BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Halitosis, fetor oris, oral malodor atau bad breath adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hilangnya gigi. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lidah merupakan organ penting pada rongga mulut yang bersifat kompleks. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai macam bakteri (Monea dkk, 2014). Dorsum lidah merupakan bagian lidah yang paling disukai bagi berbagai macam spesies bakteri karena dorsum lidah terletak pada bagian paling posterior, sehingga lebih sulit dijangkau untuk membersihkannya dibandingkan bagian rongga mulut yang lain (Danser dkk, 2003). Dorsum lidah juga merupakan daerah paling banyak terdapatnya akumulasi debris dan mikroorganisme. Lapisan biofilm yang terbentuk pada permukaan lidah merupakan struktur dinamis dengan komposisi bakteri, sisa sel-sel epitel oral mukosa oral, leukosit yang berasal dari poket periodontal, metabolit darah dan nutrien lainnya (Casemiro dkk, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Sarazzin menunjukkan bahwa dorsum lidah hampir tidak pernah bebas dari bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. Kolonisasi kedua spesies bakteri ini bisa mencapai hampir 90% massa bakteri di lidah. Bahkan tonsil, gigi dan gusi juga dihuni oleh bakteri yang terdapat pada lidah, terutama berasal dari bagian posterior lidah (Danser dkk, 2003). Penelitian lain juga membuktikan bahwa bakteri Streptococcus menghuni plak supragingiva seperempat

2 dari total jumlahnya dalam rongga mulut, sementara separuhnya terisolasi pada lidah dan saliva (Samaranayake, 2002). Permukaan lidah menjadi reservoir atau tempat paling dominan bagi bakteribakteri patogen yang dapat mempengaruhi secara langsung dalam proses pembentukan karies, halitosis, maupun periodontitis. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh tim dosen dari Faculty of Dental Medicine, UMF Tîrgu-Mureş, Romania menyebutkan bahwa terdapat beberapa bakteri pada lidah yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal, seperti Streptococcus mutans (29%), A.actinomycetemcommitans (10%), P.gingivalis (7%). Dari total 32 orang yang dijadikan sampel, bakteri Streptococcus mutans ditemukan pada plak gigi dan dorsum lidah (Monea dkk, 2014). Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Lindquist dan juga telah diteliti oleh Krasse menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara mikroorganisme pada lidah dan keberadaannya pada saliva (Casemiro,dkk, 2008). Hasil penelitian lain juga menemukan bahwa bakteri Streptococcus mutans juga ditemukan pada saliva. Koloni Streptococcus mutans pada saliva berhubungan erat dengan jumlah dari koloni bakteri tersebut pada permukaan lidah. Bakteri oral ini memiliki beberapa habitat, terutama pada bagian dorsum lidah. Penelitian lain juga membuktikan bahwa terdapatnya hubungan antara mikroorganisme pada lidah dan keberadaannya pada saliva (White, 2004). Lidah menjadi faktor penting dalam mempengaruhi tingkat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi (Monea dkk, 2014). Mikroorganisme yang berkoloni pada lidah

3 berkontribusi dalam pembentukan plak gigi (Danser dkk, 2003). Pembentukan biofilm paling dominan dipengaruhi oleh streptococcus sp. rongga mulut dengan proporsi lebih dari 66 %, yang biasanya terakumulasi pada saliva, dimana S. salivarius dan S. sanguinis memiliki kemampuan yang rendah untuk membentuk lapisan biofilm, sedangkan Streptococcus mutans memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan akumulasi biofilm (Cardoso, 2015). Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling berperan dominan dalam pembentukan karies dan plak gigi (Al-Mudallal dkk, 2008). Bakteri ini termasuk golongan Streptococcus viridians (bersifat α-hemolitik) yang merupakan kelompok Streptococcus paling dominan di rongga mulut. Penemuan koloni bakteri ini dihubungkan dengan indeks DMFT (Decay-Missing-Filling Tooth) sebagai indeks karies (Monea dkk, 2014). Karies merupakan suatu penyakit infeksi mikrobiologi pada gigi yang menyebabkan perubahan secara lokal dan kerusakan jaringan keras gigi. Adanya kavitas atau lubang pada gigi merupakan tanda adanya infeksi bakteri. Karies dapat mengakibatkan demineralisasi email (Fajriani dkk, 2014). Karies gigi memiliki empat faktor etiologi utama, yaitu faktor host yang terdiri atas gigi dan saliva, substrat khususnya karbohidrat, mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut. Interaksi diantara faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai siklus lingkaran yang saling tumpang tindih satu sama lain (Aripin, 2011).

