BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki aset kekayaan sumber daya alam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari proses kebudayaan dalam arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki aset kekayaan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar dan produktif, serta akses yang strategis dalam mobilitas global. Melimpahnya sumber daya bidang pangan membuat para tokoh negara merumuskan Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam rangka mencapai Ketahanan Pangan Nasional. Sektor pendidikan harus mendukung rumusan MP3EI dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu berperan penting dalam merealisasikan Ketahanan Pangan Nasional. Sebagai lembaga pendidikan bidang pertanian, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian mempunyai tanggung jawab dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan, penguasaan teknologi tepat guna dan tepat budidaya dengan kebutuhan pertumbuhan ekonomi pada daerah masing-masing. Pertanian merupakan salah satu bidang studi keahlian sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, bahwa pada SMK terdapat enam Bidang Studi Keahlian yang terbagi dalam delapan belas Program Studi Keahlian dan seratus dua puluh satu Kompetensi Keahlian dengan masa pendidikan 3 (tiga)

atau dapat diperpanjang sampai 4 (empat) tahun setelah pendidikan dasar. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) merupakan salah satu kompetensi dalam program studi Agribisnis Produksi Tanaman, bidang keahlian Pertanian yang sangat dibutuhkan dalam mendukung MP3EI menuju Ketahanan Pangan Nasional. SMK Pertanian dituntut kreatif mengembangkan berbagai model pembelajaran sesuai dengan karakteristik pertanian, pembelajaran yang menitikberatkan pada penyelenggaraan proses belajar yang betul-betul mengikuti irama kerja pertanian. Kegiatan pembelajaran di sekolah pertanian tidak terlepas dari kegiatan on farm (kegiatan produksi) dan off farm (kegiatan pasca produksi), sehingga siswa merasa dekat dengan dunianya dan siap bekerja, baik kerja mandiri maupun kerja pada pihak lain. Implementasi kurikulum harus diarahkan pada kegiatan kewirausahaan yang menitikberatkan pada inovasi dan kreatifitas siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) no 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 tentang standar proses yang menyatakan Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, berdasarkan pengamatan sementara di SMK Pertanian, terlihat proses pembelajaran masih bersifat verbal, komunikasi guru dengan murid masih satu arah (teacher centre), sehingga siswa terlihat kurang bersungguh-sungguh dan kurang bergairah dalam belajar. Tidak

terlihat kegiatan belajar siswa secara aktif baik dalam kegiatan di kelas maupun pada saat praktikum (student centre). Proses berfikir dengan menstimulasi ide-ide baru pada saat praktikum tidak dapat terealisasi dengan baik, sehingga siswa menjadi kurang terangsang untuk memunculkan gagasan atau inovasi. Hal ini menunjukan tingkat kreativitas yang rendah. Menindaklanjuti hasil pengamatan, peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 13 Januari 2011 dengan mewancarai guru dan beberapa siswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar di SMK Pertanian. Terdapat beberapa informasi diperoleh diantaranya adalah, lingkungan SMK Pertanian yang mayoritas berada di daerah pedesaan membuat minimnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran di SMK Pertanian, bidang pertanian masih kurang diminati oleh calon siswa karena kesan di masyarakat SMK Pertanian dianggap kurang bonavide, hal tersebut selain mengakibatan rendahnya tingkat kepercayaan diri siswa juga mengakibatkan rendahnya dukungan orang tua dalam mendukung proses pembelajaran. Perkembangan teknologi pertanian yang masih cenderung terabaikan dibanding dengan kemajuan teknologi di bidang lain membuat siswa sulit mengikuti tren pertanian yang berkembang di luar sekolah; sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai; serta rendahnya faktor insiatif dan kreativitas guru dalam mengajar, sehingga belum dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan mental belajar siswa (sikap dan minat) dalam pembelajaran. Namun demikian, keterbatasan yang dimiliki oleh SMK Pertanian tidak boleh menjadi hambatan dalam proses pembelajaran, salah satu cara untuk

