PENYULUHAN MENGENAI BUDIDAYA KELINCI PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN DI DESA DEPOK DAN SUKANAGARA KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PENYULUHAN PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN SEBAGAI PAKAN LELE

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Desa Pagerharjo terletak antara 07 O LS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

I. PENDAHULUAN. Sumber :

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PROPOSAL PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA BUDIDAYA KAMBING MODERN DENGAN TEKNIK FERMENTASI PAKAN DI BIDANG PETERNAKAN PKM KEWIRAUSAHAAN.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging nasional sekitar ton per tahun, namun belum

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Sulaeman, 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

: pendampingan, vokasi, kelompok keterampilan, peternakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

IV. GAMBARAN UMUM. Bungur). Pembentukan desa dipimpin oleh tokoh adat setempat yaitu Bapak

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PENYULUHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK MENJADI PUPUK KANDANG (ORGANIK) DAN PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

Transkripsi:

Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat ISSN 141-5675 Vol. 1, No. 2, November 212: 74-79 PENYULUHAN MENGENAI BUDIDAYA KELINCI PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN DI DESA DEPOK DAN SUKANAGARA KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT Kuntana, Y.P., Partasasmita, R. dan Fitriani, N. Jurusan Biologi Fakultas matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas padjadjaran Surel: yasmi_biounpad@yahoo.co.id ABSTRAK Kegiatan program pengabdian kepada masyarakat Penyuluhan Budidaya Kelinci Pemberdayaan Petani Miskin telah dilaksanakan di Desa Depok dan Sukanagara Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut. Program ini bertujuan meningkatkan wawasan mengenai budidaya dan wirausaha kelinci, produk kelinci seperti daging, kulit, bulu, kotoran dan kelinci hias dapat dijadikan sumber penghasilan, khususnya bagi petani miskin serta daging kelinci untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga. program ini dilaksanakan selama 4 bulan meulai Juni hingga Oktober 211, yang terbagai dalam beberapa tahap: Sosialisasi kepada masyarakat dan mahasiswa KKN UNPAD 211, Penyuluhan mengenai Gambaran Umum Potensi Kelinci, Penyuluhan Mengenai Budidaya Kelinci serta Monitoring dan Evaluasi kegiatan penyuluhan angket (kuesioner) kepada khalayak sasaran. Dari hasil evaluasi gambaran adanya peningkatan wawasan dan pemahaman mengenai materi yang diberikan, sebanyak 7% masyarakat belum mengenal dan memahami serta membudidayakan ternak kelinci akan tetapi setelah penyuluhan, sebanyak 8% masyarakat menyatakan siap dan mau belajar mengenai budidaya kelinci. Kegiatan program penyuluhan memberikan kesimpulan bahwa penyuluhan mengenai budidaya kelinci ini cukup relevan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat serta meningkatkan wawasan mengenai potensi dan budidaya kelinci. THE GUIDING ON RABBIT BREEDING AS ONE OF ALTERNATIVE EFFORTS TO ENHANCE THE LIVING INCOME OF POOR FARMERS AT DEPOK VILLAGE AND SUKANAGARA VILLAGE, CISOMPET SUB-DISTRICT, GARUT REGENCY ABSTRACT The service community as an effort to enhance poor farmers living condition at Depok Village and Sukanagara Village, Cisompet Sub-district, Garut Regency in a guiding program on rabbit breeding has been completed. This activity aims at increasing the knowledge and skill of how to breed rabbit, as well as how to market the rabbit, as from the activity farmers from the two villages are expected to gain the valuable information relating to the facts that almost all parts of a rabbit can function as a profitable source to increase their living condition. By this activity, those poor farmers got the information that only from rabbit the need of animal protein could be fulfilled. The achievement of this activity seen from the result of questioner distribution to the participants that based on that, there is a progress in the farmers knowledge of how to breed rabbit, how to make use of rabbit as a form of profitable business. Before the counseling, 7% of participants had no idea how to breed rabbit, how potential the business of rabbit while after taking the counseling, the percentage reaches to 8% of them who now are aware of the advantages. PENDAHULUAN Desa Depok dan Sukanagara adalah 2 desa yang berada di kecamatan Cisompet Kabupaten Garut, umum pekarangan, tegalan (pengangonan) yang cukup melimpah dengan iklim dan sumber daya alam yang cukup menunjang. Tanaman palawija, perkebunan, rumput dan semak dengan mudah dijumpai. Lahan sawah di musim hujan ditanami padi dan musim kemarau kadangkala ditanami palawija disamping masih ada juga petani yang tetap menanam padi. Lahan pekarangan ditanami bermacammacam tanaman kecil, pohon buah, dan kayu bahan bangunan. Menurut hasil pemetaan sosial yang dilakukan bersama mahasiswa KKN 211 di desa Depok, luas lahan pekarangan 35 Ha, pengangonan 2 Ha, dan luas lahan sawah semi teknis 47 Ha dan jumlah total luas wilayah desa adalah 1599 Ha. Desa