4 Koloni beberapa spesies bakteri tertentu terutama bakteri anaerob juga terdapat pada lidah, yang berperan dalam menghasilkan senyawa Volatile Sulfur Compounds (VSCs) yang dapat meyebabkan halitosis. Kuantitas dari pembentukan tongue coating pada individu yang memiliki keluhan halitosis juga lebih besar secara signifikan daripada individu yang tidak mengeluhkan gejala halitosis. Tongue coating adalah suatu keadaan dimana permukaan dorsum lidah ditutupi oleh debris dan memanjangnya papilla fiiformis lidah hampir 3 mm (Mei, 2012). Jadi,cukup jelas bahwa lidah adalah habitat paling luas yang ditempati oleh mikroorganisme di rongga mulut (Danser,dkk, 2003). Lidah dengan tekstur permukaannya yang berkontribusi terhadap akumulasi debris dan plak, sering menjadi bagian yang terabaikan dari rongga mulut (Gondhalekar, 2013). Beberapa dekade terakhir ini, perhatian lebih difokuskan kepada pemeliharaan jaringan keras gigi dan jaringan pendukung saja. Sementara tindakan pembersihan lidah dapat mengangkat selaput debris, mengeleminasi populasi bakteri terutama pada dorsum lidah serta dapat membantu mengurangi bau mulut (Danser,dkk, 2003). Upaya membersihkan lidah sendiri telah menjadi kebiasaan yang dilakukan sejak berabad-abad di budaya Timur dan Oriental, namun lebih dahulu populer di peradaban Barat. Penelitian terbaru mengatakan bahwa dengan membersihkan lidah akan berdampak positif terhadap kesehatan lingkungan rongga mulut. Walaupun lidah memiliki ukuran yang kecil, namun merupakan organ yang sangat penting dengan berbagai fungsi, yaitu berbicara, sebagai indera pengecap, pengunyahan dan

5 menelan atau deglutisi. Oleh karena itu, betapa pentingnya upaya menjaga kebersihan lidah. Berdasarkan ajaran agama Islam, Nabi Muhammad menggunakan kayu siwak setiap hari untuk menjaga kebersihan mulutnya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, Hendaklah kamu membersihkan lidahmu terlebih dahulu sebelum beribadah pada Tuhanmu. Hal tersebut menjadi salah satu alasan pengembangan upaya menjaga kebersihan mulut yang juga melibatkan pembersihan lidah. (Gondhalekar, 2013). Selama berabad-abad, baik instrument khusus maupun sikat gigi secara rutin digunakan untuk menghilangkan lapisan biofilm pada lidah dan menurunkan populasi bakteri. Kini telah diperkenalkan sikat gigi disertai dengan pembersih lidah (tongue scraper) yang terdapat pada bagian belakang kepalanya, dengan tonjolan-tonjolan seperti alur. Sikat gigi ini dapat dipilih sebagai alternatif alat khusus tongue scraper pada umumnya dengan berbagai varian bentuk. Jenis sikat gigi ini dirancang khusus untuk membersihkan lidah demi menjaga serta meningkatkan kebersihan rongga mulut (Casemiro dkk, 2008). Berdasarkan namanya, tongue scraper bukan berfungsi untuk mengelupaskan dan mencederai jaringan, namun lebih kepada upaya pembersihan rongga mulut, menghilangkan toksin dan bakteri, menjaga kesegaran nafas, mencegah akumulasi debris makanan, jamur, dan sisa sel-sel yang mati. Tongue scraper bukan berfungsi sebagai antiseptik, namun lebih kepada upaya mekanis untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut (Harbicht, 2014).

