BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkorban, dan berjiwa ksatria. Kepribadian tersebut mencerminkan sikap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 telah menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman. kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan. membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju, berbagai macam penemuan-penemuan baru selalu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), hampir sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang dapat diperoleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara. (Depdiknas:2003:5) Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyatakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amar Mahfudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenderal Soedirman selaku Panglima Besar TNI telah dikenal sebagai tokoh pejuang nasional yang berpribadi luhur, tabah, rela berkorban, dan berjiwa ksatria. Kepribadian tersebut mencerminkan sikap patriotisme yang kuat dari dalam dirinya. Sikap patriotisme adalah kecenderungan bertingkah laku yang dimiliki oleh seseorang sebagai perwujudan akan cinta, kesetiaan, dan kebanggaan terhadap tanah airnya. Pengertian tersebut sejalan dengan pemikiran Zdenko Kodelja bahwa, Patriotism has been always defined as love of country, and this love has been mostly understood as a natural feeling, affection or passion (Zdenko Kodelja, ProQuest, Vol.30, No.2, Maret 2011: 131). Kecenderungan untuk bertingkah laku ini muncul karena adanya reaksi perasaan dari dalam diri seseorang. Sikap patriotisme sangat dibutuhkan oleh generasi muda pada masa pembangunan ini. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu sikap patriotisme bangsa Indonesia telah mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah pengaruh globalisasi. Globalisasi telah menimbulkan dampak besar terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia (Budi Winarno, 2009). Globalisasi menjadikan budaya asing masuk dengan mudah dan memberikan pengaruh terhadap generasi muda. Pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan dampak 1

2 positif dari globalisasi, sedangkan dampak negatifnya adalah lunturnya sikap patriotisme pada generasi muda. Generasi muda pada saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air terhadap bangsa dan negara. Hanya sedikit dari generasi muda yang memiliki sikap berani, rela berkorban, dan pantang menyerah untuk turut membangun negeri. Generasi muda yang mayoritas merupakan pelajar, kurang memahami akan pentingnya pendidikan. Tidak sedikit dari mereka yang membuang kesempatan untuk belajar. Sebagai salah satu contoh, banyak siswa yang tertangkap Satpol PP ketika sedang membolos sekolah, tawuran, bahkan pesta minuman keras (Kompas, 14 Desember 2015). Melihat kondisi tersebut, diperlukan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan sikap patriotisme sebagai karakter siswa. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2011: 61). Tujuan pendidikan yang terdapat di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.

3 Pembelajaran adalah kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan individu dengan lingkungannya, di mana lingkungan tersebut mengalami perubahan (Isjoni, 2007: 12). Kenyataannya hasil belajar sejarah di MAN Yogyakarta III masih rendah. Salah satu permasalahan timbul karena guru kurang tepat dalam memilih alternatif pembelajaran. Supaya hasil belajar sejarah meningkat, guru harus bisa menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar secara aktif. Sebelum menentukan metode pembelajaran terlebih dahulu ditentukan strategi pembelajaran. Romizowsky (dalam Rusmono, 2012: 22) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai kegiatan yang digunakan seseorang dalam usaha untuk memilih metode pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan di MAN Yogyakarta III, menunjukkan bahwa siswa menganggap media pembelajaran yang digunakan di sekolah masih kurang menarik. Guru dalam pembelajaran hanya menggunakan media Lembar Kerja Siswa (LKS), handout dan kurang memanfaatkan secara maksimal fasilitas pembelajaran yang berada di ruang kelas. Dalam mengajar, guru masih bersifat konvensional yaitu siswa berpusat pada guru. Akibatnya dalam

4 kegiatan pembelajaran cenderung membosankan, siswa menjadi mengantuk, dan kurang termotivasi. Permasalahan proses pembelajaran di MAN Yogyakarta III tersebut perlu segera ditindaklanjuti untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terkait dengan penerapan model dan penggunaan media pembelajaran. Pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan diharapkan dapat mengembangkan sikap patriotisme siswa yang dapat dilihat dari aktivitasnya saat mengikuti pembelajaran dalam menyerap pengetahuan dan nilai yang terkandung di dalamnya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan seharusnya tidak bersifat konservatif. Education must not be a conservative and restrictive system (Janardhana Gundla Palli, ProQuest, Vol.3, No.4, Agustus 2012: 430-438). Pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai media, baik media massa seperti majalah, buku, surat kabar, atau melalui media elektronik seperti radio, televisi, internet, dan komik digital. Salah satu media pembelajaran yang menarik namun belum banyak digunakan dan dikembangkan di sekolah yaitu komik digital. Komik digital dapat menjadi media pembelajaran yang menarik. Komik digital merupakan media yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami (Yudi Munadi, 2013: 100). Keberadaan komik digital sebagai bagian dari dunia seni yang pada dasarnya adalah hasil dari daya, cipta, dan karsa manusia dari perpaduan cerita dan gambar yang dapat membuat