Kuntana, Y.P., Partasasmita, R. dan Fitriani, N. 75 Depok memiliki jumlah penduduk 5386 jiwa yang terdiri dari 144 KK dengan persentase jumlah laki-laki (2741 jiwa) dan perempuan (2645 jiwa) yang cukup berimbang. Menurut data hasil sensus penduduk tahun 21 rata-rata pertambahan penduduk desa Depok adalah 2,4%. Indeks pendidikan dan daya beli memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun 211 indeks pendidikan 87,69 dan indeks daya beli 75,66. Sarana telekomunikasi seperti telepon dan warnet telah tersedia walaupun masih dalam jumlah yang sangat minim. PT. POS Indonesia yang telah ada juga sangat membantu komunikasi dan distribusi barang dan jasa pos. Hal tersebut mempermudah transaksi bisnis maupun jasa yang diperlukan oleh masyarakat. Struktur kelembagaan tertata cukup baik dengan komponen staf yang telah berstatus pegawai negri. Salah satu misi Desa Depok adalah membangun sarana dan prasarana yang berbasis pada ekonomi pertanian yang produktif, infrastruktur pedesaan dalam upaya peningkatan indeks daya beli masyarakat serta peningkatan sumber daya masyarakat desa yang berkualitas melalui Program Desa Pendidikan yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berwawasan global. Berbatasan langsung di sebelah utara terdapat Desa Sukanagara. Desa ini memiliki luas lahan 18 Ha. Luas lahan kering (tegal atau lading) 178 Ha, luas pekarangan 2,5 Ha, luas lahan semi teknis 24 Ha dan sawah tadah hujan 54 Ha. Di samping itu terdapat pula lahan terlantar 12 Ha. Desa Sukanagara memiliki jumlah penduduk sebanyak 4352 jiwa terdiri dari 2247 jiwa laki-laki dan 215 jiwa perempuan. Sektor peternakan seperti sapi, kerbau, ayam, kambing dan domba turut mewarnai kehidupan desa walaupun tidak berkembang sempurna. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa adalah buruh tani dan buruh migrant sisanya didominasi oleh pegawai negri, karyawan swasta, pengrajin industri rumah tangga dan peternak. Jumlah tenaga kerja usia produktif (18-56 tahun) sesungguhnya cukup tinggi (173 orang) akan tetapi sebagian besar tidak bekerja (menganggur). Kelembagaan dan organisasi tersebar cukup baik seperti koperasi, LPM,PKK, dan BUMDES. Adanya kelembagaan dan organisasi tersebut, dapat menjadi nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan penduduk, akan tetapi, kondisi geografis yang rawan bencana menyebabkan banyak petani miskin. Hal tersebut semakin diperparah dengan adanya masyarakat buruh tani dan buruh migrant. Kondisi rawan bencana juga menyebabkan karakter masyarakat yang apatis dan kurang kooperatif. Hasil survei yang dilakukan bersama mahasiswa KKN 211, kendala utama masyarakat untuk bergerak adalah masalah permodalan dan kurang pengetahuan, tidak adanya keberanian untuk membuka usaha lain karena minimnya pengetahuan. Melihat potensi serta permasalan tersebut, maka perlu dilakukan suatu usaha penyegaran, semangat, motivasi dan tambahan ilmu yang bermanfaat mudah diaplikasikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakt. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian penyuluhan budidaya kelinci. Usaha budidaya ternak kelinci lebih menguntungkan dibandingkan dengan ternak lain, seperti sapi dan domba. Hal ini karena kelinci merupakan ternak profilik, dapat bunting dan menyusui pada waktu yang bersamaan, memiliki pertumbuhan dan interval beranak yang cepat. Berbagai keuntungan ekonomi pada skala kecil dan menengah antara lain: a) kebutuhan modal tetap dan modal kerja yang paling kecil dibandingkan dengan ternak lain (Ayam, domba, sapi) b) pakan tidak tergantung pada bahan baku impor mengkonsumsi hijauan dan produk limbah secara efisien dan tidak bersaing dengan pangan manusia c) mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tahan terhadap penyakit d) mudah dibudidayakan. Siapapun baik tua, muda, laki-laki, dan perempuan e) tidak membutuhkan lahan luas f) dapat memanfaatkan limbah pertanian dan limbah industri pangan g) menghasilkan daging yang sehat secara efisien dengan kandungan protein yang

