HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA EPILEPSI DI KECAMATAN MANYARAN DAN KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

ASPEK SEXUALITAS DALAM KEPERAWATAN. Andan Firmansyah, S.Kep., Ns.

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

Keseimbangan Seks & Seksualitas,KDK/KDM- Sal

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

EVALUASI DIRI PADA REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB IV ANALISIS DATA. fungsi yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu akan berubah juga. Dampaknya dapat dirasakan akibat perubahan

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. maka diharapkan dapat tercapai suatu derajat kehidupan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

Transkripsi:

HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA 21-55 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 KEPERAWATAN OLEH : INDRIYAS SETYAWAN J.220060025 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan seksual mencakup aspek fisik dan psikososial individu tentang nilai diri dan hubungan interpersonal yang positif. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah seks. Pemenuhan maksimal akan hal ini dimulai oleh sementara kalangan, dapat menentukan baik buruknya kualitas hidup seseorang. Masalah pasien yang melibatkan seksualitas termasuk konflik pribadi dan emosi. Seks adalah topik yang sudah lama dianggap tabu untuk diperbincangkan oleh orang dewasa. Secara bertahap, lebih dari 30 sampai 50 tahun, pengetahuan tentang seks dan pembicaraan tentang masalah seksualitas telah dikenal sebagai hal yang penting dan perlu bagi perkembangan manusia. Sejak pertengahan tahun 1960-an tenaga perawat kesehatan telah mengenali keterkaitan kesehatan seksual sebagai komponen kesejahteraan. Meskipun demikian, banyak pasien dewasa yang kurang pengetahuan tentang seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan seksualitas. Misalnya; kekawatiran mencakup hal tentang melakukan kembali hubungan seksualitas setelah melahirkan, kenormalan perkembangan, dan ansietas terhadap efek medikasi antihipertensif pada fungsi seksual. 1

2 Banyak perawat merasa tidak nyaman membicarakan masalah seksualitas dengan pasien, tetapi mereka dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dengan beberapa metode. Keinginan seksual beragam diantaranya individu: sebagian orang menginginkan seks dan menikmati seks setiap hari, sementara yang lain menginginkan seks hanya sekali satu bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut. Keinginan seksual menjadi masalah jika pasien semata-mata menginginkan untuk merasakan keinginan hubungan seks lebih sering, jika keyakinan pasien adalah penting untuk melakukan pada beberapa norma kultur, atau jika persediaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik. (Ferry, 2005). Seksualitas merupakan fenomena yang komplek dan terkait dengan berbagai aspek yaitu biologis, psikologis, interpersonal dan perilaku. Fungsi seksual dapat dilihat dari kemampuan individu memelihara hubungan interpersonal, meneruskan hubungan intim dan aktivitas seksual. Fungsi seksual bebeda pada tiap individu sesuai dengan tingkat perkembangannya. Namun fungsi seksual tergantung pada keadaan kesehatan, kepentingan dan daya tarik pasangan (Keliat, 1998). Kebutuhan Seks (Sex Needs), yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi mereka yang sudah matang fungsi biologisnya. Kesalahan mendasar dan fatal Sigmund Freud (1856-1939) adalah menfokuskan pembahasan psikologinya bahwa semua KDM manusia berasal dari kebutuhan seks ini. Tak dapat kita salahkan pandangan

