26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Produktivitas Kerja Karyawan 1. Definisi Produktivitas Kerja Karyawan Pengertian produktivitas kerja karyawan telah banyak dikemukakan para ahli, baik ahli ekonomi, manajemen, manajemen sumber daya manusia, maupun ahli perilaku organisasi. Siagian (2002) mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal. Hal senada juga dinyatakan oleh Nawawi (1998), bahwa produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber kerja yang dipergunakan (input). Dari pengertian tersebut maka produktivitas dipandang sebagai rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input). Untuk itu produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang dipergunakan. Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan rendah, jika hasil yang diperoleh lebih kecil daripada sumber kerja yang dipergunakan. 11
27 Produktivitas kerja juga dinyatakan sebagai efektivitas menunjukkan sejauh mana tujuan, sasaran atau hasil yang direncanakan dapat dicapai. Sedang efisiensi menunjukkan sejauhmana sumber daya yang tersedia digunakan dengan benar. Dengan kata lain, efektivitas menunjukkan kemampuan untuk mencapai tujuan, sasaran, atau target yang telah ditetapkan, sedang efisiensi menunjukkan kemampuan untuk memperoleh keluaran atau hasil tertentu dengan menggunakan sumberdaya atau masukan yang minimal (Handoko, 1994 dalam Sasmita, 2007). Beberapa pendapat yang memandang produktivitas kerja sebagai kombinasi dari efisiensi dan efektivitas dikemukakan oleh Robbins (1996), bahwa produktivitas sebagai suatu kinerja yang mencakup keefektifan dan efisiensi. Pendapat Robbins (1996) sejalan dengan pendapat Bettignies (1985), produktivitas telah dirumuskan sebagai hasil penjumlahan (summing-up) dari efektivitas + efisiensi. Sedang Atmosaeprapto (2001) memandang produktivitas sebagai fungsi dari efektivitas pencapaian sasaran dan efisiensi penggunaan masukan. Produktivitas = f (efektivitas, efisiensi). Hubungan antara efektivitas dan efisiensi dalam fungsinya sebagai penentu produktivitas (dalam Sasmita, 2007). Dengan demikian dapat dikatakan sebagai hasil, produktivitas menunjukkan ukuran teknis, yang menunjukkan perbandingan antara
28 keluaran yang dihasilkan dengan masukan sumber-sumber yang digunakan, atau sebagai kombinasi dari efektivitas dalam mencapai sasaran dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya masukan. Aigner (1986) yang dikutip oleh Sasmita (2007), sebagai suatu proses, pengertian produktivitas intinya mengandung makna the will (keinginan) dan effort (upaya) manusia untuk berusaha meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Berkaitan dengan pendapat tersebut Kopelman (1985) juga menyatakan produktivitas sebagai state of mind-mind being confident that tomorrow can better than to day through one s own effort, artinya suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Definisi tersebut sejalan dengan pengertian produktivitas yang dinyatakan oleh Dewan Produktivitas Nasional seperti yang dikutip oleh Umar (2003) yaitu suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap mental yang demikian membuat orang selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan-peningkatan. Orang yang memiliki sikap seperti itu akan terdorong menjadi dinamis, kreatif,
29 inovatif, dan terbuka, namun tetap kritis dan tanggap terhadap ide-ide baru dan perubahan-perubahan. Mengikuti pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian produktivitas pada dasarnya dapat dilihat sebagai hasil dan juga sebagai proses. Sebagai hasil, produktivitas menunjukkan ukuran teknis, yang menunjukkan perbandingan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan sumber-sumber yang digunakan, atau sebagai kombinasi dari efektivitas dalam mencapai sasaran dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya masukan. Sebagai proses, esensi pengertian produktivitas mengandung makna sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam kontek pekerjaan, produktivitas berarti, cara kerja hari ini harus lebih baik dari cara kerja kemarin, dan hasil yang dicapai besok harus lebih banyak atau lebih baik dari yang diperoleh hari ini. 2. Teori Produktivitas Kerja Produktivitas yang diukur oleh daya guna (efisiensi) penggunaan personel sebagai tenaga kerja, Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai waktu