mengatasinya adalah dengan mengimbanginya dengan kreativitas, baik dari guru maupun siswa. Kreativitas memegang peranan penting untuk mengubah kesan SMK pertanian yang masih dipandang sebelah mata. Tanpa kreativitas, pemikiran-pemikiran yang ada hanyalah akan menjadi sebuah catatan yang belum dapat terwujud. Kreativitas hakekatnya mampu memberikan efek luar biasa terutama bagi individu itu sendiri maupaun lingkungan sekitarnya, bukan saja untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang melainkan lebih dari itu, kreativitas bahkan mampu mengangkat sebuah bangsa bergerak cepat untuk bangun dari keterpurukan. Kreativitas dari siswa SMK sendiri selama ini telah banyak diapresiasi karena dapat menghasilkan berbagai produk dengan prestasi yang membanggakan. Hal tersebut secara bertahap dapat mengubah kesan SMK dimata masyarakat menjadi lebih baik. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa persepsi sebagian masyarakat masih melihat SMK sebagai sekolah yang akan memudahkan para lulusannya masuk ke dunia industri menengah, bukan sebagai solusi pendidikan praktis dimana SMK dapat menjadi sebuah batu loncatan untuk memiliki masa depan yang lebih baik tanpa harus duduk terlalu lama dibangku kuliah terlebih dahulu. Dalam hal ini kreativitas siswa menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk melakukan analisa terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa dihubungkan dengan informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti. Beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti kaitan kreativitas dengan prestasi belajar menyebutkan bahwa secara signifikan kreativitas mampu

meningkatkan prestasi belajar seseorang. Dalam penelitiannya Munandar (1992), mengatakan bahwa prestasi akademik di sekolah dapat dilihat dari nilai raport, untuk memperoleh nilai yang baik di sekolah selain intelegensi, kreativitas juga memiliki peran penting. Kemudian Munandar (2009) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan suatu konstruk yang multidimensional, terdiri dari beberapa dimensi, yakni dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Beberapa ciri orang kreatif (Munandar, 1992) adalah: (1) Rasa ingin tahu yang besar, (2) Memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah, (3) Bebas dalam menyatakan pendapat, (4) Menonjol dalam salah satu bidang seni, (4) Teguh pendirian, (5) Lugas, (6) Memiliki rasa humor tinggi, (7) Daya imajinasi kuat, (8) Orisinil dalam berkarya, (9) Dapat bekerja sendiri, (10) Senang mencoba hal baru, (11) Memiliki kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan (elaborasi). Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka Treffinger (1980) mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang tidak memiliki kreativitas, hal ini menekankan bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif di dalam dirinya. Clark (1988) mengatakan, creativity showing the integration of the four major areas of human function: thinking cognitive, feeling affective, phsycal/ sensing and intuitive. Beberapa hal yang berkaitan (mendukung atau menghambat) dengan tingkat kreativitas seseorang. Faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah (1) motivasi intrinsik untuk kreativitas dan (2) kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif. Rhodes (1961) dalam Supardan (2000) merumuskan kreativitas

menjadi Four P s Creativity: Person, Process, Press and Product. Kebanyakan kreativitas tersebut ditekankan pada salah satu P atau kombinasinya. Hasil studi pendahuluan, pendapat para ahli dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut merupakan sebuah bukti empirik yang menegaskan bahwasanya penting menumbuhkan kreativitas di dalam diri siswa. Karena itu hubungan sikap dan minat terhadap kreativitas siswa SMK adalah penting untuk diteliti. Dengan demikian penelitian ini berjudul Hubungan Sikap dan Minat dengan Kreativitas Siswa SMK pada Kompetensi Agribisnis Tanamana Pangan dan Hortikultura (ATPH) (studi korelasional di SMK Negeri 1 Karang Tengah dan Siswa Magang di Lingkungan PPPPTK Pertanian Cianjur). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah, yaitu: 1. Kesan/imej SMK Pertanian yang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat, mengakibatkan rendahnya peminat SMK pertanian dan siswa yang menjadi kurang termotivasi belajar karena hal tersebut. 2. Masih minimnya peralatan praktikum dan sarana penjunjang pembelajaran lainnya seperti lahan pertanian, alat-alat berat pertania, media tanam, ketersediaan rumah kaca, dan lain-lain. 3. Rendahnya minat belajar siswa. 4. Rendahnya motivasi siswa. 5. Rendahnya dukungan orang tua terhadap proses belajar siswa.