Penyuluhan Mengenai Budidaya Kelinci sebagai salah Satu Alternatif Pemberdayaan Petani Miskin 76 tinggi dan rendah kolesterol h) memiliki nilai jual yang tinggi (daging, kulit, bulu, pupuk organic dan kelinci hias) Beberapa sumber mengatakan bahwa limbah tanaman holtikultura dan limbah industry pertanian dapat digunakan sebagai pakan ternak kelinci (Farrel dan Raharjo, 1984; Kartadisastra, H.R., 1994; Soeharsono, 1979). Dalam pelaksanaannya limbahlimbah tersebut tersedia cukup melimpah di kedua desa tersebut. Potensi genetik kelinci memiliki keragaman yang tinggi dalam pembentukan bibit unggul baru/hybrid demikian pula dengan potensi reproduksinya yang mampu melahirkan 1-11 kali per tahun dengan jumlah anak per kelahiran rata-rata 2-11 ekor. Pertumbuhan kelinci juga sangat cepat yaitu 1-25 gram/ekor/hari sehingga bobot badannya dapat mencapai 2 atau lebih pada umur 8 minggu dengan efisiensi penggunaan ransum dan jumlah hijauan yang tinggi (Sarwono, B., 23). Ternak kelinci merupakan ternak yang dapat menghasilkan kotoran dan urine dalam jumlah cukup banyak. Melalui pengolahan yang sederhana kotoran kelinci dapat dibuat menjadipupuk organic yang bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kelinci mengandung sedikit hara tetapi memiliki kelebihan dapat memperbaiki sifat tanah sehingga menjadi lebih subur, gembur dan mudah diolah. Urine kelinci dapat diolah menjadi agent biopestisida. Dengan demikian terdapat 2 aspek penting dari penggunaan kotoran kelinci sebagai pupuk yaitu nilai penggunaannya sebagai sumber hara yang dibutuhkan oleh tanah dan nilai jual yang cukup tinggi (Rp 3/kg) sedangkan harga urinenya berkisar Rp 5/ liter (Manshur, F., 29). Kombinasi antara modal kecil, jenis pakan yang mudah dan tidak bersaing dengan pakan manusia dan perkembangbiakannya yang cepat, menjadikan budidaya kelinci sangat relevan dan cocok sebagai alternative usaha baru bagi petani miskin yang tidak memiliki lahan luas dan tidak mampu memelihara ternak besar. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Metode yang diterapkan untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi di Desa Depok dan Sukanagara adalah penyuluhan, demplot partisipatif dengan pemberian materi dan teknik mengenai budidaya kelinci. oleh karena kegiatan pengabdian berlangsung hanya 4 bulan mulai bulan Juni hingga September 211 sehingga cara pendekatan tersebut dirasa paling tepat untuk mendukung realisasi program kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Alat peraga yang digunakan pada waktu penyuluhan adalah slide menggunakan laptop dan in focus serta modul materi. Seminggu sebelum kegiatan berlangsung disebarkan angket kuesioner khalayak masyarakat. Berdasarkan hasil angket ini maka kegiatan penyuluhan disusun. Kegiatan penyuluhan berlangsung melalui pemberian materi dan modul kepada peserta. Setelah kegiatan penyuluhan berlangsung, kuesioner disebarkan kembali kepada peserta sebagai ukuran feed back keberhasilan program. Berdasarkan hasil analisa angket yang disebar serta respon lain dari masyarakat dan pamong desa maka tingkat keberhasilan program pengabdian ini dirumuskan. % Peserta 8 7 6 5 4 3 2 1 7 3 Belum Tahu Mengenal Sedikit Tahu Banyak Pengetahuan Peserta Mengenai Kelinci Gambar 1. Diagram Batang Persentase Pengetahuan Masyarakat Mengenai Kelinci Sebelum Penyuluhan HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik karena adanya bantuan dari Mahasiswa KKN UNPAD 211. Salah satu program

