Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dimana masing masing ulangan terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

MATERI DAN METODE. Materi

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

III. TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

MATERI DAN METODE. Prosedur

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

TATA CARA PENELITIAN

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

STUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

JOURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 di

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

MATERI DAN METODE. Materi

Concentrations Test Of Tuba Root Powder (Derris elliptica Benth) Against Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Mortality on Soybean Plants

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PEMANFAATAN EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN NYIRI BATU (Xylocarpus moluccensis (Lamk) M. Roem.) (Meliaceae) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

Pengaruh Halusan Biji Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Angka Kematian Larva Nyamuk Culex sp. Riyanto *) Abstrak

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG TERHADAP JUMLAH HIDUP Tribolium castaneum DAN SUSUT BERAT DEDAK PADI DALAM PENYIMPANAN THE EFFECT OF YAM SEED S EXTRACT USAGE ON TOTAL LIFE NUMBER OF Tribolium castaneum AND WEIGHT LOSS OF RICE BRAN IN STORAGE Andi Nurhakim*, Rachmat Wiradimadja, Iman Hernaman Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: greenlight.nurhakim@gmail.com ABSTRAK Penggunaan insektisida sintetik sebagai pembasmi hama bahan pakan berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan residu yang tertinggal dalam pakan dapat membunuh ternak bahkan manusia. Bengkuang merupakan tanaman yang mempunyai bahan aktif rotenon yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan perlu diteliti potensinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah hidup Tribolium castaneum dan susut berat dedak padi yang disemprot dengan ekstrak biji bengkuang dalam penyimpanan selama tujuh hari. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima perlakuan konsentrasi ekstrak biji bengkuang yaitu P 1=0%; P 2=2%; P 3=4%; P 4=6%, dan P 5=8%. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian diolah menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% berpengaruh nyata (P<0,05) menekan jumlah hidup Tribolium castaneum dan memperlihatkan hasil penyusutan dedak padi yang terendah. Kata Kunci: ekstrak biji bengkuang, Tribolium castaneum, jumlah hidup, susut berat, dedak padi. ABSTRACT The application of synthetic insecticide as feed material disinfectant have bad effect for environment and the left behind residue in material can kill animals even humans. Yam seed is containing rotenon active material plant that can be used as vegetative insecticide which safe for environment and should be research for its potency. This study was aimed to find out total life number of Tribolium castaneum and rice bran weight loss which are sprayed with yam seed s extract within seven days of storage. This study used experimental method with Complete Randomized Design (CRD). There were 5 yam treatment on yam seed's extract concentration: (1) P 1=0%, (2) P 2=2%, (3) P 3=4%, (4) P 4=6%, and (5) P 5=8%. Each treatment was repeated four times. The result of this experiment was processed using analysis of variance (ANOVA) and continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the usage of yam seed's extract with 8% concentration was obviously confluenced (P<0,05) in suppresing total life number of Tribolium castaneum and showed minimum weight loss of rice bran. Keywords: yam seed's extract, Tribolium castaneum, total life number, weight loss, rice bran