6. Rendahnya sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran. 7. Rendahnya kreativitas siswa. 8. Rendahnya inisiatif guru dalam memperbaharui pengetahuan dan informasi pertanian yang sedang berkembang 9. Rendahnya kreativitas mengajar guru. C. Batasan Masalah Karena luasnya masalah yang berkaitan dengan kreativitas siswa, maka penulis mempersempit masalah yang akan diteliti ke dalam batasan-batasan permasalahan berikut: 1. Menganalisis sikap, minat dan kreativitas pada kompetensi ATPH. 2. Sikap, minat dan kreativitas yang dianalisis adalah berdasarkan hasil tes kreativitas serta hasil kuesioner sikap dan minat belajar siswa, yang dilakuan di SMKN 1 Karangtengah dan siswa magang Jurusan ATPH di PPPPTK Pertanian Jawa Barat. D. Rumusan Masalah Merujuk pada batasan permasalahan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan sikap belajar siswa terhadap kreativitas siswa pada kompetensi ATPH? 2. Bagaimana hubungan minat belajar siswa terhadap kreativitas siswa pada kompetensi ATPH?

3. Bagaimana hubungan sikap belajar dan minat belajar siswa terhadap kreativitas siswa pada kompetensi ATPH? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang seberapa besar hubungan variabel-variabel yang bersifat psikologis sosiologis (sikap dan minat siswa) dengan kreativitas belajar siswa pada kompetensi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) di SMK Pertanian yang dijabarkan menjadi beberapa poin: 1. Untuk menguji secara empirik hubungan sikap dan minat belajar dengan kreativitas siswa pada kompetensi ATPH di SMK Pertanian. 2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dan kreativitas siswa pada kompetensi ATPH di SMK Pertanian. 3. Untuk mengetahui hubungan antara minat dengan kreativitas siswa pada kompetensi ATPH di SMK Pertanian. 4. Untuk mengetahui kondisi sikap, minat dan kreativitas siswa SMK Pertanian jurusan ATPH di SMKN 1 Karangtengah dan siswa magang di lingkungan PPPPTK Pertanian Cianjuur. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini dapat memberi manfaat dalam mengkaji bagaimana pengaruh faktor sosio psikologis (sikap dan minat belajar) terhadap

kretivitas siswa pada kompetensi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). Manfaat peneitian tersebut secara spesifik adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan kepada satuan pendidikan yang memiliki program Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) dalam penyusunan kurikulum yang mendukung peningkatan kreativitas siswa. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan media pembelajaran guna meningkatkan minat dan membangkitkan sikap positif siswa dalam pembelajaran. 3. Bagi siswa, diharapkan mampu membantu siswa menelusuri tingkat kreativitas yang dimilikinya dan memberi motivasi untuk dapat meningkatkan kreativitas melalui sikap positif dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran. G. Kerangka Berfikir Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 19 menyebutkan Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, serta dampak dari rumusan Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam rangka mencapai Ketahanan Pangan Nasional oleh para tokoh, mengubah kepada arah konsep SMK Pertanian dari sebuah lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan dengan kemampuan di bidang tertentu

menjadi sebuah lembaga pendidikan yang dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang memiliki skill juga memiliki nilai tambah yakni inovatif, kreatif dan aktif dalam berkarya. Secara garis besar SMK Pertanian berdiri sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola pertanian kelas menengah. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan yang terus naik, fungsi SMK Pertanian pun mulai berubah menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang memahami, dapat mengelola dan dapat menghasilkan terobosan-terobosan baru di bidang pertanian. Peralihan tersebut mengakibatkan semakin banyak menuntut kemampuan, keahlian, sikap inovatif dan kreatif. Akan tetapi kondisi nyata di lapangan, masih banyak hal yang perlu dibenahi agar dapat menghasilkan lulusan yang diinginkan tersebut. Persoalan-prsoalan tersebut antaranya adalah kesan SMK yang kurang diminati, peralatan praktikum yang kurang memadai, sarana penunjang yang belum tersedia (seperti lahan pertanian, traktor, dll) minat siswa yang rendah, kurangnya motivasi siswa, kurangnya dukungan orang tua, sikap positif siswa yang masih rendah, kurangnya inisiatif guru, rendahnya kreativitas mengajar guru dan kreativitas siswa. Dari berbagai macam persoalan yang dihadapi SMK Pertanian, hal yang membuat semakin sulitnya dicarikan pemecahan adalah karena kebanyakan SMK Pertanian terletak di daerah, kaitannya dengan pembelajaran adalah kesulitan untuk memperbahrui informasi, pengetahuan maupun akses pengembangan diri yang optimal bagi lulusannya. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menciptakan generasi lulusan yang kreatif dan inovatif dalam hal menghadapi