30 yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai dengan uang sehingga produktivitas kerja ini hanya dapat digambarkan melalui efisiensi personal dalam melak-sanakan tugas-tugas pokoknya. Produktivitas ini dapat diperoleh gambarannya dari dedikasi, loyalitas, kesungguhan, disiplin, ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan lain-lain yang tampak selama personal sebagai tenaga kerja melaksanakan volume dan beban kerjanya. Faktor kunci yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas adalah sikap orang-orang yang bekerjasama. Untuk memacu agar karyawan memiliki produktivitas yang tinggi maka usaha yang harus dilakukan adalah usaha perbaikan sumber daya manusia, sehingga akan ditemukan sumber daya manusia yang profesional. Maister (2004) menekankan profesionalisme bukan hanya sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi profesionalisme lebih merupakan suatu sikap. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Siagian (2002) menyatakan masalah produktivitas kerja dapat dilihat masalah keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal inilah perlu adanya pemahaman yang tepat tentang faktorfaktor penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja. Faktor-faktor tersebut adalah :
31 a. Perbaikan terus-menerus Dalam hal ini diharapkan tidak adanya titik jenuh dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah bahwa seluruh komponen perusahaan harus melakukan perbaikan secara terusmenerus b. Peningkatan Mutu Hasil Pekerjaan Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus ialah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan komponen perusahaan. Jika secara tradisional ditekankan pentingnya orientasi hasil untuk dianut oleh manajemen, dewasa ini lebih ditekankan lagi orientasi hasil kerja dengan mutu yang semakin tinggi. c. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik di dalam organisasi. Tidak ada pilihan lagi bagi manajemen kecuali menerima hal ini. Memberdayakan manusia dengan berbagai kiat seperti : mengangkat harkat dan martabat manusia, manusia mempunyai hak-hak yang bersifat asasi dan tidak ada manusia lain termasuk manajemen yang dibenarkan untuk melanggar hak-hak tersebut. Suatu kiat yang terbukti ampuh dalam pemberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi ialah penerapan gaya
32 manajemen yang berpartisipatif melalui proses demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi, dan pemerkayaan mutu kekaryaan. 3. Ciri-Ciri dari Produktivitas Kerja Menurut Ranfd (dalam Timpe, 1992), ciri karyawan yang memiliki produktivitas kerja tinggi meliputi : (Sasmita, 2007) a. Lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan 1) Cerdas dan dapat belajar dengan relative cepat 2) Kompeten secara professional 3) Kreatif dan inovatif 4) Selalu meningkatkan diri. b. Bermotivasi tinggi 1) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan 2) Tekun bekerja secara produktif pada suatu tugas sampai selesai 3) Mempunyai kemauan keras untuk bekerja (Selalu Sibuk) 4) Bekerja efektif dengan atau tanpa pengawasan c. Dewasa 1) Berintegritas tinggi, bersikap seadanya, jujur, dan tulus 2) Mantap secara emosional, dan percaya diri 3) Mandiri, percaya diri, dan berdisiplin tinggi 4) Dapat bekerja dibawah tekanan
33 d. Dapat bergaul dengan efektif 1) Pribadi yang menyenangkan, dapat diterima baik oleh atasan dan sesama rekan kerja. 2) Berkomunikasi dengan jelas, dan terbuka terhadap saran-pendengar yang baik. 3) Bekerja produktif dalam rangka upaya tim 4) Bekerja sama berbagi gagasan berbagi gagasan/membantu teman dalam bekerja. Dengan demikian dalam penelitian ini karyawan dikatakan produktif apabila mampu menunjukkan ciri-ciri lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan, bermotivasi tinggi, dewasa, dapat bergaul dengan efektif, maka dapat dikatakan karyawan memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi (Ranfd, Timpe, 1992, dalam Sasmita, 2007). 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja yang baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Anoraga (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah : a. Pendidikan, pada umumnya seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi.