Pendahuluan Penggunaan insektisida sintetik sebagai pembasmi hama bahan pakan yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan. Residu yang tertinggal dalam pakan, dapat membunuh ternak bahkan manusia. Beberapa pengaruh negatif yang akan timbul akibat penggunaan insektisida sintetik dapat menyebabkan resistensi hama, dan peledakan hama sekunder serta pencemaran lingkungan. Antisipasi terhadap dampak negatif penggunaan insektisida sintetik menjadi faktor utama yang diupayakan untuk mencari alternatif senyawa-senyawa insektisida yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, makhluk hidup lain dan mempunyai sifat yang mudah terurai sehingga tidak berbahaya serta mampu mengendalikan hama bahan pakan. Tanaman sebenarnya kaya bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan insektisida yang berasal dari tanaman yang menggunakan bahan hasil metabolit sekunder tanaman sebagai bahan aktifnya dan menjamin keamanan bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah serta tidak berbahaya terhadap ternak dan manusia. Perkembangan bahan aktif asal tanaman akhir-akhir ini mulai diteliti kembali pemanfaatannya. Pemanfaatan insektisida nabati perlu diteliti potensi dan permasalahan pengembangannya. Tanaman yang memiliki potensi sebagai insektisida nabati diantaranya biji bengkuang yang mengandung bahan aktif rotenon. Rotenon adalah racun pencernaan dan racun kontak, mekanisme kerjanya mengganggu respirasi sel, selain itu rotenon juga merupakan racun saraf. Insektisida nabati dari biji bengkuang diharapkan efektif mengendalikan hama. Efektivitas kerja insektisida dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis insektisida, jenis serangga dan level insektisida. Penggunaan insektisida diharapkan dapat membasmi hama yang ada dalam bahan pakan. Dedak padi sudah umum dikenal oleh peternak baik sebagai bahan pakan ternak unggas maupun sebagai bahan pakan konsentrat untuk ternak ruminansia. Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi, yang merupakan salah satu bahan dalam menyusun ransum untuk ternak ruminansia maupun non-ruminansia. Namun, akibat cara penyimpanan yang tidak ideal, dedak padi sangat mudah diserang oleh kumbang. Jenis kumbang yang paling sering ditemukan adalah Tribolium castaneum. Kerugian yang ditimbulkan akibat Tribolium castaneum dalam penyimpanan adalah kehilangan berat, penurunan kualitas dedak padi dan menjadi inang cacing pita yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pencernaan serta kerugian ekonomis. Tribolium castaneum mempunyai kontribusi yang besar terhadap kerusakan bahan pakan, baik kerusakan fisik maupun kehilangan kandungan zat nutrien. Aktivitas metabolik Tribolium castaneum menyebabkan peningkatan kadar air, suhu bahan pakan, menimbulkan efek toksik dan alergik. Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pakan oleh kotoran, jaringan, bagian tubuh dan bau kotoran. Tribolium castaneum memakan dan merusak struktur fisik bahan pakan dan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain.

Bahan dan Metode Penelitian Delapan ratus gram biji bengkuang dioven hingga diperoleh berat keringnya enam ratus lima puluh gram. Biji diblender sampai menjadi tepung dan diayak agar didapat tepung biji bengkuang yang halus, kemudian tepung biji bengkuang sebanyak 500 g dilarutkan dan didiamkan dengan 1 liter alkohol 95% selama satu hari. Penyaringan terhadap larutan dengan kertas saring, ditampung dalam gelas beker. Maserat diuapkan dengan evaporator putar pada suhu diatas 40 o C untuk memisahkan bahan aktif dari pelarutnya. Ekstrak hasil penguapan diletakkan dalam wadah dan dibiarkan terbuka pada suhu ruangan untuk menguapkan sisa pelarut. Ekstrak biji bengkuang ditambahan pelarut air untuk menghasilkan 25 ml larutan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, kemudian disimpan ke dalam botol yang diberi label, ditutup rapat-rapat dan disimpan dalam refrigerator. Dedak padi yang telah diayak diambil sebanyak 70 g dimasukkan ke dalam oven untuk dijadikan sampel bahan kering dan mengukur kadar airnya. Kadar air diukur untuk memperoleh berat bahan kering awal dan mengupayakan berat bahan kering mencapai optimal, lalu dimasukkan ke dalam toples sebanyak 50 g untuk setiap sampelnya. Siapkan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Setelah itu ekstrak biji bengkuang disemprotkan sebanyak 2 ml secara perlahan pada setiap sampel dedak padi sambil diaduk menggunakan batang pengaduk dengan pola adukan membentuk angka delapan. Setelah proses penyemprotan, dedak padi diinokulasikan dengan Tribolium castaneum sebanyak 50 ekor tiap sampel, untuk memastikan jumlah Tribolium castaneum 50 ekor tiap sampelnya digunakan kaca pembesar. Toples ditutup dengan kain furing yang sudah disiapkan, pastikan tidak ada celah untuk Tribolium castaneum keluar dan lolos dari toples. Setelah itu sampel disimpan dengan kondisi penyimpanan terhindar dari sinar matahari. Penyemprotan ekstrak biji bengkuang terhadap dedak padi yang diinokulasi Tribolium castaneum dilakukan selama satu minggu dengan dua kali penyemprotan. Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah hidup Tribolium castaneum dan Setelah diketahui berapa sisa jumlah hidup Tribolium castaneum maka dilanjutkan dengan menghitung susut berat pada dedak padi pasca penelitian. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam, untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan uji Duncan.