6 Menurut WHO, pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan, terutama kesehatan rongga mulut karena hal tersebut dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit pada rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu aspek pendukung paradigma sehat serta merupakan strategi pembangunan nasional demi mewujudkan Indonesia sehat (Iswandani, 2015). Indonesia menduduki urutan ke - dua dalam angka kejadian penyakit periodontal yaitu mencapai 96,58% ( Lumentut, 2013). Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut di Indonesia adalah sekitar 23,5%. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas prevalensi nasional. Sedangkan prevalensi nasional Karies Aktif adalah 43,4%, dimana sebanyak 14 provinsi memiliki prevalensi karies aktif diatas prevalensi nasional. Prevalensi karies aktif pada penduduk Sumatera Barat meningkat dari 41,6% pada tahun 2007 menjadi 51,3 % pada tahun 2013 (RISKESDAS, 2013). Anak dengan usia 10-12 tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap kejadian karies dan sedang berada dalam fase periode gigi campuran (Susi dkk, 2012). Anak usia sekolah juga masih kurang mengetahui dan mengerti cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yang baik dan benar (Sari, 2012). Data dari Dinkes kota Padang per Oktober 2015 memperlihatkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Andalas memiliki angka kenaikan yang sangat signifikan dibanding tahun 2014 dari kunjungan karies kelima tertinggi menjadi kunjungan karies kedua tertinggi dengan angka 104 menjadi 676 kunjungan. Hasil screening yang dilakukan oleh Puskesmas Andalas pada tahun 2015 terhadap sekolah dasar yang terdapat di wilayah kerja puskesmas tersebut, SDN 33 Sawahan

7 merupakan salah satu sekolah dengan kejadian karies tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti perbandingan efek antara penggunaan pembersih lidah yang terdapat pada pada sikat gigi (toothbrush s tongue scraper) dengan pembersih lidah khusus (tongue scraper) terhadap penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. α-hemolitik pada rongga mulut yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dimana Streptococcus mutans merupakan agen utama penyebab karies gigi, pada siswa kelas V SDN 33 Sawahan Kota Padang yang merupakan salah satu SD dengan angka kejadian karies tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Andalas. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah: Bagaimanakah perbandingan efek penggunaan Toothbrush s tongue scraper (sikat gigi yang disertai pembersih lidah) dengan tongue scraper (pembersih lidah) secara mekanis terhadap penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. α-hemolitik rongga mulut sebelum dan sesudah lidah dibersihkan?. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum Untuk membandingkan efek penggunaan sikat gigi dengan pembersih lidah (Toothbrush s tongue scraper) dengan pembersih lidah (tongue scraper)

8 secara mekanis terhadap penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. setelah lidah dibersihkan. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. α-hemolitik rongga mulut pada penggunaan alat toothbrush s tongue scraper. b. Mengetahui penurunan jumlah koloni Streptococcus sp. α-hemolitik rongga mulut pada penggunaan alat tongue scraper khusus. c. Mengetahui perbandingan penurunan jumlah koloni Streptococcus α- hemolitik rongga mulut pada alat toothbrush s tongue scraper. dan tongue scraper. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis a. Memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai pengaruh menyikat lidah dengan menggunakan toothbrush s tongue scraper dan tongue scraper untuk membantu mengurangi jumlah koloni Streptococcus sp.s α-hemolitik pada rongga mulut b. Memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai perbandingan pengaruh menyikat lidah dengan menggunakan toothbrush s tongue scraper dan tongue scraper untuk membantu mengurangi jumlah koloni Streptococcus sp. α-hemolitik pada rongga mulut.

9 1.4.2. Bagi SDN 33 Sawahan Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi akan pentingnya upaya membersihkan lidah secara rutin untuk mencegah datangnya berbagai macam masalah kesehatan pada rongga mulut serta menambah kesadaran akan pentingnya membersihkan lidah disamping menyikat gigi saja, yang selama ini cenderung diabaikan. 1.4.3. Bagi Dokter Gigi dan Puskesmas Andalas Penelitian ini dijadikan pertimbangan bagi dokter gigi maupun institusi terkait, dalam hal ini Puskesmas Andalas untuk memberikan edukasi dan promosi kesehatan tentang pentingnya membersihkan lidah sebagai upaya preventif dan penunjang bagi kesehatan gigi dan mulut. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai perbandingan efek penggunaan Toothbrush s tongue scraper dan tongue scraper terhadap koloni Streptococcus sp. α-hemolitik rongga mulut pada siswa-siswi SDN 33 Sawahan Kota Padang.