Kuntana, Y.P., Partasasmita, R. dan Fitriani, N. 77 KKN yang berlangsung adalah kegiatan orientasi aktivitas. Kegiatan orientasi aktivitas memungkinkan mahasiswa membuat kegiatan yang bersifat interaksi partisipatif dengan masyarakat. % Kehadiran Peserta 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 6 Responsif Tdk Responsif Abstain Sikap Peserta Gambar 2. Diagram Batang Persentase Penerimaan Materi Pertama Hasil angket yang disebar sebanyak 5 eksemplar sebelum kegiatan penyuluhan yang pertama di Desa Depok, menunjukkan bahwa persentase terbesar (7%) masyarakat belum mengenal dan memahami serta membudidayakan ternak kelinci. Sebanyak 3% masyarakat menyatakan pernah melihat budidaya kelinci tetapi kurang memahami potensi keunggulannya. Respon untuk mau mendengar dan mempelajari budidaya kelinci cukup baik. Gambar 1. Di bawah ini adalah diagram batang persentase pengetahuan masyarakat mengenai kelinci sebelum dilakukan penyuluhan. Berdasarkan hasil angket bahwa sebagian besar masyarakat belum mengenal dan memahami potensi dan budidaya kelinci maka kegiatan penyuluhan pertama mengenai gambaran umum potensi kelinci. Kegiatan ini berlangsung dengan baik. Hasil angket kuesioner yang disebarkan pada 75 peserta menunjukkan rasa antusias yang cukup tinggi. Sebanyak 6% peserta menyatakan tertarik dan termotivasi untuk belajar budidaya kelinci serta membuka wirausaha baru akan tetapi sisanya 4% memberikan respon ragu-ragu (abstain). Kerauan ini terutama berputar pada masalah permodalan dan sebagian besar skill masyarakat adalah bertani dan sulit untuk mengubahnya. Selengkapnya data tersebut disajikan pada Gambar 2. Manfaat lain mahasiswa KKN Unpad itu sendiri. Mereka menjadi lebih memahami cara budidaya dan potensi yang ada pada 4 kelinci. Hal ini terlihat dengan adanya permintaan buku-buku panduan beternak kelinci kepada penulis. Hasil monitoring dan evaluasi program, % Kehadiran Peserta 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 6 Responsif Tdk Responsif Abstain Sikap Peserta Gambar 3. Diagram Batang Persentase Kesiapan Masyarakat Menerima Materi Kedua memperlihatkan bahwa terjadi perubahan (motivasi, semangat) di masyarakat terkait kegiatan program akan tetapi masih banyak kendala yang dihadapi. Masyarakat mulai paham akan potensi yang ada pada kelinci akan tetapi timbul masalah terutama permodalan dan pemasaran. Respon kepala desa dalam menanggapi kendala/ gejolak tersebut menyampaikan langsung kepada tokoh masyarakat supaya tidak khawatir dengan permodalan. Kepala desa menjanjikan solusi pemecahan yang cukup arif bijaksana dengan tetap mendukung memotivasi masyarakat untuk mau memulai belajar dan menggeluti wirausaha ini. Dukungan dari kepala desa merupakan langkah awal yang sangat baik bagi keberlangsungan budidaya yang berimbas kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hasil angket beserta kuesioner yang disebar sebanyak 5 eksemplar di Desa Sukanagara menunjukkan bahwa 6% masyarakat tertarik untuk mengikuti penyuluhan mengenai budidaya kelinci. Respon ini sebagai dampak hasil dari penyuluhan pertama mengenai gambaran umum potensi kelinci sehingga dapat dikatakan masyarakat lebih siap dan mengerti mengenai kelinci. Sebanyak 4% masyarakat masih abstain dan menunggu kepastian kebijakan perangkat desa. Selengkapnya data tersebut disajikan pada Gambar 3. 4