5 pembaca menjadi berimajinasi dan terhibur. Dibandingkan dengan buku pelajaran yang berisi tulisan dengan bahasa terlalu formal, menggunakan komik digital akan memudahkan siswa memahami maksud dari materi yang disampaikan. Keefektifan komik sebagai media pembelajaran juga diungkapkan oleh Unty Bany Purnama (2015) yang melakukan penelitian serupa mengenai penggunaan media komik digital dan gambar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA ditinjau dari minat belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang berarti pada siswa yang telah mendapat pembelajaran dengan media komik. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Badriyatul Munawaroh (2014) tentang upaya meningkatkan prestasi belajar akuntansi melalui media komik dalam strategi pembelajaran preview question read reflect recite review (pq4r) siswa kelas XI IPS 5 SMA XYZ. Selain itu, penelitian yang disusun Rahmasari Dwimarta (2014) mengenai pengaruh media pembelajaran komik terhadap pemahaman konsep matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan membahas pendidikan karakter secara dini dan berkelanjutan menggunakan komik. Berdasarkan uraian di atas, maka dipilihlah pengembangan komik digital untuk media pembelajaran sejarah dalam menyusun penelitian ini. Peneliti tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Komik Digital Perang Gerilya

6 Jenderal Soedirman untuk Meningkatkan Sikap Patriotisme Siswa MAN Yogyakarta III. Penelitian ini akan mengembangkan media pembelajaran sejarah berbasis komik digital tentang Perang Gerilya Jenderal Soedirman dengan tujuan peserta didik dapat meningkatkan sikap patriotisme. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah media pembelajaran sejarah yang digunakan selama ini di MAN Yogyakarta III? Pertanyaan penelitiannya adalah: a) media apakah yang digunakan dalam pembelajaran sejarah selama ini? b) bagaimana sikap patriotisme siswa? c) bagaimana bentuk kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran sejarah? d) bagaimana bentuk awal media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman? 2. Bagaimanakah pengembangan media pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman untuk meningkatkan sikap patriotisme siswa? Pertanyaan penelitiannya adalah: a) bagaimana hasil validasi dari tim ahli? b) bagaimana hasil uji coba media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman di lapangan? 3. Bagaimanakah efektivitas media pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman untuk meningkatkan sikap patriotisme siswa?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan media pembelajaran sejarah dan sikap patriotisme siswa di MAN Yogyakarta III, meliputi: a) deskripsi tentang media pembelajaran yang digunakan, b) deskripsi tentang sikap patriotisme siswa, c) deskripsi tentang bentuk kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran sejarah, d) gambaran bentuk awal media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman. 2. Mengetahui pengembangan pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi: a) hasil validasi tim ahli, b) hasil uji coba media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman di lapangan. 3. Mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman untuk meningkatkan sikap patriotisme siswa MAN Yogyakarta III. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan media pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman.

8 b. Dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bahan masukan bagi guru-guru mata pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran sejarah untuk menggunakan media komik digital agar proses belajar mengajar lebih menarik peserta didik. Diharapkan guru dapat mengembangkan media pembelajaran komik digital secara mandiri. b. Bagi Siswa Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk membangun sikap patriotisme bagi peserta didik yang berguna sebagai pegangan jalan hidup untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupannya. c. Bagi Sekolah Sebagai inventaris berupa media pembelajaran yang dapat digunakan pada saat kegiatan pembelajaran. Inventaris di sekolah juga dapat mendorong guru untuk lebih bersemangat mengeluarkan daya kreatifnya untuk membuat berbagai media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. d. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta sebagai arsip dokumen untuk penelitian yang akan datang.

9 E. Spesifikasi Produk Media mempunyai peranan yang penting untuk membantu pendidik (guru) dalam penyampaian materi pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik (siswa) di kelas. Pada penelitian ini peneliti membuat media yang dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pembelajaran Sejarah yaitu menggunakan media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman untuk meningkatkan sikap patriotisme siswa. Komik digital merupakan cerita yang di dalamnya terdapat gambar dan tulisan-tulisan sebagai sinopsis atau dialog yang dibuat dalam bentuk digital. Komik digital disusun dengan menarik sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar melalui lambang visual seperti grafik, gambar, dan bagan. Media komik digital memiliki potensi besar untuk menumbuh kembangkan sikap patriotisme pada siswa. Tokoh utama yang akan dibuat dalam komik tersebut merupakan tokoh yang memiliki sikap protagonis. Tokoh utama tersebut adalah Jenderal Soedirman yang memberikan sikapsikap patriotisme bagi siswa. Komik digital dapat menjadi media edukasi bagi siswa dengan tidak menghilangkan citra dasar komik tersebut sebagai media hiburan. Produk dalam penelitian ini adalah komik digital, artinya komik yang disajikan dalam bentuk digital melalui aplikasi Prezi. Komik disusun sesuai tingkat perkembangan anak dengan ide cerita dalam komik berupa materi-materi pendidikan. Komik digital yang disusun merupakan komik

