guru reguler yakin bahwa ABK dapat berhasil. Kepala sekolah merasa bertanggung jawab atas hasil belajar ABK. Seluruh staf dan siswa sekolah yang bersangkutan telah dipersiapkan untuk menerima kehadiran ABK. Orang tua ABK terinformasi dan mendukung tercapainya tujuan program sekolah. GPK memiliki komitmen untuk berkolaborasi dengan guru reguler di kelas.

Faktor Pendukung Keberhasilan PI (2) Akses ke Kurikulum dan Lingkungan: Tersedia program keterampilan kompensatoris (misalnya: Braille, O&M). Tersedia peralatan khusus dan teknologi asistif untuk memungkinkan ABK mengakses semua kegiatan kurikuler (misalnya: buku Braille, screen reader). Lingkungan fisik sekolah diadaptasikan agar lebih aksesibel bagi ABK (misalnya: ramp, tanda-tanda taktual).

Faktor Pendukung Keberhasilan PI (3) Dukungan Sistem: Sistem penerimaan siswa baru yang nondiskriminatif dan akomodatif bagi semua anak. Tersedia personel dengan jumlah yang cukup, termasuk GPK dan tenaga pendukung lainnya. Terdapat upaya pengembangan staf dan pemberian bantuan teknis yang didasarkan pada kebutuhan personel sekolah (misalnya pemberian informasi yang tepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kecacatan, metode pengajaran). Terdapat kebijakan dan prosedur yang tepat untuk memonitor kemajuan setiap ABK, termasuk untuk asesmen dan evaluasi hasil belajar.

Faktor Pendukung Keberhasilan PI (4) Metode Mengajar: GPK menyiapkan PPI bagi ABK. Guru reguler, GPK dan spesialis lainnya berkolaborasi DALAM PENGAJARAN DI KELAS. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memilih dan mengadaptasikan materi pelajaran dan metode pengajaran menurut kebutuhan khusus setiap siswa. Dipergunakan berbagai strategi pengelolaan kelas (team teaching, cross-grade grouping, peer tutoring, teacher assistance team). Guru menciptakan lingkungan belajar kooperatif dan mempromosikan sosialisasi bagi semua siswanya.

Faktor Pendukung Keberhasilan PI Resource Center: (5) Proaktif memberikan advis dan konsultasi. Menyediakan layanan guru kunjung. Menyediakan alat bantu khusus. Menyelenggarakan pelatihan. Menyelenggarakan kampanye kesadaran masyarakat.

Landasan Kebijakan Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua (1990) Peraturan Standar PBB tentang Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat (1993) Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi mengenai Pendidikan Kebutuhan Khusus (1994) Konvensi PBB tentang Hak Asasi Penyandang Cacat (2006) UU RI No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Penjelasan Pasal 15 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 41(1)

Dipresentasikan Oleh Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)