34 b. Motivasi, dengan mengetahui motivasi dari karyawan, maka pimpinan dapat membimbing dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik. c. Disiplin kerja, kediplinan dapat dibina melalui latihanlatihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya yang akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan. d. Ketrampilan, ketrampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas karyawan. Ketrampilan dapat ditingkatkan melalui kursus-kursus, latihan dan lain sebagainya. e. Sikap Etika Kerja, sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi, selaras dan simbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain, dan etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya karena dengan terciptanya hubungan tersebut dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas kerja. f. Gizi dan Kesehatan, gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan, dan semua itu akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. g. Tingkat Penghasilan, Dengan penghasilan yang cukup, akan memberikan semangat kerja bagi tiap
35 karyawan untuk memacu prestasi kerja sehingga produktivitas kerja akan tercapai. h. Lingkungan Kerja dan Iklim Kerja, Hal ini sangat penting untuk mendapat perhatian karena sering karyawan enggan bekerja karena tidak ada kekompakan kerja atau ruang kerja yang tidak nyaman, hal ini akan mengganggu kerja karyawan. i. Teknologi, Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin otomatis dan canggih, dapat mendukung tingkat produksi dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan. j. Sarana Produksi, Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi. k. Jaminan Sosial, Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dngan harapan agar karyawan semakin bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja. l. Manajemen, Dengan manajemen yang baik, maka karyawan akan terorganisasi dengan baik pula. Dengan demikian, produktivitas kerja karyawan akan tercapai. m. Kesempatan Berprestasi, setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,
36 dengan diberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan produktivitasnya. F. Lingkungan Kerja Fisik 1. Definisi Lingkungan Kerja Fisik Gie (2000) mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja. Nitisemito (2001) mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan misalnya kebersihan, musik dan lain-lain. Menurut Triguno (1999) lingkungan kerja fisik adalah sarana dan prasarana yang ada di tempat karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan didalam menjalankan tugastugas yang dibebankan Sedang lingkungan kerja fisik menurut Sedarmayanti (2001) adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung. Kemudian Moekijat (2002) mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai sesuatu yang berada di sekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
37 Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik adalah keadaan fisik dimana para karyawan menjalankan tugas kewajiban yang mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sehari-hari. 2. Teori Lingkungan Kerja Perlengkapan dan mesin-mesin yang dipergunakan dan tata ruang yang diikuti mempengaruhi lingkungan kerja fisik perusahaan pada umumnya, akan tetapi pewngaruh yang lebih besar adalah kondisi-kondisi kerja fisik dalam kondisi-kondisi mana pekerjaan harus dilakukan. Kondisi-kondisi pekerjaan ini harus menyenangkan, enak dan mengakibatkan kebiasaankebiasaan pekerjaan yang baik. Untuk memberikan kondisi yang demikian memerlukan perencanaan (Moekijat, 2002). Diantara faktor-faktor yang penting dari pada lingkungan kerja fisik dalam kebanyakan perusahaan adalah : penerangan, kebersihan dan warna, udara, suara, dan keamanan (Moekijat, 2002). Perencanaan untuk lingkungan fisik tidak dapat dipertimbangkan secara dari pada bidang-bidang perencanaan perusahaan yang penting lainnya. Semua harus dikoordinir dengan seksama (Moekijat, 2002).
38 3. Ciri-Ciri dari Lingkungan Kerja Fisik Moekijat (2002) menyatakan bahwa ciri-ciri dari lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut : a. Perpindahan pegawai berkurang Pelaksanaan pekerjaan yang sukses memerlukan penerangan yang baik. Penerangan yang baik membantu karyawan untuk melihat dengan cepat, mudah dan senang. Kondisi tersebut berdampak pada perpindahan pegawai berkurang. b. Semangat kerja lebih tinggi Semangat kerja para pegawai yang lebih baik akan diperoleh apabila mereka merasa bahwa manajemen (pimpinan) menaruh perhatian terhadap keadaan baik mereka, dan apabila suasana pekerja menyenangkan. Penerangan yang baik dsan penggunaan warna yang tepat dapat membantu meningkatkan semangat kerja karyawan. c. Hasil pekerjaan lebih banyak atau mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perubahan kondisi-kondisi penerangan yang kurang menjadi kondisi-kondisi penerangan yang baik hamper selalu mengakibatkan tambahan dalam tingkat hasil pekerjaan.
39 d. Keletihan berkurang Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruang sangat diperlukan, apalagi dalam ruangan tersebut penuh pegawai. Pertukaran udara yang cukup dalam ruangan akan menyebabkan kesegaran fisik karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebaliknya pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa pengap sehingga mudah menimbulkan kelelahan dari karyawan. Begitu juga dengan adanya suara gaduh, karyawan mungkin tidak menyadari pengaruh kegaduhan suara, tetapi setelah beberapa waktu orang akan menjadi sangat lelah dan lekas marah sebagai pengaruh suara yang gaduh. e. Suasana kantor memungkinkan menjadi tampak menyenangkan dan menarik pemandangan. Pewarnaan ruangan kantor yang baik memungkinkan ruangan menjadi tampak menyenangkan dan menarik pemandangan. f. Mengurangi kejenuhan karyawan dalam bekerja. Warna tidak hanya mempercantik ruangan tempat bekerja akan tetapi juga membantu karyawan mengurangi kejenuhan saat bekerja. g. Kerasan untuk berlama-lama di lingkungan perusahaan