3 Freud tersebut, bila kita dapat memahami keadaan sosial masyarakat di jamannya, yang sangat tabu membicarakan masalah seks ( Syukri, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kenzi dalam subinarto (2004) sebagaimana dikutip Dr. M. Qarani, pria yang telah menikah yang berusia antara 21 25 tahun rata-rata dapat melakukan hubungan seks sebanyak 3 kali dalam seminggu. Sedangkan yang berusia antara 31 35 tahun rata-rata melakukan hubungan seks dua kali dalam seminggu. Jumlah ini akan berkurang lagi hingga hanya bisa melakukan hubungan seks tiga kali dalam dua minggu pada saat pria berusia 45 tahun. Kemudian hanya satu kali dalam satu minggu untuk pria yang telah melewati usia 56 tahun. Sejumlah penyakit dapat memunculkan gangguan dalam aktivitas seks kaum pria. Tidak sedikit kaum pria yang langsung turun rasa percaya dirinya terkait dengan aktivitas seks mereka. Begitu dirinya divonis mengidap penyakit tertentu yang dapat menimbulkan gangguan aktivitas seks. Padahal dengan memahami persoalan yang sesungguhnya, tidak menutup kemungkinan mereka masih dapat menikmati aktivitas seks mereka secara normal. (Subinarto, 2004). Sistem nilai seksual merupakan keyakinan pribadi dan keinginan yang berkaitan dengan seksualitas. Sistem seksual ini dibentuk sepanjang perjalanan hidupnya. Pengalaman ini dapat membuat klien mudah untuk berhadapan dengan masalah seksual dalam lingkungan perawatan atau dapat pula menghambat klien dalam mengekspresikannya. Dengan demikian perhatian utama perawat terhadap klien adalah apakah perilaku, sikap, perasaan, sikap

4 seksual spesifik itu normal. Klien yang dirawat juga harus diberi privasi ketika dikunjungi oleh pasangan seksualnya. Privasi ini memungkinkan waktu pembicaraan intim, menyentuh, atau berciuman. Ketika orientasi atau nilai seksual perawat berbeda dengan klien maka sesuatu yang aneh atau salah menurut perawat mungkin tampak normal dan dapat diterima oleh klien. Menurut Wahyudi (2000) perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku (Purnawan, 2004). Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang penelitian pendahuluan dari 10 responden wanita usia produktif 2 yang menjawab membutuhkan, 4 menjawab tidak membutuhkan dan yang lainya kembali dengan jawaban kosong. Sedangkan 10 responden laki-laki usia produktif 8 diantaranya masih mempunyai keinginan dalam pemenuhan kebutuhan seksual. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan lamanya perawatan pasien dengan motivasi kebutuhan seksual pada laki-laki usia produktif di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka penelitian dapat merumuskan masalah yaitu Apakah terdapat hubungan lamanya perawatan pasien

5 dengan motivasi kebutuhan seksual pada laki-laki 21-55 tahun di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana hubungan lamanya perawatan pasien dengan motivasi kebutuhan seksualitas pada usia produktif. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi sikap seksual pasien. b. Mengetahui hubungan lamanya perawatan pasien dengan motivasi kebutuhan seksual pada laki-laki usia 21-55 tahun di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta. D. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian sejenis tetapi peneliti mengambil 1 sampel penelitian sebagai acuan dalam penyusunan skripsi, yang berjudul: Hubungan Antara Derajat Kepuasaan Seksual Dengan Sikap Terhadap Extramarital Sex (diteliti oleh Monty P. Satiadarma, MS, MFCC dan Sri Triatri). Skripsi ini merupakan penelitian yang berlatar belakang masalah kepuasan seksual dalam perkawinan, yang diperkirakan memiliki hubungan dengan seks ekstramarital. Berdasarkan teori Hirarki Kebutuhan dari A.H. Maslow, seks adalah kebutuhan dasar fisiologi yang harus dipenuhi kemungkinan untuk itu telah

6 memenuhi syarat, dan berdasarkan Teori Equity dari Hatfield, seks ekstramarital adalah suatu usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan dalam diri yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan seksual dalam perkawinan. Mengingat terdapatnya faktor lingkungan yang mungkin turut mempengaruhi apakah terdapat hubungan antara kepuasan seksual dengan perilaku seks ekstramarital. Penelitian ini menggunakan dua buah Skala Likert. Skala pertama mengukur derajat kepuasan seksual dan yang kedua mengukur sikap terhadap seks ekstramarital. Hasil pengukuran dari masingmasing skala dikorelasikan dengan Korelasi Produk Momen Biserial Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif kuat antara kedua fenomena tersebut, yang artinya bahwa semakin puas dalam kebutuhan seksual maka semakin baik sikap terhadap seks ekstramarital (Triatri, 2003).