10 pembelajaran Sejarah yang terkandung materi-materi tentang Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru. Komik digital tersebut memaparkan latar belakang Perang Gerilya, jalannya Perang Gerilya dan sikap patriotisme Jenderal Soedirman. Produk media komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman dibuat dengan menggunakan aplikasi Prezi yang di dalamnya terdapat gambar, tulisan, dan suara mengenai Perang Gerilya Jenderal Soedirman. Produk ini dapat digunakan pada perangkat komputer yang dilengkapi dengan fasilitas perangkat proyektor. F. Pentingnya Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Peneliti tertarik melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran sejarah karena mata pelajaran sejarah selama ini mendapat stigma bahwa pembelajaran sejarah sulit dipelajari, membosankan, dan kurang menarik karena pembelajaran hanya berpatok pada sistem ceramah. Penyampaian dan pembawaan dari metode ceramah dianggap sebagai penyebab peserta didik merasa jenuh dan kurang tertarik dengan pembelajaran sejarah sehingga perlu dilakukan pengembangan media pembelajaran sejarah. Melalui pengembangan media pembelajaran sejarah ini, dalam kegiatan belajar mengajar, siswa tidak selalu terpaku dan berpusat kepada guru saja. Materi pembelajaran sejarah mengandung unsur nilai-nilai yang

11 dapat membentuk karakter dan sikap peserta didik dalam kehidupannya. Peneliti mencoba menanamkan sikap patriotisme yang terdapat dalam perang Gerilya Jenderal Soedirman. Penanaman sikap patriotisme tersebut menjadi pegangan hidup dan kejelasan jati diri siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia sehingga diharapkan siswa dapat survive dalam kehidupannya. G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Sebagian besar dari masyarakat menganggap bahwa komik merupakan bacaan yang buruk dan berdampak negatif pada anak yang membacanya. Tidak jarang anak-anak yang membaca komik tersebut menirukan gaya tokoh utama dalam komik yang dibacanya. Meskipun banyak orang menganggap komik adalah hal yang negatif dan merugikan, komik juga memiliki sisi positif, jika komik tersebut dibuat sesuai dengan perkembangan anak dan dibuat dengan tema yang mendidik. Dalam hal ini, komik tersebut berfungsi sebagai edukasi. Media pembelajaran komik digital mampu membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran sejarah khususnya pada materi yang sulit dan tidak disukai siswa. Keterbatasan dari penggunaan media komik digital adalah: 1) Ruang kelas harus memiliki fasilitas multimedia berupa komputer atau laptop, layar proyektor, dan proyektor; 2) Produk hanya bisa di pakai

12 secara maksimal menggunakan perangkat komputer atau laptop yang memiliki CD-Room, Removable Disk, atau koneksi internet. H. Definisi Istilah 1. Sejarah dalam penelitian ini adalah mata pelajaran sejarah yang diajarkan di MAN Yogyakarta III. 2. Pembelajaran Sejarah adalah seluruh rangkaian kegiatan siswa dan guru yang telah direncanakan supaya siswa belajar sejarah. 3. Pengembangan Media Pembelajaran adalah melakukan proses yang sistematis untuk menghasilkan media pembelajaran, dalam hal ini adalah pembelajaran sejarah yang menggunakan media komik digital. 4. Komik Digital merupakan cerita yang di dalamnya terdapat gambar dan tulisan-tulisan sebagai sinopsis atau dialog yang dibuat dalam bentuk digital. 5. Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Komik Digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman untuk Meningkatkan Sikap Patriotisme pada Siswa MAN Yogyakarta III adalah kerangka konseptual yang disusun secara sistematis dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah dengan menggunakan komik digital yang berisi materi pelajaran sejarah. I. Sistematika Penulisan BAB I, Pendahuluan, dalam bab ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, manfaat penelitian, spesifikasi

13 produk yang diharapkan, pentingnya pengembangan, asumsi dan keterbatasan pengembangan, definisi istilah, serta sistematika penulisan. BAB II, Tinjauan Pustaka, dalam bab ini memuat: teori-teori tentang pengembangan media, media pembelajaran, media pembelajaran komik digital, sikap patriotisme, pembelajaran sejarah, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan model hipotetik. BAB III, Metode Penelitian, dalam bab ini memuat: desain penelitian, kerangka prosedur dan pengembangan, prosedur penelitian, pengujian efektivitas media melalui eksperimen, serta lokasi dan subyek penelitian. BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini memuat: deskripsi pembelajaran sejarah di MAN Yogyakarta III, pengembangan media pembelajaran sejarah berbasis komik digital Perang Gerilya Jenderal Soedirman, pelaksanaan pembelajaran Sejarah di MAN Yogyakarta III, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan pengembangan. BAB V, Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini memuat: kesimpulan hasil penelitian, implikasi, dan saran pemanfaatan.