40 Kebersihan mempunyai kaitan erat dengan kesehatan, karena kebersihan yang terjaga dapat penyebabkan karyawan merasa nyaman berada di dalam ruangan kerja, sehingga secara psikologis karyawan akan merasa lebih betah untuk berlama-lama dalam ruangan kantor. h. Konsentrasi karyawan saat bekerja lebih baik. Sebagian besar dari pekerjaan merupakan membutuhkan konsentrasi pikiran, oleh karena itu diusahakan agar jangan banyak terjadi suara-suara gaduh. Suara yang gaduh menyebabkan kesulitan memusatkan fikiran, dalam menggunakan telepon dan dalam melaksanakan pekerjaan kantor dengan baik. i. Mutu pekerjaan yang dihasilkan karyawan lebih baik. Perubahan kondisi-kondisi penerangan yang kurang menjadi kondisi-kondisi penerangan yang baik hampir selalu mengakibatkan tambahan dalam tingkat hasil pekerjaan. j. Kesenangan dan kesehatan karyawan yang bertambah baik. Adanya ventilasi udara yang cukup untuk pertukaran udara, dan fasilitas-fasilitas seperti : Air Conditioning mampu meningkatkan kesenangan dan kesehatan karyawan yang berada di dalamnya. Selain itu dengan
41 adanya hal-hal tersebut mampu memberikan keuntungan-keuntungan ekonomi bagi perusahaan. k. Karyawan lebih tenang dalam bekerja. Warna mempengaruhi proses-proses perasaan, pengertian, dan pikiran. Misalnya warna biasanya mempunyai pengaruh yang penting atas tekanan darah dan ketegangan syaraf. Warna tertentu akan mempengaruhi pikiran dari beberapa orang dengan perasaan atau pikiran yang baik, warna lain mempunyai pengaruh yang sebaliknya. Dengan demikian pemilihan warna yang tepat akan mempengaruhi ketenangan karyawan dalam bekerja. G. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Produktivitas Kerja Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah lingkungan kerja fisik karyawan (Anoraga dan Suyatni, 2001). Sedarmayati (2001) menyatakan bahwa lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja fisik tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja fisik mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang
42 melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Gomes (2001) juga menyatakan bahwa lingkungan fisik kerja tidak nyaman akan mengurangi kesempatan bagi pekerja untuk bekerja secara efisien dan efektif. Seorang karyawan yang bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik, sebaliknya jika seorang karyawan bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak memadai dan mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan membuat karyawan yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga produktivitas kerja karyawan tersebut akan rendah. Menurut Moekijat (2002) untuk mendapatkan suasana, kerja yang baik, perlu memperhatikan berbagai faktor penunjang dalam lingkungan kerja fisik, seperti : penerangan, kebersihan dan warna, udara, suara, dan keamanan. Penjelasan tersebut di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wantoro (2006) dengan subyek karyawan bagian produksi di PT. Poliplas Makmur Sentosa, menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik yang diukur melalui indikator : sarana penerangan, pencahayaan matahari, kebersihan ruang kerja, paduan warna di ruang
43 kerja, ventilasi udara, tingkat gangguan suara, rasa aman terhadap kepemilikan barang pribadi dan beraktivitas di lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Poliplas Makmur Sentosa Ungaran dengan kontribusi sebesar 0,424 atau 42,40 %. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2006) dengan subyek karyawan bagian produksi di PT. Bina Guna Kimia Ungaran juga menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik yang diukur dengan indikator : kualitas penerangan di ruang kerja, kebersihan ruang kerja, kualitas paduan warna di ruang kerja, kecukupan ventilasi udara, dan tingkat kebisingan ruang kerja secara signifikan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Bina Guna Kimia Ungaran, namun kontribusi yang diberikan dalam hal ini hanya sebesar 0,250 atau 25,00 %. Dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan tersebut memberikan sebuah penguatan bahwa lingkungan kerja fisik karyawan yang nyaman akan mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Namun demikian dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa konstribusi faktor lingkungan kerja fisik antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas kerja karyawannya. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Amir & Sahibzada dengan judul Dampak Lingkungan Kantor Terhadap Tingkat Produktivitas Karyawan Di Sektor
44 Swasta Pakistan menunjukkan bahwa confort of level office memiliki korelasi sebesar 0,468 signifikan pada taraf 0,01 dan office layout memiliki korelasi sebesar 0,376 signifikan pada taraf 0,01. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Taiwo (2008) dengan judul Pengaruh lingkungan kerja Pada Produktivitas Pekerja (Studi Kasus Pada Pekerja Minyak dan Gas di Lagos, Nigeria) menunjukkan jika kondisi kerja yang buruk memberikan kontribusi terhadap rendahnya produktivitas karyawan, dibuktikan nilai t-hitung (3,61) > t- tabel (2,00). Dari uraian penjelasan di atas memberikan deskripsi secara jelas, bahwa lingkungan kerja fisik merupakan salah satu faktor yang memiliki kontribusi dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan. H. Hipotesis Penelitian Ha : Lingkungan kerja fisik dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap produktivitas kerja karyawan Le Bringin Hotel Salatiga