persaingan global adalah dengan meningkatkan sikap belajar yang positif dan minat belajar yang tinggi. Schunk, dkk. (2012) menyebutkan bahwa minat personal dan minat situasional adalah minat yang dapat memengaruhi pembelajaran dan kinerja. Masih dalam Schunk, dkk. (2012) bahwa di dalam motivasi, minat dan afeksi lain dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Merangsang sikap positif dan minat siswa tidak terlepas dari bagaimana kurikulum di sekolah mendukung hal tersebut. Metode pembelajaran dan penyampaian materi memegang peranan penting dalam hal ini. Oleh karena itu diharapkan dapat dibangun sebuah siklus pembelajaran (kurikulum dan metode pembelajarn terdapat di dalamnya) yang mampu mengakomodir peningkatan sikap dan minat siswa. Meningkatnya sikap positif dan minat belajar siswa terhadap pemelajaran akan semakin memudahkan siswa untuk fokus pada materi dan memunculkan gagasan-ggasan baru sehingga dapat memicu tingkat kreativitasnya berkembang. Kerangka pemikiran dapat digambarkan secara praktis mengenai hubungan sikap dan minat belajar siswa dengan kreativitas dapat dilihat pada gambar 1.1.

PP No.19 Th. 2005 Psl. 19 tentang pembelajaran yg memberikan ruang untuk kreatifitas, Rumusan MP3EI yang membutuhkan SMK sebagai penghasil SDM Pertanian yang handal Lingkungan Internal Kesadaran siswa, orang tua, dan lingkungan rumah yang kondusif Masukan Permasalahan: Kesan SMK yang kurang elite, peralatan praktikum, sarana penunjang, minat siswa, motivasi siswa, dukungan orang tua, sikap siswa, inisiatif guru, kreativitas mengajar guru,kreativitas siswa. Tuntutan era persaingan global meminta lulusan SMK Pertanian yang memiliki skill, inovatif dan keatif Proses SIKAP BELAJAR 1. Pengetahuan 2. Perasaan 3. Motivasi MINAT BELAJAR 1. Perasaan senang 2. Perhatian 3. Konsentrasi KREATIVITAS Berfikir kreatif Sikap kreatif Produk kreatif Pembelajaran ATPH di sekolah Keluaran - Tingkat kreativitas - Sikap Belajar - Minat Belajar Produk Model Pembelajaran ATPH untuk meningkatkan sikap belajar, minat siswa dan kreativitas siswa Umpan Balik Gambar 1.1. Kerangka Berfikir

H. Asumsi Penelitian ini dilaksanakan atas dasar beberapa asumsi sebagai titik tolak kajian lebih lanjut yang berkaitan dengan kreativitas siswa. Beberapa asumsi yang dimaksud adalah: 1. Minat yang tinggi dapat membangkitkan gairah belajar sehingga sikap belajar yang positif dapat terbentuk. 2. Sikap belajar yang positif dapat mendukung suasana belajar yang kondusif. 3. Kreativitas yang tinggi mampu meningkatkan hasil belajar. I. Hipotesis Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap belajar siswa dengan kreatifitas siswa pada kompetensi ATPH. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar siswa dengan kreativitas siswa pada kompetensi ATPH. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap belajar dan minat belajar siswa dengan kreativitas siswa pada kompetensi ATPH.