Hasil dan Pembahasan Jumlah Hidup Tribolium castaneum Tabel 1. Rataan jumlah hidup Tribolium castaneum yang diperoleh dari hasil Pengamatan disajikan pada Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Jumlah Hidup Tribolium castaneum Ulangan Tribolium Perlakuan castaneum awal P 1 P 2 P 3 P 4 P 5..Ekor.....%... 1 50 100 100 100 98 92 2 50 100 100 100 94 86 3 50 100 100 100 98 92 4 50 100 100 100 98 98 Total 400 400 400 388 368 Rata-rata 100 100 100 97 92 Keterangan : P 1= Kontrol, tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang P 2= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 2% P 3= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 4% P 4= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 6% P 5= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 8% Jumlah hidup Tribolium castaneum yang diberi penyemprotan ekstrak biji bengkuang dalam penyimpanan (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang diperoleh rataan jumlah hidup Tribolium castaneum 100%, begitu pula untuk perlakukan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 2% (P 2) dan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 4% (P 3) menghasilkan jumlah hidup Tribolium castaneum yang sama. Untuk perlakuan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 6% (P 4) menghasilkan jumlah hidup Tribolium castaneum sebesar 97%, sementara untuk perlakuan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% (P 5) menghasilkan jumlah hidup Tribolium castaneum sebesar 8%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan metode sidik ragam diperoleh bahwa tingkat penggunaan ekstrak biji bengkuang berpengaruh nyata terhadap jumlah hidup Tribolium castaneum. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 2). Tabel 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Tribolium castaneum Perlakuan Rataan Persentase Hidup (%) Signifikasi 5% P 5 92 a P 4 97 b P 3 100 b P 2 100 b P 1 100 b Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. Hidup Membuktikan bahwa rataan jumlah hidup Tribolium castaneum dengan penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 8% (P 5) nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan

pengaruh penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada perlakuan P 2 sampai dengan P 4, yaitu pada perlakuan penyemprotan ekstrak biji bengkuang 2, 4, dan 6%. Demikian pula bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyemprotan tanpa ekstrak biji bengkuang (0%). Artinya efektifitas tingkat penggunaan ekstrak biji bengkuang terhadap penurunan jumlah hidup Tribolium castaneum terjadi pada perlakuan P 5 yaitu dengan tingkat konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8%. Penggunaan ekstrak biji bengkuang di bawah 8% belum efektif menurunan jumlah hidup Tribolium castaneum. Perlakuan P 5 yaitu penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% merupakan tingkat yang memiliki mortalitas tertinggi yaitu sekitar 8% dari total jumlah hidup awal, tingginya kematian yang diakibatkan oleh ekstrak biji bengkuang dimungkinkan adanya senyata aktif yang terkandung di dalam ekstrak biji bengkuang yaitu rotenon, yang dapat menyebabkan kematian pada serangga karena efek farmakologis dari rotenan adalah mencegah kemampuan Tribolium castaneum untuk menggunakan oksigen pada proses metabolisme. Rotenon merupakan inhibitor kuat elektron transpor yaitu antara NAD+ dengan koenzim Q, oksidasi suksinat dan sitokrom oksidase pada mitokondria (Krisna, 2002). Rotenon yang mempunyai sistem kerja sebagai racun kontak dan racun pencernaan terhadap beberapa larva serangga serta mempunyai sifat mudah terurai dalam sinar matahari dan udara terbuka (Oka, 1993). Insektisida nabati menunjukkan tingkat keamanan dan kesehatan yang lebih baik karena bahan aktif yang diperoleh dari tanaman tidak memiliki risiko dan efek samping di dalam penggunaannya sehingga aman untuk digunakan. Penyusutan Dedak Padi Banyaknya Tribolium castaneum dalam pakan akan berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsinya. Hasil penelitian mengenai jumlah susut berat dedak padi yang tercemar Tribolium castaneum dalam penyimpanan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Jumlah Susut Bahan Kering Dedak Padi yang Tercemar Tribolium castaneum dalam Penyimpanan Ulangan Berat Awal Perlakuan P 1 P 2 P 3 P 4 P 5..g.....%... 1 50 1,38 1,32 1,33 0,35 0,56 2 50 0,88 1,17 0,25 0,55 0,44 3 50 1,47 1,52 0,62 0,58 0,25 4 50 1,27 1,44 0,54 0,86 0,41 Total 5 5,45 2,74 2,34 1,66 Rata-rata 1,25 1,36 0,68 0,58 0,41 Keterangan : P 1= Kontrol, tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang P 2= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 2% P 3= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 4% P 4= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 6% P 5= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 8%