Penyuluhan Mengenai Budidaya Kelinci sebagai salah Satu Alternatif Pemberdayaan Petani Miskin 78 Gambar di atas, memperlihatkan bahwa masyarakat mulai paham dan tertarik mengenai budidaya kelinci. Kegiatan penyuluhan mengenai budidaya kelinci berlangsung sangat baik dibandingkan dengan kegiatan penyuluhan sebelumnya. Hal ini terlihat dari suasana kooperatif selama berlangsung kegitan, banyaknya pertanyaan dari peserta bahkan timbul permintaan masyarakat untuk mendapatkan modul mengenai teknik dan cara beternak kelinci yang lebih terperinci. Adanya dukungan dari kepala desa acara semakin memberikan gambaran bahwa kegiatan pengabdian penyuluhan budidaya kelinci dapat dipahami dan diterima dengan baik. Hasil angket kuesioner yang disebar kepada 5 peserta yang hadir, ternyata memberikan gambaran respon yang sangat baik. Sebanyak 8% menyatakan siap dan mau belajar mengenai budidaya kelinci. Sisanya 2% karena terlambat hadir menyatakan abstain. Gambar 4 di bawah ini adalah gambaran umum persentase keberhasilan pemberian materi mengenai potensi dan budidaya kelinci. % Kehadiran Peserta 9 8 7 6 5 4 3 2 1 8 Responsif Tdk Responsif Abstain Sikap Peserta Gambar 4. Diagram Batang Persentase Keberhasilan Pemberian Materi mengenai Potensi dan Budidaya Kelinci. Berdasarkan pada maksud dan tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan wawasan mengenai budidaya dan wirausaha kelinci, menjelaskan produk kelinci (daging, kulit, bulu, kotoran dan kelinci hias) yang dapat dijadikan sumber penghasilan dan meningkatkan pendapatan khususnya bagi petani miskin, dan menjelaskan bahwa budidaya kelinci dapat memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga, maka 2 kegiatan pengabdian penyuluhan mengenai budidaya kelinci dapat disimpulkan berhasil dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan adanya respon dari masyarakat, hasil angket kuesioner yang disebar, dan respon aparat desa dalam menanggapi kegiatan penyuluhan tersebut. Indikator keberhasilan program melalui hasil penyebaran angket (kuesioner) sebelum dan sesudah diadakannya penyuluhan memberikan gambaran selalu terjadi grafik peningkatan persentase masyarakat yang responsif terhadap program penyuluhan yang diberikan. Faktor pendorong keberhasilan program adalah adanya dukungan moril dan janji dukungan finansialdari kepala desa kepada warganya (masyarakat desa Depok dan Sukanagara) asalkan mau belajar dan merintis wirausaha ini dengan baik. Dukungan ini pula menyebabkan adanya perubahan sikap pada sebagaian masyarakat dari yang apatis (abstain) menjadi responsif dan termotivasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket (kuesuioner) yang dibagikan sebelum dan setelah kegiatan penyuluhan berlangsung. Adanya faktor penghambat seperti permodalan, konsi geografis rawan bencana, banyaknya anjing liar, perbaikan infrastruktur yang tidak pernah tuntas, dan penurunan tingkat kesehatan menunjukkan masih diperlukan tindak lanjut dari kegiatan yang telah dilakukan. SIMPULAN Penyuluhan mengenai budidaya kelinci ini cukup relevan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat serta meningkatkan wawasan pemahaman mengenai potensi dan budidaya kelinci. DAFTAR PUSTAKA Farrel, D.J. & Y.C. Rahardjo. 1984. Potensi Ternak Kelinci sebagai Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan pengembangan Peternakan.

Kuntana, Y.P., Partasasmita, R. dan Fitriani, N. 79 Kartadisastra, H.R. 1994. Beternak kelinci unggul. Kanisius. Yogyakarta Sarwono, B. 23. Kelinci potong dan Hias. Penerbit Agro Media Pusaka Soeharsono. 1979. Pengaruh berbagai Macam Makanan Penguat pada Tingkat Protein Kasar yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Ternak Kelinci. Proceeding Seminar Pene- litian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor. Manshur, F. 29. Ternak Uang Bersama Kelinci Menjadi Jutawan Sambil Menyalurkan Hobi. Penerbit Nuansa Masanto, R., A. & Agus. 211. Beternak Kelinci Potong. Penerbit Penebar Swadaya