Tabel 3, menunjukkan nilai rataan persentase penyusutan dedak padi dengan peningkatan penggunaan ekstrak biji bengkuang secara berurutan dari tingkat terendah hingga tertinggi dicapai oleh perlakuan yang diberi penyemprotan konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8% (P 5), penyemprotan ekstrak biji bengkuang 6% (P 4), ekstrak biji bengkuang 4% (P 3), ekstrak biji bengkuang 2% (P 2) dan tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang (P 1). Berdasarkan uji statistik bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penyusutan dedak padi dalam penyimpanan. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa rataan persentase penyusutan dedak padi dengan tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 8% (P 5) nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan pengaruh penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 6% (P 4), 4% (P 3), 2% (P 2), dan tanpa perlakuan ekstrak biji bengkuang (P 1). Tabel 4. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Penyusutan Dedak Padi Rataan Persentase Perlakuan Penyusutan (%) Signifikasi 5% P 5 0,41 a P 4 0,58 b P 3 0,68 c P 1 1,25 d P 2 1,36 d Keterangan: Angka yang diikuti dengan dua huruf yang berbeda menunjukkan tidak berbeda nyata Pengaruh tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 6% (P 4) nyata lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 4% (P 3), 2% (P 2), dan tanpa perlakuan ekstrak biji bengkuang (P 1). Pengaruh tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 4% (P 3) nyata lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 2% (P 2) dan tanpa perlakuan ekstrak biji bengkuang (P 1). Perbedaan yang terjadi pada perlakuan tersebut, dikarenakan perbedaan jumlah hidup Tribolium castaneum yang memerlukan makanan. Alanko, dkk. (2000) menyatakan bahwa komponen dedak yang dikonsumsi oleh Tribolium castaneum adalah pati. Kebutuhan makanan yang banyak pula dapat menunjang Tribolium castaneum untuk berkembang biak. Persentase susut berat padi yang terendah diperoleh pada perlakuan P5 hal ini terkait dengan jumlah Tribolium castaneum yang paling sedikit. Jumlah yang rendah memungkinkan kesempatan mengkonsumsi dedak padi juga menjadi rendah, begitu pula pada perlakuan P 4 jumlah Tribolium castaneum lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Adapun untuk perlakuan P 3, P 1 dan P 2 terjadi perbedaan, meskipun jumlahnya sama (Tabel 4), diduga Tribolium castaneum yang digunakan memiliki umur yang berbeda yang akan terkait dengan ukuran tubuh, hal ini berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam penelitian ini besar ukuran tubuh, status fisiologis dan produktifitas Tribolium castaneum tidak diperhitungkan karena sulit dalam penentuannya.

Konsumsi pakan merupakan sejumlah pakan yang dapat dikonsumsi ternak pada periode waktu tertentu, dan merupakan faktor penting yang akan menentukan aras, fungsi, dan respon ternak serta penggunaan nutrien yang ada di dalam pakan (Van Soest, 1994). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik dari produktivitas ternak dan juga faktor esensial yang menjadi dasar untuk hidup dan menentukan produksi (Arora, 1995). Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (lingkungan), faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) dan pakan yang diberikan (Parakkasi, 1998). Hal ini juga berpengaruh terhadap Tribolium castaneum, besar ukuran Tribolium castaneum berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin besar ukuran tubuh, makin tinggi pula konsumsi terhadap pakan. Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 8% memperlihatkan hasil yang dapat menekan jumlah hidup Tribolium castaneum. Persentase susut berat dedak padi terendah diperoleh pada tingkat konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8%. Saran Disarankan bahwa pengaruh pakan yang telah disemprot ekstrak biji bengkuang pada konsentrasi 8% sudah dapat mengurangi jumlah hidup Tribolium castaneum dan susut berat dedak padi dalam penyimpanan. Perlu dilakukan penelitian penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan tingkat konsentrasi lebih dari 8%, dan perlu dilakukan evaluasi penggunaan dedak padi yang telah disemprot dengan ekstrak biji bengkuang untuk melihat dampaknya terhadap performa ternak. Daftar Pustaka Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Krisna S. L. S., Eka. 2002. Studi Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Perkembangan Larva Nyamuk (Aedes aegypti).skripsi. Fakultas kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Oka, I. M. 1993. Penggunaan, Permasalahan serta Prospek Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Terpadu. Prosding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. University Indonesia Press, Bogor.

Van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2 nd ed. Comstock Publishing Associates A Division of Cornell University Press. Ithaca and London.